Class Review 6
Pencerahan
Seorang Penulis
Seru berperang dalam berbagai konflik yang seketika
gempar meruah. Seperti inilah pertemuan yang semakin menantang untuk melawan
arus yang ada, dengan berlomba-lomba mendapat hasil yang memuaskan. Sebenih yang ditanam dengan
bibit yang unggul, hama seketika datang sehingga membuat tanamanpun mati, dan
tidak sampai berhenti disitu kita dapat mencoba belajar dari sesuatu kejadian
yang sudah sudah agar mendapat pencerahan dalam suatu kejadian tersebut.
Ibaratkan dalam sebuah gagasan yang akan diulas, kali ini mengenai writing is a
matter of enlighten ourselve.
Sebuah tempat yang menyediakan segala sesuatunya
yang dibutuhkan untuk para pengunjung, dengan suatu balutan alamiah yang dapat
dikombinasikan satu sama lain, begitupun dengan tulisan. Seharusnya dalam sebuah
proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan yang
diharapkan, hasil dari proses kreatif, istilah ini mengacu pada hasil yang sama
meskipun ada berbagai pendapat mengatakan istilah tersebut memiliki pengertian
yang berbeda. Adapun berbagai pokok persoalan didalam tulisan disebut gagasan
atau pikiran. Gagasan tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya tulisan
tersebut. Gagasan pada sebuah tulisan bisa bermacam-macam, bergantung pada
keinginan penulis. Melalui tulisannya, penulis bisa mengungkapkan gagasan,
kehendak dan pengalaman.
Suatu berbagai dalam menulis yang berkenaan dengan
literate knowledge, yang perlu dimiliki oleh penulis yang berkeinginan untuk
memenuhi sebuah karya cipta yang berbeda. Sehingga mendapat pencerahan dalam
menguasai atau memiliki literasi informasi. Seseorang diharapkan mengetahui
kapan informasi diperlukan, kemana menemukannya atau mendapatkannya dan
bagaimana mengevaluasi sehingga mengkomunikasikan dengan secara etis. Caul
mengatakan bahwa literasi informasi sebagai pemahaman dan kemampuan seseorang
untuk menyadari kapan informasi diperlukan secara efektif. Untuk menjadi melek
informasi, seseorang harus mampu mengenali kapan informasi dibutuhkan.
Berkenaan tentang menulis bahwa pembaca mendapat
pencerahan suatu ketika membaca sebuah buku, bahwa dimana itu terjadi maka
seseorang yang literate itu yang mendapat pencerahan atau menyukai kabar dari
sebuah kritikal ataupun buku yang cara penyampaiannya berbeda satu sama lain.
Dengan ini kita utamakan bahwa kita bisa menjadi orang yang literate, karena
hal tersebut orang yang benar-benar menyukai sebuah pengalaman dalam membaca,
yang kini dituangkan dalam seorang penulis sebuah tulisan. Kenyataannya bahwa
hal itu kita dapat mengetahui biduk pengetahuan yang dapat fikiran kita
tercerahkan, bisa dikatakan juga menulis sebagai aktivitas spiritual.
Kita disini masih sebagai fase awal sebagai peniru,
karena hal ini mengatakan bahwa kita masih banyak membutuhkan hal-hal yang
berupa informasi untuk melengkapi dalam sebuah tulisan. Hal tersebut memahami
sebuah teori affordance and meaning yang paling dikhawatirkan ketika kita
merasa sudah mendesiminasi, padahal kita baru memasuki tahap meniru. Itulah
yang difikirkan ketika mendapat informasi yang berbeda merasa dipihak yang benar dan pihak yang salah, akan tetapi
hati tergugah ketika kita berada disebuah titik menjadi peniru. Dalam
permasalahan yang ada, terhadap menulis
bahwa potensial yang ada sebagai acuan untuk menulis dengan sangat baik, karena
other signal yang terdapat dimana-mana untuk membantu pemberi informasi yang
tertera.
Affordance
– Meaning
Potencials
– Other Signal
To
“ emulate “ à
Discovere à Create
To
“ emulator “ à Discovere à
Create
Suatu ketika kita menjadi peniru terhempas,
disitulah seseorang sebagai peniru ada, yang dapat menemukan hal yang menangkap
kabar lain untuk diperbadingkan satu sama lain. Dan pada akhirnya kita dapat
membuat sebuah karya yang besar dengan pembentukan bagaimana seseorang pembaca
tercerahkan. Bahwasannya orang yang literate itu mempunyai banyak ide atau
gagasan, itulah hal yang kita harus lebih content untuk mengacu daya fikir yang
selalu tergambar pada seseorang penulis. Disini juga tertera bahwa literasi
terkait dengan history, karena history dapat kita simpulkan sebuah pengalaman
untuk dipelajari sebagai tolak ukur tulisan. Jadi hal tersebut kita harus
pelajari, dipahami hingga mengerti, karena hal tersebut untuk menunjang alasan
yang akan dipermasalahkan.
Public ideologis merupakan sebuah karya menulis yang
sangat kuat dalam isinya, yang berkenaan langsung. “ writing is ideologically
motivated, yang terjadi akan tetapi tidak semuanya sama, yang sama adalah benar
adnya bahwa dari ideologi besar yang terletak lebih akademis. Asli dari tulisan
ini jauh dari masalah yang ada, dan orang menemukan diri mereka sendiri dalam
situasi dimana mereka mungkin menulis hanya bagian dari sebuah anggota kecil,
secara ekplisit disini akan membahas
atau membandingkan ideology penulisan tertentu. Hal ini kita membuat sebuah
penyelidikan baru untuk seorang guru dalam menulis ideologi sehingga terlihat lebih menarik,
karena sikap mereka begitu jauh lebih rumit dari pada hanya memilih sisi mana
yang mereka harus menguasainya.
Bahkan membuat lembaran review kecil dari deskripsi
utama yang populer atau ilmiah, dalam penulisannya menunjukkan sebuah sikap
yang terlihat pada salah satu individu, yang sebagian pembahasan yang sama
menulis. Menulis tersebut harus menjadi proses yang sangat kompleks, untuk
percaya diri dalam tulisan, kita harus lebih ekplisit senatural mungkin dan
percaya bahwa tulisan kita terima dikalangan masyarakat sebagai pencerah
pembaca yang baik. Fowler (1996 : 10) “ seperti para linguis kritis sejarawan
yang bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi sosial, ekonomi,
dan polotik atau diakronis perubahan nilai yang terkandung dan perubahan
formasi”. Fowler saidd (1996 : 12)
“proses sejarah ideologi ini tentu saja
baik untuk menunjang yang berisi alat dan media.”
Dalam setiap teks tunggal terdapat ideologi yang
berupa (lisan, tertulis, audio, visual atau kombinasi dari semuanya). Prof.
Chaidar Alwasilah mengatakan 2001;2012, bahwa literasi itu sangat netral, oleh
karena itu secara ideologis membaca dan menulis itu selalu termotivasi sebagai
orang yang berliterasi tinggi. Didalam perguruan tinggi menulis sering dapat
membentuk sebuah ajakan, untuk meyakinkan orang lain bahwa tulisan kita itu
menarik. Dan subjek sudut pandang logikanya harus dipelajari. Persuasi adalah
berlatih secara teratur dalam sebuah ajakan yang dapat mengundang, yang selalu
terterap dalam kehidupan sehari-harii. Sebagaimana kita hrus terus menerus
mempelajari itu, karena untuk menunjang dalam kreatif masing-masing.values
berupa mandat yang ditujukan untuk amanah dalam sebuah pencapaiana hasil, untuk
menyeimbangkan ideologi menulis.
Ideology
à
Sets of beliefs à in evaluasi : medium, instrument.
Ideology
menulis tentunya dapat mengubah kepercayaan dalam menulis, untuk evaluasinya
dapat menyeimbangkan dari medium hingga instrument, sebagai penunjang sebuah
tulisan. Disini juga kita akan diminta untuk meyakinkan pembaca, dari sudut
pandang saya. Bentuk persuasi tadi, sering disebut argument akademis mengikuti
pola diprediksi secara tertulis. Setelah pengenalan dalam sebuah topik, lalu
menyatakan sudut pandang yang ada pada topik secara langsung dan dalam satu
kalimat. Kalimat ini menyerupai pernyataan thesis dan berfungsi sebagai
ringkasan dari argument kita, didalam sisa kertas yang ada. Untuk penulisan
thesis statement functions. The thesis statement performs two functions :
1. Penulis membuat thesis dengan fokus pada
subjek essay.
2. The presence yang baik dalam thesis
statement aids reader understanding.
So,
kesimpulan yang berarti seseorang yang menulis dan membaca yang baik, akan
mendapat pencerahan yang luar biasa. Hal ini disebut sebagai orang yang
literate, diimbangkan dengan sebuah pengalaman. Kita masih memupuk perihal
dengan tahap peniru, tergambar kita masih memerlukan informasi untuk menunjang
tulisan tersebut, adapun seseorang yang menulis akan tergerak motivasi dalam
ideologi writing, dan kita juga dapat mengubah sets of beliefs.
0 comments:
Post a Comment