Tuesday, February 18, 2014



Laela Nur Komariah
14121310313
PBI-B
Class Review 2

Mabuk Teknologi

Satu minggu telah berlalu. Tidak terasa saya sudah harus berkutat kembali dengan tumpukan-tumpukan buku yang sangat menyeramkan ini. Kini kita telah sampai pada pertemuan ke-2 dalam mata kuliah writing. Menulis pada semester 4 ini sangat berbeda dengan menulis pada semester sebelumnya, karena pada semester ini kita menulis sciencetific atau yang biasa dikenal dengan academic.
Banyak sekali hal yang disampaikan pada pertemuan ke-2 kemarin. Pertama, critical. Critical writing bukanlah orang yang menelan bahan bacaan secara langsung, melainkan setelah buku tersebut dibaca kemudian akan diproses oleh otak kita, ditelaah maksud dan makna buku tersebut apa. Setelah melewati beberapa tahap seperti dibaca, ditelaah, dan lain sebagainya maka barulah terciptanya sebuah pengalaman tersebut yang akan dituangkan menjadi critical writing.
Kemudian writing itu bersifat mengikat, karena writing bersifat kompleks, diantaranya adalah:
1.      Cara untuk mengetahui sesuatu
2.      Cara untuk merepresentasikan sesuatu
3.      Cara untuk mereprodusikan sesuatu
Sesuatu yang dimaksud disini adalah informasi, knowledge, experience. Disini bisa kita lihat bahwa apabila kita ingin menulis tentang sesuatu kita harus tau segala informasi tentang semua itu, karena tidak mungkin kita menuliskan sesuatu yang tidak kita ketahui asal usulnya. Misalnya, kita ingin menulis atau mendeskripsikan “Perancis” maka kita harus menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya tentang Perancis.
Makin tinggi literasi, maka akan semakin kaya ilmu pengetahuan. Lompatan-lompatan teknologi yang semakin berkembang dengan sangat pesat yang dicapai oleh negara maju itu berbanding lurus dengan tingkat kemajuan literasi yang dimiliki negara tersebut. Contohnya Korea, Jepang, China, dengan industri teknologinya yang berkembang pesat. Walaupun butuh waktu yang sangat lama untuk mewujudkan itu semua tapi mereka percaya bahwa literacy will save your life.
Penulis dan pembaca harus membangun koneksi yang sama ketika membaca teks yang sama. Contohnya penyanyi, mereka ketika diharuskan untuk berduet maka mereka harus latihan untuk membangun konektifitas mereka, penghayatan mereka, suara mereka, supaya ketika lagu tersebut didengarkan ke publik akan menghasilkan sesuatu yang istimewa. Oleh karena itu menulis butuh ketulusan hati, butuh latihan, dan butuh cara-cara tertentu untuk menghasilkan sebuah mahakarya.
Seorang penulis harus memiliki cita rasa yang tinggi. Seseorang disebut chef hanya ketika mereka sedang memasak. Sama halnya penulis, seseorang disebut penulis ketika mereka aktif menulis. Jadi ketika tidak aktif menulis maka tidak akan disebut penulis. Semua negoisasi makna berada pada reader, yang bisa dilakukan penulis adalah mengantarkan reader kepada makna dengan caranya.
Menurut Hawe sekarang ini sumber-sumber bacaan kian banyak dan terbuka untuk diakses menggelontor tiada henti, menggenangi masyarakat pembaca. Sekarang ini kita tidak lagi di batasi oleh lembaran koran dan majalah yang setiap pagi kita menunggu ada seseorang yang melempar koran ke bawah pintu gerbang kita. Namun sekarang kita bebas mengakses apapun yang kita inginkan melalui komputer, laptop, handphone dan masih banyak cara lainnya.
Seiring dengan semakin pesatnya teknologi ia juga merasakan kekhawatiran karena dengan adanya teknologi canggih dan informasi yang serba tersedia ternyata itu menjadikan kita semua malas untuk berkunjung ke perpustakaan, malas untuk membaca buku ataupun koran.
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan zaman. Misalnya dulu sebelum ada internet orang-orang senang berkunjung ke taman baca atau perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau ingin mencari informasi yang mereka butuhkan. Dengan begitu perpustakaan menjadi ramai karena banyak yang berkunjung.
Namun, kini orang lebih suka menyendiri, untuk memainkan gadgetnya. Dan orang-orang menjadi tidak sabar dalam melakukan sesuatu karena di nternet tidak ada yang namanya mengantri. Lain halnya apabila kita meminjam buku diperpustakaan kita harus mengikuti prosedur yang berlaku di perpustakaan tersebut.
Jadi kesimpulannya pembaca dan penulis itu seperti dancer. Mereka berpasangan dan menari dengan alunan musik secara bersamaan sehingga menghasilkan tarian yang indah. Sama halnya pembaca dan penulis, mereka dua orang berbeda tetapi harus menciptakan makna yang sama agar apa yang disampaikan oleh penulis akan sampai dan sama makna dengan pembaca.
Menurut saya semakin tinggi lompatan teknologi di Indonesia memang bagus. Tapi kita sebagai penikmat informasi jangan sampai lalai dengan adanya perpustakaan, taman baca, dan lain-lain. Kita harus bisa membagi dimana saat kita menggunakan teknologi dan saat kita mengisi waktu luang di perpustakaan.

0 comments:

Post a Comment