Class
review 8th
Saat mendengar kata Papua, opini umum
yang sering terbersit dibenak ialah
tentang hutan lebat tak terjamah dengan penduduknya yang hitam dan
telanjang. Suku-suku primitif yang asing dengan modernisasi layaknya “Indian”-nya
Indonesia. Flash back tentang Howard Zinn dengan kisah Indian versinya, artikel
“Don’t Use Your Data as A Pillow” Karangan S. Eben Kirksey seloah menggambarkan
“Indian” lain di Asia dengan alur cerita yang berbeda. Lebih kompleks dengan
latar belakang Hak Asasi Manusia yang ingin merdeka dengan sikap Nasionalis
yang ingin menjaga keutuhan Tanah Air.
Provinsi Papua dan Papua barat saat
ini memiliki sejarah panjang peperangan dan perebutan antara Indonesia dan
Belanda sebelum masuk dalam bagian NKRI tahun 1969 di masa Soekarno dengan nama
IRIAN JAYA. Proses perebutan Papua dari tangan Belanda dimulai pada tanggal 19
Desember 1961 oleh Ir. Soekarno (Presiden RI) dengan nama “Operasi TRIKORA”(TriKomando
Rakyat) dengan Mayjen Soeharto sebagai panglimanya. Operasi ini memakan waktu
dua tahun dan berakhir dengan persetujuan New York pada 15 Agustus 1962. Yang
isinya penyerahan kekuasaan Papua Barat kepada Indonesia dan diadakannya Hak
bagi penduduk Papua untuk memilih bergabung dengan Indonesia atau memisahkan
diri. Hasil dari pilihan penduduk Papua adalah bergabung dengan Republik
Indonesia, pada tahun 1969.
Papua Hari ini, masih tersisa
gerakan-gerakan bawah tanah yang menginginkan kemerdekaan Papua dari Indonesia.
Gerakan tersebut bernama OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang mana telah banyak
menimbulkan terror dan kerusakan dengan strategi gerilya mereka, bahkan sudah
dibekali senjata sejak awal pergerakannya.
Awal mula dari tindakan kekerasan di
Papua dimulai tahun 1965, saat dimana Papua sudah diserahkan pada Indonesia dan
menunggu hasil pilihan rakyat Papua untuk bergabung dengan NKRI atau merdeka.
Saat itu Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan
lagu kebangsaan Papua karna dianggap
sebagai sebuah tindakan mengkhianati negara. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di
Papua, dan melahirkan OPM pada 1965. Untuk meredam gerakan ini,
dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan berbagai tindakan pembunuhan,
penahanan, penyiksaan, dan pemboman udara. Menurut Amnesty International,
lebih dari 100.000 orang Papua telah tewas dalam kekerasan ini
Dari reading activity di kelas,
kelompok kami baru membahas dua kalimat beserta judul. Berikut ini hasil
argumen dari setiap anggota kelompok :
“Don’t Use Your Data as a pillow”
Nurisah : jangan gunakan data hanya
sebagai sandaran saja. Setelah selesai disimpan lagi.
Muklis : jangan gunakan data hanya
ketika butuh saja. Setelah itu dilupakan.
Qois : jangan gunakan data seperti
bantal, yang sampai kotor dan bau baru dicuci. Data yang hanya digunakan dan di dalami saat ada
orang yang butuh.
Fidri : jangan gunakan data seenaknya
saja.
Iqbal : jangan gunakan data tampa
diamalkan.
Untuk
kalimat pertama, hasil diskusi kami yakni :
Muklis : penulis memulai dengan menceritakan
pengalaman pribadinya.
Qois : posisi penulis sedang
merayakan pesta perpisahannnya.
Nurisah : ini adalah bentuk adat
istiadat penyambutan dan pelepasan di papua.
Iqbal : penulis memulai dengan alur
maju sebelum mundur kembali untuk membahas kejadian-kejadian di papua.
Fidri : perayaannya menunjukan bahwa
Kirksey adalah orang penting.
Diskusi
selanjutnya menarik kesimpulan dari setiap paragraph berdasarkan pendapat
masing-masing anggota.
·
Paragraph satu, pesta perpisahan yang diadakan untuk Kirksey
sebelum beliau pulang pada bulan Mei 2003 untuk menuliskan hasil penelitiannya.
·
Paragraph dua, asal mula kedatangan S. Eben Kirksey
adalah untuk meneliti El Nino yang menyebabkan kekeringan. Namun saat itu turun
hujan dan kekeringan bukan tema yang tepat untuk dibicarakan. Pada tahun
tersebut adalah masa stabilisasi setelah penggulingan Soeharto. Tema
kemerdekaan mencuat diamana-mana. Tema Kemerdekaanlah yang memancing gerakan
pemberontakan di Aceh, Papua Barat, dan Timor Timur.
·
Paragraph tiga. Kirksey menjadi saksi mata atas
kekejaman Militer Indonesia. Banyak terjadi konflik dan pembunuhan dalam rangka
pemberantasan gerakan pemberontakan yang pro-kemerdekaan Papua. Penigkatan
kekuatan militer di Papua hingga 1:24.
Dari artikel ini, Kirksey mencoba
menyammpaikan amanat yang ia terima dari Waropean agar tidak hanya menggunnakan
data yang beliau kumpulkan sebagai data saja, data yang menjembatani Kirksey
mendapatkan gelar pendidikannya. Tapi ia inginn agar data ini sampai ke dunia
global, dimana setiap pembaca mengetahui, mendalami hingga mengambil sikap dari
data yang beliau sajikan. Tak ubahnya seperti Howard Zinn yang mengambarkan
Indian sebagai kaum yang demi kepentingan suatu golongan mesti dibumihanguskan.
Kirksey juga menggambarkan Indonesia yang dengan alasan menjaga persatuan dan
kesatuan NKRI tega melakukan kekerasan dan pembunuhan missal.
Namun dilema kemerdekaan ini semakin
terasa mengingat perjuangan perebutan Papua Barat dari genggaman Belanda.
Presiden Soekarno telah mengorbankan kekuatan militer yang besar demi merebut
Papua, Melobi Negara-negara barat agar setidaknya tidak ikut campur dalam
permasalan ini, membeli alutista dengan kuantitas yang begitu besar hingga saat
itu Indonesia mengklaim memliki armada udara terkuat di asia tenggara. Belum
lagi operasi amphibi yang melibatkan 16.000 prajurit dan 100 kapal perang yang
merupakan operasi amphibi terbesar sepanjang sejarah militer Indonesia.
Haruskah semua pengorbanan itu lepas begitu saja?
Konflik ini terjadi antara dua kubu,
kubu yang Mengatasnamakan Hak Asasi Manusia untuk merdeka, dan kubu yang
mengatasnamakan Nasionalisme demi menjaga keutuhan tanah air. Mengenai mana
yang lebih penting dan mana yang perlu didukung, saya belum bisa menunjuk salah
satunya. Perlu pendalaman lebih sebelum mampu memilih dan bersikap pro atau
kontra.
Ada sedikit gap antara data dari
Kirksey dan dari berita-berita di Indonesia. Dalam artikelnya, kirksey
menyebutkan bahwa militer Indonesia seolah mendukung dan mempersenjatai OPM
guna menyerang aparat kepolisisan, lalu militer menjadikan alasan penyerangan
tersebut untuk melancarkan operasi penyisiran dan penumpasan guna meredam aksi
kekerasan anggota OPM. Masuk akal apabila tindakan tersebut adalah bagian dari
taktik militer guna meredam pergerakan pro-kemerdekaan Papua, dan berita
tersebut tak tersiar di berita-berita dalam negeri.
Dalam
dunia perang, muslihat seperti itu sudah dianggap suatu strategi penting. Dan
mengenai warga sipil yang menjadi korban, dalam setiap kancah peperangan dan
pemberontakan diseluruh dunia, warga sipil lah yang paling dirugikan dan paling
menderita. Kembali pada kesimpulan sebelumnya, konflik ini dilatarbelakangi dua
alasan yang sama-sama crusial, yakni HAM dan Nasionalisme. Setiap kubu akan
membenarkan tindakannya demi mencapai tujuan.
Lain
lagi dari kubu Indonesia. OPM diberitakan melakukan perusakan-perusakan,
penyandraan dan pembunuhan yang memaksa militer bertindak keras. Contohnya
perusakan pipa-pipa minyak dan gas milik perusahaan British Petroleum dan
penyandraan terhadap karyawannya. Kerugian yang diakibatkan tidaklah kecil,
sehingga mau tidak mau British petroleum (BP) meminta bantuan militer guna
menjaga properti mereka dari pengrusakan OPM. Bagian ini pula yang menurut
Kirksey dijadikan dalih oleh militer bertindak keras dengan alasan menjaga
kontrak keamanan dengan BP.
Dalam
artikelnya hingga paragraph dua puluh enam, Kirksey hanya menjelaskan tentang
BP sebagai industry minyak dan gas yang ikut terlibat dalam konflik tersebut.
Sebenarnya ada industry lain yang juga mengalami pahitnya masa konflik
tersebut. Sebuah industry tambang emas yang aktif sejak 1960, Pt. Freeport. Industry ini juga mengalami
kerugian akibat perusakan pipa gas dan emas mereka serta penyandraan terhadap
para pekerjanya.
Kesimpulanya,
dari penjelasan diatas konflik yang terjadi menjadi kompleks mengingat landasan
keduanya sama-sama kuat. Sehingga untuk menyalahkan dan mendukung suatu pihak
mesti memahami secara mendalam masalah yang sebenarnya. Hingga saat ini, bila
situasi konflik tersebut tetap memanas maka Papua ibarat bom waktu yang akan
menimbulkan petaka besar bagi NKRI.
Referensi :
Wikipedia/OPM. Diakses pada tanggal 5
april
Wikipedia/Trikora. Diakses pada
tanggal 5 april
0 comments:
Post a Comment