Tuesday, February 25, 2014



Class Review 3
Pentingnya Literasi
Tidak terasa minggu ke minggu sudah terlewati, dan sekarang tibalah pada minggu ke tiga dimana kuliah writing 4 ini. sang waktu berlari sangat cepat menyisakan rasa pusing dikepala.
Jika berbicara literasi maka ruang lingkupnya amat banyak. Baik dibidang politik, ekonomi, dan psikologi itu semua adalah praktek dari pada literasi. Mengapa harus literasi? Pertama, budaya literasi yang kuat menghasilkan kesadaran. Kedua, budaya literasi menstimulasi pikiran, sikap, dan karakter. Ketiga, budaya literasi menyambungkan sejarah, ilmu, perjalanan budaya antar generasi lalu, kini, dan mendatang.
Kontinyuitas suatu peradaban, budaya, seni, ilmu pengetahuan suatu komunitas akan tetap terjaga. Dengan litersi lintasan sejarah peradaban, budaya dan pendidikan, ilmu pengetahuan dan sebagainya akan berjalan linear, lurus, dan dinamis. Singkatnya, budaya literasi akan membentuk jiwa, ruh, semangat, kesadaran, karakter sosial dan perilaku.
Sebenarnya dulu sejarah banten kontemporer (pasca reformasi) diawali budaya yang besar dan masyur. Mereka kaya akan sejarah dan literature setidaknya itu semua menjadikan spirit dan kebanggaan bagi generasi berikutnya. Tapi sekarang itu semua tinggal kenangan yang tanpa makna.
Memang mengembangkan budaya literasi yang kontinyu di negeri ini banyak menemui kesulitan diantaranya budaya litersi tidak didukung oleh kestabilan psiko-sosial dan ekonomi masyarakat, budaya literasi merupakan puncak kesadaran dari proses yang dibentuk oleh suatu lingkungan masyarakat belajar yang sistematis dan terprogram, budaya literasi kurang dikenal dalam masyarakat agraris.
Budaya instan (budaya cepat) tengah menjangkiti semua kalangan, sekolah ingin cepat, kuliah ingin cepat. Kedua, limgkungan belajar yang kurang konsisten, sehingga tidak menarik untuk si siswa. Ketiga, runtuhnya keteladanan pendidik seperti orang tua, guru, dsb.
Disisi lain menanggapi carut-marutnya persoalan pendidikan, para pengambil kebijakan pendidikan hanya menjadikan issue pendidikan sebagai lips services, kebiajakan yang tidak pernah tuntas. Singkatnya, pendidikan telah direduksi menjadi hanya proses teknis-formal menuju pasaran kerja. Pendidikan telah kehilangan substansinya. Bagaimana budaya literasi di indonesia?
Kita lihat faktanya sekarang hanya pilihan buku dan majalah yang digandrungi masih bersifat yang ringan dan having fun. Coba kita tengok kaum muda di perpustakaan daerah dan kampus. Budaya literasi kaum muda baru setingkat bacaan ringan dan mudah, belum meningkat pada bacaan semi ilmiah atau buku-buku serius.
Iqra adalah wahyu pertama yang Allah turunkan. Kenapa Allah memerintahkan untuk membaca? Karena untuk menuju perubahan ternyata harus dibekali dulu dengan ilmu, dan ilmu dapat diraih dengan membaca, serta membaca dapat difasilitasi oleh buku.
Kebiasaan membaca, berbanding lurus dengan kemajuan. Kebiasaan membaca juga merupakan fondasi kemajuan suatu bangsa. Kita lihat negara-negara maju mereka membangun negaranya denagn diawali proyek membangun budaya baca di masyarakatnya sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pak lala, bahwa orang literate adalah orang yang kaya atau menjadi penguasa. Dan kunci dari semua itu adalah membaca.
Kita juga dapat belajar dari negara-negara maju seperti jepang, china, dan india dari segi literasi. Jepang bangkit pada pertengahan abad ke sembilan belas dengan restorasi meijinya. Pada saat itu jepang memulai kebangkitanya dengan membangun manusianya dulu, dan yang paling utama adalah pemberantakan buta huruf, dan didukung dengan dana APBNnya 43% untuk pendidikan. Yang minim sumber daya alam bahkan sering dilanda bencana akan tetapi dia bisa menjadi negara maju di Asia bahkan dunia.
Permasalahan yang dihadapi negara Indonesia, kemelut pendidikan, kemiskinan, carut-marut politik akan terus menjadi masalah jika akar dari persoalan tersebut tidak diatasi. Rendahnya budaya membaca adalah akar dari permasalahan pendidikan saat ini.
Ada beberapa cakupan dari academic writing diantaranya :
·         Kohesi : mengalir dan nyambung antara kalimat dan paragraf.
·         Clarity : makna yang disampaikan harus jelas.
·         Consistency : konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
·         Logical order : mengacu pada urutan logis dari inforamasi. Dalam penulisan academic cenderung bergerak dari umum ke khusus.
·         Unity : sederhana, kesatuan mengacu pada penegecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
·         Concisenes : ekonomi dalam penggunaan kata-kata artinya tulisanya sampai ketitik, dalam artian harus jelas, meaningnya dapat tersampaikan dan tidak perlu ada pengulangan.
·         Completeness : tidak harus ada kata-kata yang diulang penulis berkewajiban untuk memberikan informasi yang penting. Contohnya : dalam definisi cacar air, pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah penyakit anak-anak yang ditandai dengan ruam.
·         Variety : ragam membantu pembaca dengan menambahkan beberapa bumbu-bumbu untuk teks.
·         Formality : formalitas, di academic writing ini kita kita menulis secara formalitas, dalam segi bahasa dan struktur harus diperhatikan.selain itu, penggunaan kata ganti seperti “I” harus dihindari.
Jadi dengan pendidikan literasi yang baik, maka akan menghasilkan orang-orang yang berliterasi tinggi pula dan itu merupakan suatu aset bagi bangsa untuk menuju peradaban yang lebih maju lagi. Karena literasi adalah dasar/pondasi yang bisa mewujudkanya.


0 comments:

Post a Comment