7th Class Review
Written by Muhammad Saefullah
Tak
pelik lagi, pertemuan demi pertemuan kini habis dengan sendirinya. Semua target
yang menjadi patokan untuk menjadi destinasi terkhir kini akan tewujud.
Pertengahan jalan harus kita persembahkan salah satu mahakarya untuk
membuktikan kesungguhan dati perjanjian yang sudah disepakati.
Pembelajaran
Writing & Composition 4 sudah sampai di pertemuan ke-7. Hal itu berarti
bahwa mahasiswa PBI semakin mantap untuk belajar tentang sebuah essay. Santapan
dari Howard Zinn tentang Columbus terus ditekankan untuk menambah daya kritis
penulis, seorang yang ingin menjadi terampil haruslah mempunyai daya kritis
yang tinggi. Seperti yang dilakukan oleh kita yang terikat kontrak untuk
mengkritisi Zinn dengan pembahasan Columbus.
Seperti
sebuah diary yang tidak bisa lepas dari tangan mungil penulisnya. Class review
senantiasa menemani setiap minggunya untuk memberikan prestise yang tinggi,
materi-materi yang diberikan ibaratkan sebuah buruan yang siap ditangkap oleh
pemburunya. Tanpa menuliskannya dalam class review sasaran akan mudah lepas
begitu saja.
Pada
pertemuan ke-7 kemarin, banyak sumber-sumber inspirasi yang didapat dari slide
yang ditampilkan. Beberapa materi ditampilkan ulang untuk mengingat hal yang
sudah disampaikan. Kita sebagai pelajar dalam writing sebenarnya masih dalam
proses meniru untuk pemahaman suatu materi, adapun urutan dari tahapan-tahapan pembelajar
ialah:
Emulate
=> discover =>
create
Urutan di atas menunjukkan bahwa
tahapan untuk mencapai hasil menciptakan essay harus melewati dua tahap.
Pertama ialah emulate, tahap ini dilakukan oleh kita pada saat sekarang yaitu
proses meniru. Bagi kaum akademis tahap ini masih labil karena masih terbawa
dengan pemikiran dangkalnya yang berasumsi dengan mudah bahwa ini salah dan itu
benar. Kemudian tahap yagn kedua ialah tahap discover, kita belajar untuk
menemukan berbagai artikel-artikel untuk dipilih dan disaring sesuai dengan
kategorinya. Proses tersebut akan mengembangkan pengetahuan penulis untuk
menciptakan suatu tulisan, karena writing itu ialah sebuah semogenesis yang
bersifat nyata.
Motivasi muncul dari bukunya Milan
Kundera yang menuliskan bahwa menulis itu sama dengan sebuah poem. Maksud dari
Milan tesebut diibaratkan ada sesuatu yang tersembunyi dibalik dinding yang
harus kita pecahkan, bagi kita hal itu harus dibongkar dan dobrak semuanya yang
mengcover. Baginya menulis dan sebuah poem itu sama saja karena butuh
knsentrasi dan imajinasi dalam menggambarkan sesuatu. Poem juga sebenarnya
tidak beda dengan pekerjaan sejarah yang lebih mengutamakan discovers daripada invents.
Sejarah itu diibaratkan seperti poem yang tertutup di situasi-situasi baru,
semuanya itu kemungkinan tersembunyi dan harus dipecahkan.
Bagaimanapun, sejarah itu memang
sebuah proses yang tidak pernah berakhir. Manusia terus menciptakan dan
menorehkan kisah-kisah sejarah yang berbeda alasan dalam merepresentasikannya.
Sejarah bahkan sebuah proses dari manusia yang tidak pernah berakhir dari
penemuan dirinya. Keberanian yang muncul dari poem itu bahkan bersifat
“obvious”, muncul pada permukaan yang benar-benar nyata. Semua penemuan yang
diciptakan oleh manusia bukan lain karena adanya proses diakronik, proses ini
memberikan pemahaman bahwa sejarah itu tidak serta-merta muncul begitu saja. Sejarah
butuh proses untuk membangun cerita dan urutan-urutan yang panjang.
Selama satu pecan terakhir banyak
kritikan pedas dari Mr.Lala yang selalu teliti. Dengan adanya kritik pedas ini
menjadikan cambuk bagi mahasiswa agar lebih mempertahatikan sesuatu yang kecil.
Berdasarkan slide yang ditulis dan kenyataan yang terjadi di kelas kita hanya
ada satu mahasiswa yang menuliskan generic structure dalam penulisan essay, hal
ini diduga mutu dari dialog-dialog yang ada di kelas kurang diperhatikan.
Akibat dari melupakan hal kecil ini akan berdampak besar untuk memahami
tulisannya bagi orang lain, karena tidak ada batasan-batasan dalam susunan
essay.
Di tempat lain juga bahkan tidak ada
yang menuliskan generic structure secara eksplisit. Bahkan, dugaan Mr.Lala bahwa
kelas yang diajarkannya itu hanya mempunyai aura yang negative saja. Semua
kritikan yang ada itu harus dianggap sebagai masukan yang membangun, penulis
yang handal itu akan melupakan suatu hal yang kecil dalam tulisannya. Dari hal
yang terkecil itu tidak menutup kemungkinan akan menghalangi kita untuk pindah ke
level selanjutnya, untuk apa pintar dalam menulis dan tulisannya berkualitas
tapi hal yang kecil saja dilupakan, lebih baik standarnya sedang tapi sesuai
dengan cara-cara yang ada.
0 comments:
Post a Comment