Wednesday, February 19, 2014

12:56 AM


Mendobrak Tembok Literasi Kita
          Masih ihwal literasi. Di era modern ini, literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis. Melainkan ada istilah yang lebih lagi mengenai literasi, yaitu literasi computer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA, dan sebagainya. Tapi sayangnya, di Indonesia istilah berbagai literasi tersebut tidak terlalu popular, karena memang di Indonesia istilah literasi jarang sekali dipakai. Pengalaman saya pribadi, sejak saya sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan di Perguruan Tinggi, pelajaran bahasa Indonesia pun tidak pernah terdapat istilah literasi, apalagi guru pelajaran juga tidak pernah mengenalkan mengenai apa itu literasi.
            Keasingan istilah literasi di telinga kita karena memang sejak dini kita tidak diperkenalkan apa itu literasi. Tapi apabila kita mau membuka mata, sesungguhnya literasi itu sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Ok, untuk lebih lanjut lagi mari kita berkenalan dengan literasi.
Ø  Literasi sangat bermanfaat dalam memahami kode dalam teks, terlibat dalam memaknai teks, menggunakan teks secara fungsional, melakukan analisis dan mentransformasikan teks secara kritis.
            Dari point diatas, jelas sekali bahwa literasi tidak hanya kemampuan dalam membaca dan menulis. Tapi literasi lebih ke dalam multifungsi. Jadi, tidak hanya kemampuan timbal balik yang kita dapat ketika kita membaca dan menulis, tetapi adanya reaksi positif yang kita lakukan ketika kita memang benar-benar termasuk literer.
            Dari zaman surat-suratan lewat pos sampai sekarang beralih menjadi zamannya Android, makna literasi semakin berevolusi sehingga kini maknanya semakin kompleks. Pastinya, literasi tetap berurusan dengan penggunaan bahasa dan memiliki tujuh dimensi yang terkait di dalamnya, yaitu :
1.      Dimensi geografis ( lokal, nasional, regional, dan internasional )
2.      Dimensi bidang ( pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan lain-lain)
3.      Dimensi fungsi ( memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, mengembangkan potensi )
4.      Dimensi media ( teks, cetak, visual, digital )
5.      Dimensi jumlah ( satu, dua, beberapa )
6.      Dimensi bahasa ( etnis, lokal, nasional, regional, internasional ).
            Dari tujuh dimensi diatas, sudah jelas bahwa berbagai aspek dipengaruhi oleh literasi. Oleh karena itu, kemajuan suatu negara dapat diukur dari sejauh mana dan setinggi apa  literasi mereka. Contoh seperti, Jepang, Korea, dan Amerika. Dari sejak dini, penduduk negara-negara tersebut telah diperkenalkan dengan literasi. Tidak dapat dinafikkan bahwa fasilitas-fasilitas yang penduduk negara tersebut miliki sangat sebanding dengan apa yang mereka dapatkan saat ini.
            Berikut mengenai 10 gagasan kunci  ihwal literasi sesuai perkembangan zaman, yaitu :
1.      Ketertiban lembaga-lembaga sosial
2.      Tingkat kefasihan relative
3.      Pengembangan potensi diri
4.      Standar dunia
5.      Warga masyarakat demokratis
6.      Keragaman lokal
7.      Hubungan global
8.      Kewarganegaraan yang efektif
9.      Bahasi Inggris ragam dunia
10.  Kemampuan berfikir krirtis
11.   
            Dari  sebelas kunci literasi tersebut memang sangat jelas bahwa untuk menuju literasi perlu adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Negara Jepang, Korea, Amerika, dan lain-lain dapat dikategorikan Negara “highliteracy” karena memenuhi syarat-syarat di atas. Tapi menurut saya pribadi, Indonesia sudah sangat jauh ketinggalan. Dari data yang saya dapat, Indonesia hanya menerbitkan 0 buku, berbeda dengan Swiss yang tiap harinya menerbitkan 5 buku. Sungguh mengecewakan bukan ?
            Setelah membahas mengenai tujuh dimensi literasi dan sepuluh kunci literasi, ada yang disebut dengan prinsip literasi, yaitu :
1.      Literasi adalah kecakapan hidup (life skills) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat
2.      Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun secara lisan
3.      Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah
4.      Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya
5.      Literasi adalah kegiatan refleksi (diri)
6.      Literasi adalah hasil kolaborasi
7.      Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi
            Ketujuh komponen diatas harus dimiliki Indonesia jika memang ingin menjadi negara yang “highliteracy”. Tapi sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan Indonesia saat ini. Mungkin hal-hal yang akan diungkapkan di bawah ini akan mencengangkan bagi Anda. Mari kita simak beberapa pemaparan mengenai literasi di Indonesia.
            Berikut merupakan kutipan-kutipan temuan dari PIRLS (Progress in international Reading Literacy Study), yaitu :
·         Skor prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk semua siswa), berbeda Swiss yang menduduki skor paling tinggi yaitu 565
·         Negara-negara yang skor membacanya diatas rata-rata diakibatkan karena pendapatan kapita dan indeks pembangunan manusia ( HDI )
·         Indonesia termasuk Negara yang memiliki indicator lebih tinggi dalam retrieving and straight forward inferencing process daripada dalam interpreting, integrating dan evaluating process
·         Di Indonesia tercatat hanya 2% siswa yang prestasi membacanya masuk ke dalam kategori sangat tinggi, 19% masuk kategori menengah, dan 55% kategori rendah. Artinya, 45% siswa Indonesia tidak dapat mencapai skor 400
·         Tercatat 44% orang tua di Indonesia terlibat dalam early home literacy activities, yaitu membaca buku, bercerita, menyanyi, bermain huruf, bermain kata, dan membaca nyaring
·         Dalam kategori index of home educational resources (HER) Indonesia masuk ke dalam kategori posisi paling bawah, yaitu hanya sekitar 1% dalam kategori high.
·         Indonesia adalah negara yang pendidikan orang tua siswanya paling rendah (lebih dari 25% orang tua siswa tidak lulus SD)
            Telah kita ketahui beberapa potret buruk literasi anak negeri ini, sungguh sangat memilukan. Jika dilihat dari garis besarnya, semua aspek menjadi penyebab kurangnya literasi di negeri ini dan masih jauh tertinggal  oleh siswa Negara-negara lain. Beberapa hal yang masih terkait dengan pendidikan literasi yakni pendapatan nasional per kapita, pendidikan orang tua, fasilitas belajar, lama belajar di sekolah, dan sebagainya. Beberapa fakta yang terjadi di negeri kita ini :


v  Pendidikan Orang Tua
      Seperti yang kita ketahui dari data-data potret buruk anak negeri ini, kebanyakan orang tuanya tidak lulus SMA. Sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada pihak sekolah. Sedangkan waktu belajar di sekolah pun sangat terbatas. Padahal, pendidikan tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal saja, pendidikan informal pun sama pentingnya. Karena waktu di rumah lebih banyak daripada yang anak-anak habiskan di sekolah. Menurut saya jika disikapi dari segi gurunya, seharusnya seorang guru itu dapat menjaga komunikasi dengan pihak orang tua   dari anak muridnya. Paling tidak, guru memberikan laporan kemajuan anaknya  di sekolah. Sehingga orang tua tahu sejauh mana anaknya berkembang dalam bidang pendidikan. Sehingga kedua belah pihak dapat mengontrol pendidikan si anak dengan baik.
v  Fasilitas Belajar
      Fasilitas belajar adalah salah satu komponen yang penting dalam pendidikan literasi. Karena apa? Karena fasilitas juga menjadi penyokong anak-anak dalam belajar. Di zaman modern seperti ini, contohnya seperti komputer. Computer merupakan salah satu fasilitas belajar anak, karena di luar negeri anak SD saja sudah belajar memakai komputer. Sedangkan di Indonesia diajarkan mulai dari SMP. Selain itu, buku-buku yang di punyai anak-anak di Indonesia sangat minim sekali. Paling mereka hanya bergantung pada buku modul yang diberikan sekolah. Sungguh mengenaskan. Inilah potret buruk negeri ini.
      Penelitian setiadi (2010), menemukan kenyataan sebagai berikut :
§        Dalam pembelajaran membaca dan menulis, para guru sangat mengandalkan kurikulum nasional dan buku paket untuk materi ajar dan metodologi mengajarnya.
      Di dalam poin ini, dari penelitian Pak Setiadi tahun 2010, ternyata di tahun 2014 poin ini masih saja bergulir. Buku Bimembeli asanya, pada saat tahun ajaran baru siswa SD sampai SMA pasi diwajibkan untuk  membeli buku paket, sehingga guru hanya berpatokan pada buku yang telah ada. Dalam kemampuan membaca dan menulis pun guru tidak berusaha untuk mengeksplor kemampuan membaca dan menulis siswa. Ketika membaca, siswa hanya diperintah untuk membaca teks dan memahaminya. Tidak menyuruh siswa untuk menceritakan kembali teks tersebut dalam sebuah tulisan. Sehingga otak siswa tidak berkembang dan hanya sekadar memahami isi dari teks tersebut.
§        Pemodelan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak lazim dilakukan oleh para guru. Seperti yang telah saya jelaskan diatas, guru tidak memberikan contoh menulis dan membaca yang baik dan sebenarnya itu seperti apa karena guru hanya mengandalkan kurikulum nasional dan buku paket.
§        Walaupun kualifikasi akademik para guru sekolah memadai, mereka tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam kegiatan mengelola kelas. Mereka memerlukan pelatihan tambahan untuk meningkatkan unjuk kerja mereka.
Saya tidak setuju dengan poin tersebut karena seorang guru harus mempunyai 4 kompetensi dan kegiatan mengelola kelas merupakan hal yang melibatkan pribadi masing-masing. Oleh karena itu, seorang guru itu harus kreatif, sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Contohnya, metode belajar disesuaikan dengan umur siswa. Untuk anak SD misalnya, lebih banyak menggunakan metode belajar sambil bermain. Sehingga membuat siswa cepat menangkap materi ajar yang disampaikan guru.
Mengapa literasi itu penting?
      Menurut Martha C. Pennington (1965 :  186 ), secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
      Guna menemukan generasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam literasi diperlukan cara strategi alternative yang bisa dilakukan untuk menopang peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Khususnya di negeri kita yang tercinta ini, melenyapkan masalah buta huruf yang kerap kali menjadi penghambat kemajuan pendididkan nasional untuk bersaing di dunia Internasional. Istilah literasi memang semakin tidak dilirik khususnya dikalangan sekolahdi Indonesia, hal ini justru menghambat system pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, sudah saatnya budaya literasi harus lebih ditanamkan sejak usia dini agar anak bisa mengenal bahan bacaan yang menguasai dunia tulis-menulis. Harus Anda ketahui bahwa literasi menjadi alat pembeda bagi kemajuan peradaban dari bangsa tertentu.
      Yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana cara merekaya sa literasi tersebut? Perbaikan rekayasa literasi, yaitu menyangkut 4 poin dibawah ini :
1.      Linguistik atau fokus teks
2.      Kognitif atau fokus minda
3.      Sosiokultural atau fokus kelompok
4.      Perkembangan atau fokus pertumbuhan
            Dengan begitu, rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam 4 poin diatas. jadi, mengajarkan membaca dan menulis dalam 4 dimensi, tersebut harus diterapkan karena satu sama lainnya saling berkaitan. Pengajaran bahasa yang baik, menghasilkan orang literat yang mampu menggunakan keempat dimensi tersebut.



0 comments:

Post a Comment