Don’t make something error / mistake /
ignorance although just a little. Setiap pekerjaan pastinya mengharapkan hasil
yang baik, begitu pula pada pembelajaran writing ini. Kegiatan menulis tentu
bukanlah proses yang mudah melainkan perjalanan yang sangat panjang sehingga
menimbulkan rasa lelah baik luar maupun dalam. Perjalanan pada setengah musim
semester ini pun terasa lelah, butuh
tambahan energi supaya progress kedepannya bisa lebih baik dari pada
sebelumnya. Ketika ada suatu kesalahan, tentu itu hal yang mengecewakan karena
kemampuan yang ditunjukan belum sepenuhnya maksimal. Tugas utama disini adalah
menjadi multilingual writer (and reader) yang dalam prosesnya akan mengalami
perpindahan pengalaman yang berkelanjutan dari L1 ke L2.
Proses menulis yang melibatkan lebih
dari satu bahasa mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan
hanya satu bahasa. Bila diibaratkan seperti orang yang tadinya terbiasa
menyetir mobil lokal lalu menggunakan mobil luar negeri yang memang memiliki
fitur-fitur yang berbeda. Maka dibutuhkan latihan untuk menyesuaikan dengan
dengan keadaan yang berbeda tersebut. Ketika seseorang terbiasa menulis dalam
bahasa Indonesia, akan terdapat kesulitan ketika harus menulis dalam bahasa
lain (misalnya bahasa inggris).
Setelah setengah musim pembelajaran
sudah terlewati, ada harapan agar lebih meningkatkan kualitas seperti yang
tercantum dalam slide power point pak lala diantaranya mengenai sikap
(attitude), keharusan untuk tetap focus, komitmen, tahan banting dan kerja tim
( teamwork ditulis sebanyak 7x). tidak
dapat dipungkiri bahwasanya kerja tim ini sangat dibutuhkan, khususnya
dalam melatih kepekaan diri juga seperti membantu memberikan bimbingan pada
teman yang belum memahami materi yang sedang dibahas.
Dalam pertemuan ini, tugas utamanya
adalah membaca dalam suatu kelompok kecil yang membahas artikelnya s. eben
kirkskey yang berjudul “Setiap anggota kelompok tidak langsung memahami makna
per paragraf tetapi per kalimat terlebih dahulu kemudian berbagi pemahaman
dengan anggota yang lainnya. Ternyata, setelah melakukan diskusi seperti ini
banyak pemahaman yang berbeda dari setiap anggota kelompok. Dari sini dapat
diperoleh pemahaman yang beragam, sehingga semakin mempermudah dalam menemukan inti pokok tulisan. Berbeda
halnya jika pemahaman dilakukan sendiri, maka akan lebih sulit memahami tulisan
tersebut.
Untuk mengawali pembahasan mengenai
artikel S. Eben Kirkskey yang berjudul “don’t use your data as pillow”.Mendengar
kata papua barat, pikiran seseorang seolah-olah tertuju pada wilayah Indonesia sebelah timur yang terpencil dan pelosok. Papua barat
merupakan wilayah bagian barat dari pulau papua yang terbagi kedalam 2
provinsi, yaitu provinsi papua dan papaua barat. Willayah ini juga sering disebut sebagai papua barat
(west papua) oleh brebagai media internasional.
Papua bagian barat dikenal sebagai
provinsi irian barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Kemudian berganti nama
menjadi irian jaya oleh presiden soeharto ketika meresmikan tambang tembaga dan
emas Freeport. Nama provinsi ini diganti menjadi papua sesuai UU No. 21 Tahun
2001 tentang otonomi khusus papua. Pada tahun 2004,disertai berbagai protes
Papua menjadi dua provinsi yaitubagian timur tetap memakai nama papua,
sedangkan bagian barat menjadi provinsi irian jaya barat ( sekarang papua
barat.
Tantangan semakin besar ketika belanda
melantik “dewan papua” berikut bendera dan lagu kebangsaan papua. Itu berarti
tidak lama lagi akan terbentuk Negara papua. Oleh karena itu, presiden sukarno
berpidato mengeluarkan maklumat / mendeklarasikan trikomando rakyat (trokora)
yang berisi:
1. Gagalkan
pembentukan Negara boneka papua buatan belanda
2. Kibarkan
sang merah putih di irian barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah
untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan
bangsa.
Sesuai dengan persetujuan new York pada
tahun 1969, Indonesia mengadaka penentuan pendapat rakyat (pepera) yang
disaksikan oleh wakil-wakil Negara asing. Setelah mencapai persetujuan, irian
diserahkan sementara kepada PBB atau UNTEA (united nation temporary executive
authority) kemudian pada tanggal 1 mei 1963, UNTEA menyerahkan irian barat ke
pemerintah Indonesia. Sejak saat iti nama irian barat berubah menjadi irian
jaya.
Namun,
setelah bersatu selama beberapa tahun dengan Indonesia, Penduduk Papua pun perlahan-lahan merasa bahwa
mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia. Penyatuan
wilayah papua ke dalam
Indonesia sejak tahun 1963 merupakan buah
perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan
wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang
merdeka yaitu Indonesia.
Perjanjian tersebut oleh sebagian masyarakat Papua tidak diakui dan dianggap
sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain. Sehingga pada tahun 1965,
beberapa nasionalis Papua bagian barat membentuk Organisasi Papua Merdeka (OPM)
sebagai sarana perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan dari Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
Organisasi sEparatis yang mendapatkan dana dari pemerintah Libya
pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army
beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh
Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat tersebut dianggap tidak sah di Indonesia.
Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai
tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan
dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi
militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering
membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti
lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional.
Seorang antropolog kebangsaan amerika serikat, S. Eben
Kriksey pada tahun 1998 datang ke tanah papua untuk meneliti
kebudayaan dan kehidupan masyarakat dipedalaman papua yang masih primitif, namun setelah lima
tahun meneliti dia pun akhirnya menemukan suatu fakta yang mencenngangkan soal
kasus pelanggaran HAM berat yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap
masyarakat papua yang ditulis lewat bukunya yang berjudul “Freedom in
Entangled Worlds : West Papua and the Architecture of Global Power” serta
artikelnya yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”, yang dengan
gamblang menyebutkan hal-hal apa saja yang dialami masyarakat pribumi, mulai
dari penindasan hingga aksi genosida yang dilakukan dengan sistematis. Berikut isi singkat setiap paragraf
dalam artikelnya :
Paragraf pertama, menuliskan
tentang pesta kecil yang diadakan oleh masyarakat papua untuk melepas Kriksey sebelum kembali ke
negeri asalnya Amerika Serikat. Pesta itu bisa dikatakan sebagai bentuk penghormatan kepada Kriksey yang telah melakukan penelitian di
tanah papua.
Paragaraf kedua, menjelaskan saat Kriksey datang pertama kali ke indonesia untuk
melakukan penelitiannya,
secara tidak
sengaja dia tiba saat
bertepatan
dengan masa reformasi pasca jatuhnya kepemimpinan soeharto dengan maraknya aksi para separatis yang
ingin membebaskan diri dari negara kesatuan, salah satunya adalah papua. Dia merasa
heran dengan maraknya aksi tersebut dan sebenarnya apa yang menyebabkan aksi
tersebut marak tejadi di negeri ini?
Paragraf
ketiga,
menerangkan tentang sebuah
kampanye genosida sistematis telah terjadi di tanah tesebut. Terjadinya serangkaian pembantaian militer indonesia yang
menembaki puluhan mahasiswa yang berdemonstrasi lalu dengan kejam dibuangnya
mereka ke laut.
Paragraf empat menerangkan bahwa apa yang terjadi di papua seperti
cerita tentang penyiksaan oleh
pendudukan
militer. Penemuan tak terduga itu pun membuat ia memikirkan kembali
penelitiannya, dan memberikan dukungan kepada aktivis kemerdekaan papua.
paragraf
kelima,
menjelaskan bahwa
saat Kriksey meneliti masyarakat papua, dia pernah dianggap sebagai sekutu.
Lalu dia diminta
masuk kedalam
gerakan sparatis mereka
dan meminta kepadanya untuk membantu agar
terbebas dari teror dan rezim pendudukan Indonesia. Dan hal itu lah yang
kemudian mempertemukannya dengan seorang aktivis HAM yang juga merupakan
penghasut muda, Telys Waropen.
Paragraf enam, Waropen berasal
dari Wasior, tempat dimana polisi Indonesia saat itu melakukan serangan pada
para separator melalui
operasi penyisiran dan penumpasan. Dia pun akhirnya mengunjungi tempat tersebut
untuk meneliti rumor bahwa polisi indonesia diam-diam mendukung milisi papua.
Paragraf tujuh, menyebutkan telah terjadi operasi
p[enyisiran dan penumpasan terhadap orang papua yang menimbulkan rasa tidak
percaya terhadap pemerintahan indonesia.
Paragraf delapan,
menyebutkan mengenai Kriksey yang mewawancarai
orang-orang untuk menceritakan kisah mereka dari rumah kerumah di tengah malam
agar tidak terlihat polisi Indonesia yang kemungkinan beresiko mengancam jiwa
mereka bila mereka ketahuan menceritakan cerita mereka pada peneliti asing.
Paragraf sembilan, menjelaskan
bahwa Kriksey sempat berencana akan mewawancarai seorang dukun yang mengklaim
telah bertanggung jawab atas gempa yang tejadi di pulau jawa. Kesempatan untuk
mendapatkan informasi soal dukun pun, baru dia dapatkan dari Waropen pada
sebuah pesta.
Paragraf kesepuluh,
Kriksey mengira bahwa waropen bisa jadi merupakan narasumber yang paling
penting bagi penelitiannya
yang dapat membantunya mendapatkan sumber informasi.
Paragraf sebeleas, Kriksey memulai mewawancarai waropen.
Prosedur yang dilakukannya sama seperti saat dia mewawancarai 350 narasumber
yang pernah ia tanyai mulai dari politisi, korban kekerasan hingga para aktivis.
Dia mempertanyakan apakah identitas narasumber itu tidak penting? Padahal
sebuah penelitian akan lebih kuat bila mengutip sumber-sumber yang terpercaya.
Paragraf duabelas, keterbukaan media pada masa orde lama memang terbilang sangat
dikekang. Begitu juga di
Papua yang tidak atau kurang terjamgkau oleh media karena kurangnya keterbukaan
informasi pada saat itu.
paragraf tigabelas Jurnalis dan editor biasanya
menggunakan satu set pedoman ketat untuk menentukan kapan harus menggunakan
sumber anonim” ( Boeyink 1990 ).
Kriteria ini menjaga terhadap pembuatan cerita oleh penulis tidak etis dan
penyebaran informasi yang salah dari sumber yang didapat oleh wartawan.
Paragraf empatbelas, menuliskan soal waropen yang yang
menginginkan keadilan, dan ekpektasi dia tentang tanah leluhurnya di masa
depan. Waropen menganggap bahwa Eben merupakan salah satu seorang yang
potensial yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan banyaknya data
yang telah ia peroleh.
Paragraf lima belas waropen menambahkan “jangan gunakan
data yang anda punya sebagai bantal dan pergi tidur ketika saat anda kembali ke
Amerika dan jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang
profesional anda sendiri.”
Paragraf enam belas,
menyebutkan
bahwa pengetahuan menenai orang yang terpnggirkan kurang disorot / ditampilkan
dalam ranah umum.
Paragraf tujuh belas dan delapan belas, waropen
memprovokasi Eben untuk mengungkapkan fakta sebenarnya yang terjadi di
tanahnya. Bicaralah secara penuh dari data yang anda dapat. Jangan takut pada
penguasa, karena menguak fakta lebih penting dibandingkan dengan hanya
menjadikan penelitian sebagai jembatan untuk peluang profesional sendiri.
Paragraf sembilan belas, konflik itu terjadi karena provokasi
yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap pihak lainnya melalui perusahaan BP
(British Petroleum yang kemudian berganti nama menjadi Beyond Petroleum).
Paragraf dua puluh Kriksey mengungkapan rumor kekerasan
yang terjadi.
Paragraf dua puluh satu, Kriksey menulis bahwa ia pernah diminta
oleh seorang pembela HAM asal papua lainnya yakni John Rumbiak pada akhir mei
2003 untuk menghadiri pertemuan di markas besar BP di London dengan Dr Byron
Grote, CFO dari perusahaan minyak raksasa tersebut. Dan pada pargraf
berikutnya
Paragraf dua puluh dua dan dua puluh tiga, masih berlanjut menjelaskan soal perjalanan Kriksey
dalam menemukan kantor BP di London.
Paragraf dua puluh empat, penemukan fakta baru soal keterlibatan polisi Indonesia
atas kekerasan yang terjadi di sekitar perusahaan tersebut di Papua. Pasukan
keamanan negara Indonesia membuat sekitar 80 persen dari pendapatan mereka dari
konrak adalah untuk melindungi perusahaan. Dan agen rahasia di militer
Indonesia memprovokasi kekerasan sampai perusahaan mengalah dan memberi mereka
kontrak keamanan.
Paragraf dua puluh lima dan dua puluh enam Eben
berspekulasi atas fakta yang ia temukan diatas dengan berfikir bahwa perusahaan
ini bisa menjadi kekuatan untuk membantu mengesampingkan militer Indonesia di
Papua Barat.
Kesimpulan
Persoalan Papua sebenarnya adalah
permasalahan ketidakadilan, mulai dari penguasaan sumberdaya alam oleh asing
dengan pengelolaan dalam negeri, pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
serta elit pejabat daerah dengan masyarakat. Potensi konflik komunal,
maupun gangguan keamanan yang dilakukan oleh kelompok kecil bersenjata yang diduga merupakan gerombolan Organisasi Papua
Merdeka (OPM) yang diarahkan pada warga sipil maupun sektor industri kadang
terjadi dalam skala dan intesitas terbatas di wilayah tertentu. Mendengar keinginan
papua untuk memisahkan diri dari NKRI, tentu tidak setuju karena daerah papua
tidak terpisahkan dari megara indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945 mengandung
pengertian bahwa seluruh tumpah darah indonesia adalah keutuhan wilayah
indonesia tanpa kecuali dari sabang sampai merauke. Pemerintah harusnya menyikapi
kasus dan penanganan dalam terkait Papua ini dengan serius dan sungguh-sungguh.
jika saja isu ini ternyata didalangi oleh pihak asing yang ingin
mengeksploitasi Papua untuk kepentingan kelompok tertentu, hal tersebut
tentunya harus segera diantisipasi dengan mengajak dan merangkul seluruh tokoh
di Papua supaya jangan sampai Papua terlepas dari NKRI.
0 comments:
Post a Comment