Tuesday, February 25, 2014



Kapasitas dari Literasi
Masih berkelanjutan pada Literasi (Sosial, politik, ekonomi, psikologi). Jadi literasi bukan hanya membaca dan menulis saja tapi juga mencakup: social, politik, ekonomi dan pskikology. Semua poinnya termasuk kepada culture”peradaban” yang merujuk kepada purpose, security dan confortable.
            Jika literasi sudah dilaksanakan dengan menggunakan satu bahasa, terdapat  juga literasi yang menggunakan 2 bahasa yaitu system literasi multilingual writer yaitu dengan cara penekanan yang selalu dilatih bukan hanya menggunakan satu ragam bahasa saja melainkan mempelajari dan menggunakan bahasa lain. Sistem multiingual ini mampu memproduksi vitalitas bahasa yang tinggi pula.
Menurut David (2005) tercipanya literasi adalah sebuah jalan kunci untuk mengerti mengenai bahasa tulis untuk dapat menelaah lebih spesifik dari kejadian yang terjadi dan peraturan dari sebuah text. Pada dasarnya literasi itu datang dari sebuah analisis yang dibuktikan dengan penilitian atau observasi setiap hari. Kejadian literasi ini nampaknya telah tersebar.
Kern (2003) literasi merujuk kepada pengajaran yang secara umum dan keramahan dari sebuah sastra. Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA. Oleh sebab orang-orang sastra sangat ditakuti oleh pemerintah sebab orang-orang sastra mampu menciptakan puisi yang bahasanya lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang berintelektual.
Literasi adalah sesuatu apa yang kita dikerjakan (key Hyland 2006). Menurut Hamilton (1998) yang di kutip oleh Hyland (2006:21) melihat literasi itu sebagai lokasi aktifitas  interaksi antar orang-orang. Selanjutnya Hyland berpendapat lebih jauh bahwa belajar literasiadalah menitikberatkan kita pada penggunaan bahasa yang merujuk kepada prakteknya literasi adalah sebuah pola intitusi dan kekuatan relasinya.
Model dari literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using texts functionally; critically analysing and transforming texts. Dari beberapa pendapat di atas mengenai literasi Bapak Chaedar menyimpulkan bahwa literasi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
Rujukan Literasi selalu berevolusi dan rujukan Linguistik relative konstan. Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas. Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dan juga sebaliknya. Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Masyarakat yang tidak literat tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa. Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012). Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
Terdapatnya Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembanganRekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut.
Rekayasa Literasi
Rekayasa Literasi merujuk 2 hal dasar  yaitu
1.      Writing (bacaan dan tulisan)
2.      Reading (Rekayasa)
Kedua poin tersebut saling berhubungan. Tanpa adanya 2 poin di atas sepertinya tidak ada rekayasa literasi. Membicarakan literasi pasti lebih dominan terhadap text, sebab textlah yang dapat memberikan informasi untuk direkayasa. Awal bahan text dari berbagai sumber referensi dan kritikan atau suggestion.
Text
            Text yang baik harus mampu mengkapakan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan.Text itu berfungsi untuk:
a.      Di baca
b.      Direspon
c.       Dibaca kembali
d.      Di tulis ulang
e.       Di diskusikan
f.        Di kritisi
g.      Di tulis kembali
Text Itu Bersifat Dinamis dan juga TEXT ADALAH PEMAHAMAN YANG BERBEDA.
Selain poin-poin academy wrting yang telah dibahas pada catatan sebelumnya, berikut ini ada beberapa tambahan mengenai elemen dari academy Wrting diantaranya:
1.                  Cohesion: membuat sebuah kalimat itu berhubungan dengan paragraph lainnya. Ini yng mesti diperhatikan dalam catatan kita semua.  Apakah penggunaan kata-kata sudah benar dan sesuai? Atau masih banyak yang salah? Hal ini  Harus diperhatikan demi terealisasinya sebuah kata dan kalimat hingga paragraph saling berhubungan.
2.                  Clarity :  kejelasan untuk sebuah kalimat itu dipahami, dimengerti. Mesti selalu belajar dan membacanya berulang-ulang. Sehingga kata-kata yang rancu dapat diperbaiki.
3.                  Logical Order  : apakah ide dan semua kata-kata yang diproduksi masuk akal? dan sudah sesuai  dengan isi yang dikembangkanyya? Dari konsep umum menuju ke konsep ke spesifik.
4.                  Consistency     : konsistensi merujuk kepada keselarasan atau keseragaman dari style menulis.
5.                  Unity   : poin ini sangat simple yaitu merujuk kepada ekspresi dari informasi bahwa informasi  yang terdapat di dalam paragraph apakah saling berkaitan atau tidak sinkron. Kata-kata yang tidak penting tidak usah di gunakan.
6.                  Conciseness: pengehmatan kata. Lebih baik kita cepat mendapatkan inti apa yang ditulis dari text tersebut dan menyingkirkan kata-kata yang tidak penting dan kata-kata pengulanhganpun tidak perlu (baik yang berlibahhan maupun kehilangan kata). Informasi yang digunakan tidak mesti sebanyak mungkin asal sedikit namun telah mewakili seluruh penjelasan yang bermakna.
7.               Completeness: kata yang bersifat pengulangan atau tidak penting dalam informasi harus dikurangi ataupun dihindari. Penulis harus menyiapkan essensi pada topiknya. Completeness ini sama halnya dengan Conciseness
8.               Variety : text yang berfariasi dapat menyebabkan pembaca menambahkan bumbu yang sesuai dengan rasa dari text yang disajikan.
9.               Formality : Dalam academy wrting secara formal ini bermaksud bahwa penggunaan struktur  kalimat yang tersusun tidak sederhana namun secara canggih(ide yang cemerlang). Dan juga hindari penggunaan kata ganti seperti “saya”. Kata saya dapat dimunculkan dengan menggunakan kata ganti seperti kata saya dapatditempatkan di suggestion, opini ataupun pendapat. Contojya”menurut pendapat saya adalah…..
Kesembilan dari poin-poin academy wrting di atas menunjukan bahwa seorang penulis mampu berekspedisi melalui tulisan yang dibangunnya. Sehingga menghasilkan bacaan yang tidak membosankan bagi pembaca. Kualitas dari pemilihan kata sampai kepada kalimat mesti diperhatikan. Sebab jika tidak saling berhubungan pembaca sulit untuk memahami.
Berikut adalah poin-poin mengenai critical evaluation:
1.      Siapa yang menjadi Target Pembaca?
2.       Apakah argumennya lebih dari satu?
3.      Bukti dari argument tersebut? 
4.      Adakah poin-poin yang tidak didukung?
5.      Apakah bukti yang disampaikan sudah cukup?
6.      Apakah pengkritik berseifat emosional dalam menanggapi kata-kata atau dalam meresponnya)
Bagi seorang kritiker harus mampu mencakup poin-poin di atas terhadapa text yang telah dikritiknya. Mengapa demikian?  Sebab orang yang mengkritik bukan sekedar asal kritik tetapi mengetahui pelaku dan alasan-alasan lainnya. Jadi penjelasan yang telah dipaparkan dariliterasi sampai kepada pelaku pengritik. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa literasi dapat dikaitkan dengan apa yang kita lakukan, suatu perubahan yang kita alami dan berevolusinya teknologi. Sehingga menciptakan rekayasa literasi yang baik.

0 comments:

Post a Comment