Penulis tanpa ideologi adalah penulis tanpa tenaga. Bagaimana mesin
bisa bergerak tanpa adanya tenaga. Penulis jika ingin memiliki konteks yang
baik harus memiliki ideologi. Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang berhubungan dengan bidang
politik, sosial kebudayaan dan agama. Menurut (Soejono Soekanto) penulis yang
hebat dan sukses adalah penulis yang bisa memiliki ideologi yang kuat tentang
tulisannya dan bisa mengembangkan tulisannya dengan baik. Tulisan tersebut bisa
dikembangkan atau dihubungkan dengan politik, sosial, budaya, agama.
Penulis bisa memutarbalikan fakta. Itu adalah salah satu kehebatan
penulis. Maka dari itu kebenaran sejarah seharusnya diungkapkan sejelas
jelasnya tanpa adanya penyembunyian fakta sedikitpun. Apabila fakta tersebut
jelas, contohnya dengan melihat bukti-bukti yang kuat berupa bukti fisik yang
jelas seperti artefak, sejarah, dokumentasi dan lain-lain. Maka itu bisa
menjadi bukti.
Sejarah selalu berkaitan dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai
makhluk sejarah selalu melibatkan seluruh pengalamannya (segala aktifitasnya)
ia berpartisipasi penuh dalam menjalankan proses kehidupan dari waktu ke waktu,
yakni masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Manusia bisa disebut
juga makhluk sejarah karena ia bersifat dinamis, berubah dan selalu melakukan
evolusi dari waktu ke waktu. Sama halnya dengan teks.
Katanya tugas mereka yang tercerahkan kaum literat adalah
meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka
pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana
dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya
baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang
mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru
pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari
memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang
dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah
mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang
dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan
pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak
bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa
bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari
"Rejim kebenaran tak terbantahkan". Begitu banyak yang harus
dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong
sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Tulisan diatas merupakan gambaran yang sedang dialami oleh kita,
oleh penulis bahwasannya kita harus mengetahui lebih tentang apa yang belum
kita ketahui dengan banyak membaca. Sekarang ini penulis masih dalam tahap
peniru. Meniru apa yang telah dibacanya. Namun jangan sampai kita sombong bahwa
kita bisa menentukan ini benar dan ini salah. Karena kita masih pada tahap
meniru dan bahan bacaan kita masih sedikit.
Pak lala mengatakan bahwa banyak penulis yang re-statement. Pada
paragraf pertama, seharusnya penulis harus memberikan ide pokoknya apa. Apabila
di paragraf pertama sudah menarik untuk dibaca. Maka pembacapun akan penasaran
dengan paragraf berikutnya. Maka dari itu kita harus menempatkan hal yang
menarik di awal. Pada minggu ini beliau berencana untuk memberikan tugas
menulis tentang columbus dan Howard Zinn dalam seribu kata menggunakan bahasa
inggris.
Kaum literat haus bisa love of knowledge. Syarat utamanya adalah
meniru. Seseorang tidak akan bisa menulis sebelum ia meniru terlebih dahulu
(Emulate) kemudian tahap selanjutnya yaitu (discover) menemukan. Kemudian
eksekusi terakhirnya yaitu menciptakan (create). Menulis merupakan tindakan
yang dapat mencerahkan diri kita. Kita tidak bisa membawa perubahan terhadap
orang lain, jika diri kita belum berubah atau belum tercerahkan,
Pada dasarnya, menulis mempunyai sifat persuasif. Berusaha
meyakinkan pembaca untuk tertarik pada pendirian logis yang sedang dipelajari.
Bentuk dari persuasi berkaitan dengan meyakinkan pembaca tentang pandangan dari
penulis yang sering disebut academic argument, mengikuti pola yang dapat
diprediksi dalam tulisan. Setelah penyampaian ringkasan topik pada pengantar,
pernyataan pandangan penulis terhadap topik tersebut disampaikan secara
langsung pada satu kalimat. Kalimat tersebut adalah “Thesis Statement” dan di
dalamnya menyajikan sebuah ringkasan dari argumen atas alasan yang ingin
dikemukakan oleh penulis dalam tulisannya.
Thesis dalam sebuah karangan bisa disebut juga sebagai ide pokoknya
(main idea). Thesis statement dalam sebuah tulisan berisi satu atau dua kalimat
pernyataan yang mengekspresikan ide pokok yang terkandung dalam tulisan. Pada
thesis statement memperkenalkan topik dari penulis dan pendapat seorang penulis
mengenai topik yang sedang dibicarakan.
Adapun fungsi dari adanya thesis statement mencakup dua fungsi
yaitu : pertama, penulis membuat thesis statement untuk memfokuskan pada hal
atau permasalahan yang sedang dibahas dalam tulisan tersebut. Kedua, adanya
kehadiran thesis statement yang bagus agar dapat membantu pembaca dalam
memahami tulisan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bisa
dimulai dari tahap meniru dahulu, namun bukan berarti plagiat. Selain itu
diketahui pula bahwa setiap tulisan tidak pernah netral artinya suatu tulisan
akan selalu terkait dengan pandangan dari penulis yang bersifat persuasif.
Mengenai thesis statement agar dapat membantu pembaca dalam memahami tulisan ,
biasanya terdapat dalam satu kalimat di suatu tempat di paragraf pertama yang
menyajikan argumen penulis kepada pembaca.
0 comments:
Post a Comment