Thursday, February 27, 2014

 

               Bertubi-tubi pujian yang datang dilontarkan oleh dosen Writing 4, Pak Lala Bumela kepada kelas PBI-B tidak pernah benar-benar membuat kami besar kepala. Justru pujian tersebut menjadikan  kami lebih semangat untuk mempertahankannya, karena mempertahankan itu lebih sulit daripada meraihnya. Kami tidak tahu apa yang terjadi di depan, yang jelas kami segenap keluarga PBI-B hanya berdoa dan berikhtiar untuk mendapatkan yang terbaik. Pastinya, ilmu yang bermanfaat untuk kami di masa depan. Istilahnya, kami datang dengan membawa obor tanpa api dan Pak Lala hanya “mencekrekkan” obornya, api yang menyala dari obor tersebut kami lah yang menentukan. Entah api yang menyala itu besar atau tidak, kuncinya ada di diri kami sendiri. Berikut merupakan hadits riwayat / H.R Muslim yang menjadi dorongan saya untuk selalu belajar dan bersemangat, tentunya menunutut ilmu dengan ikhlas yang berbunyi :
Ya Allah ya Tuhan kami, kami berlindung kepadaMu daripada ilmu yang tidak bermanfaat, kalbu yang tidak khusyuk nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan. “ H.R Muslim.
            Dalam pertandingan kali ini, pokoknya kami benar-benar dituntut untuk menggali potensi dalam “tekhnik litetrasi.” Harus kita ketahui bahwa literasi bukan hanya membaca dan menulis, tetapi literasi sudah bermakna sangat luas di era modernisasi ini. Literasi adalah salah satu alat untuk membangun peradaban, contohnya melalui praktik sosial, politik, ekonomi, budaya, psikologi, dan lain-lain.
            Dikutip dari Prof. Chaedar Alwasilah, “pada abad ke 21 standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat ‘melek’ huruf, sangat berhitung baik informasi, mampu belajar terus menerus, percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga masyarakat yang demokrasi.” Michael Barber. Memang benar, literasi dapat mengubah dan membangun sesuatu peradaban seperti yang terjadi di zaman sekarang ini. Masyarakat telah sadar akan pentingnya literasi, sehingga sangat berdampak pada segala aspek kehidupan yang mereka jalani saat, dari segala segi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
            Dalam sebuah appetizer atau hidangan pembuka dalam academic writing, terdapat unsure-unsur yang harus kita perhatikan, yaitu :
·         Kohesi, gerakan halus atau “aliran” antara kalimat dan paragraph .
·         Kejelasan (clarity), makna yang akan dikomunikasikan kepada pembaca harus jelas.
·         Urutan logis (logical order), mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan          akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
·         Konsistensi (consistency), mengacu pada keragaman gaya penulisan
·     Unity, mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan            dengan topik yang dibahas dalam paragraph tertentu.
·         Keringkasan (conciseness), ekonomi dalam pengguanaan kata-kata. Jadi, tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu, dan tidak             adanya pengulangan
·         Kelengkapan (completeness), informasi yang berulang-ulang/ tidak perlu harus             dihilangkan, penulis harus memberikan informasi penting mengenai suatu topic tertentu.
·         Ragam (variety), membantu pembaca dengan menambahkan beberapa “bumbu” dalam            teks.
·         Formalitas (formality), academic writing itu termasuk formula. Ini berarti bahwa,         kosakata dan struktur bahasa yang digunakan harus formal. Selain itu, kata “saya” dan      contruction harus dihindari.
            Nah, karena di writing 4 kali ini kita berpacu dalam “academic writing,” maka maka kita harus memperhatikan unsure-unsur yang terdapat diatas.
            Kembali lagi mengenai literasi. Berikut merupakan pendapat Hyland (2006) mengenai literasi :
Ø  Literasi adalah Sesuatu yang kita lakukan
Ø  Menurut Hamilton (1998) seperti dikatakan Hyland (2006:21), melihat literasi sebagai kegiatan yang terjadi dalam interaksi manusia
Ø  Hyland berpendapat bahwa akademik literasi menekankan mengenai cara kita menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik literasi, berpola dalam lembaga sosial dan hubungan kekuasaan.
Ø  Keberhasilan akademik berarti, representing diri kita dengan cara dihargai oleh disiplin kita, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang mewujudkan discourse academic.
      Selain dalam buku Hyland, ada beberapa poin yang sangat penting dalam “rekayasa literasi,” yaitu:
v  Literasi adalah praktik cultural yang berkaitan dengan persoalan politik dan sosial
v  Definisi baru literasi terus menjamur sesuai dengan tentuan “zaman edan” sehingga tuntutan   mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari
v  Model litersi ala Freebody dan Luke (2003) : breaking the codes of texts; participating in the meaning of text; using text; using text functionally; critically analyzing and transforming      texts.
v   Prof, Alwasilah meringkas lima ayat diatas menjadi: memahami, melibati, menggunakan,        mentransformasi
v   Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujuan linguistic relative konstan
v  Pendidikan yang berkualitas tinggi pasti menghasilkan literasi berkualitas tinggi pila, juga        sebaliknya
v  Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
v  Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi
v  Masyarakat yang tidak literat tidak mampu memahami hegemoni itu diwacanakan lewat          media masa
v  Ujung tombak literasi adalah guru dengan fitur: komitmen professional, komitmen etis,           strategi analisis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, keterampilan literasi dan         numerasi ( Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
v  Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia         terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah       pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan
v  Empat dimensi rekayasa : linguistic, kognitif, sosiokultural dan perkembangan
v  Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi           tersebut
v  Kern (2003) : literacy refers to “general learnedness and familiarity with literature.”
v  Orang literat tidak sekadar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan mengenal sastera.
            Jadi, dalam writing 4 kali ini, kami benar-benar berpacu dalam academic writing, dimana kami benar-benar memperdalam apa itu literasi dan efek literasi bagi kehidupan kami yang berperadaban. Oleh karena itu, kami harus benar-benar mengetahui tentang unsur-unsur dalam academic writing. Memang cukup menguras tenaga, pikiran, mental, dan lain-lain. Tapi, seperti yang Pak Lala katakana bahwa menulis itu tidak hanya menyangkut masalah hati, tapi segala aspek eksternal dan internal pula. Pastinya yang paling penting adalah pokoknya tekhnik literasi.

0 comments:

Post a Comment