Tuesday, February 18, 2014



Ekspedisi meaning
2nd meeting of writing academic, tepatnya tanggal 10 februari 2014. Bapak lala bumela, M. Pd menjelaskan bahwa menulis pada semester ini berbeda dari menulis pada semester 2 sebelumnya, jika dulu kita menulis sesuatu hal hanya secara general, yaitu untuk menghibur atau menginformasikan saja. Pada semester ini kita akan menulis suatu hal secara lebih scientific atau disebut dengan academic writing. Selaiin itu, kita juga dituntut untuk belajar menjadi seorang yang critical reader dalam dua bahasa (L1 dan L2), yaitu ketika membaca tidak menelan suatu informasi atau bacaan bulat-bulat (secara langsung). Tetapi, kita harus mengamati, menganalisis, membandingkan, dan menyimpulkan bacaan tersebut dengan bacaan-bacaan yang memberikan informasi-informasi lain.
            Pada semester sebelumnya, kita hanya belajar menjadi student of language, sekarang kita akan belajar atau bertransformasi menjadi student of writing.

Writing pada semester 2 à Student of language
Writing pada semester 4  à critical readers à student of writing à Multilingual written

Jika para mahasiswa mampu melakukan atau memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka kita akan menjadi mahasiswa yang multilingual written, yaitu mahasiswa yang efektif dalam menulis dua bahasa, karena kita sebagai mahasiswa yang sedang belajar bahasa asing (English department). Kita tidak hanya dituntut untukmenulis secara efektif dalam bahasa asing yang kita pelajari saja. Namun, kita juga harus bisa menulis efektif dalam bahasa ibu kita (bahasa Indonesia), juga bahasa daerah kita. Kenapa orientasinya harus menulis? Karena dengan menulis, kita bisa jauh lebih banyak melakukan suatu hal, dan menulis bisa mengubah dunia.
            Beliau mengatakan bahwa menulis itu seperti meditasi atau berdzikir, karena ketika menulis kita sedang memusatkan atau memfokuskan semua energy (baik pikiran maupun fisik) pada satu titik saja, yaitu ujung jari tangan kita. Menulis itu membutuhkan energy yang besar serta butuh pemikiran yang cemerlang, sehingga menulis juga bisa dikatakkan sebagai olahraga, karena dibutuhkan banyak tenaga baik fisik maupun pikiran kita.
            Menulis bukanlah suatu hal yang mudah, tidak bisa diakukan dengan sembarangan, karena menulis itu bersifat kompleks dan mengikat. Terdapat beberapa langkah dalam menulis, ada tiga langkah mengenai menulis, berikut bagan penjelasannya;
             à ways of knowing something                    
Writing à representing of something
à reproducing of something

representing of something  à informasi                    
                                           knowledge
                               experiences     

knowledge à collecting
        manner
            Pertama, menulis adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu. Sebelum menulis, penulis biasanya akan mencari sumber referensi atau sekumpulan data-data untuk bahan penulisannya. Pencarian tersebut dilakukan melalui membaca, dan dari pengalaman penulis ataupun pengalaman orang lain, yang dapat memberikan informasi-informasi sehingga membuat penulis banyak mengetahui sesuatu hal. Kedua, menulis merupakan suatu cara untuk mempresentasikan sesuatu. Sesuatu disini adalah informasi yang kita dapat dari membaca, atau menggabungkan penglaman penulis, yang nantinya dianalisis kembali dan disusun secara rapi melalui media tulisan. Ketiga, menulis adalah suatu cara untuk memproduksi atau menghasilkan suatu ilmu pengetahuan yang baru sesuai dengan pandangan-pandangan penulis.
            Menurut hyland, menulis adalah sebuah praktek yang berdasarkan ekspektasi atau keinginan dari penulis untuk menulis. Jika ada keinginan untuk menulis, penulis ada niatan terlebih dahulu dalam menulis, kemudian sebelum menulis, penulis harus mengetahui apa yang diinginkan oleh pembaca. Penulis juga harus mengantisipasi pembaca yang mungkin menginginkan bahan bacaan teraktual sesuai dengan selera pembaca masing-masing. Tentu saja, penulis harus mencari informasi-informasi yang teraktual dan menarik pembaca untuk membacanya. Jadi jika kita ingin menulis, kita harus mencari informasi-informasi teraktual untuk dapat menarik perhatian pembaca untuk membaca hasil tulisan kita. Pada dasarnya, untuk membangun koneksi meaning yang kuat itu saling berhubungan antara teks, writer, dan reader.
Texts

                                                Readers                                Writers
            Menurut hoey (2001), writer-reader = dancers. Hubungan antara keduanya (writer-reader) diibaratkan seperti dua penari. Writer dan reader merupakan sebuah pasangan yang melengkapi satu sama lain, saling membantu agar seirama. Oleh karena itu, penulis dan pembaca dua penari yang saling mengikuti langkah secara bersamaan, dan membuat hubungan yang tidak terpisahkan diantara mereka. Jadi, untuk mengamati atau menyimpulkan meaning antara writer dan reader harus selalu sama, tidak boleh berbeda. Lihat bagan berikut;
            Writers
                                                Dancers à meaning yang harus sama
            Readers
            Sedangkan menurut Barthes, yang melihat peran orang-orang yang belajar aktivitas linguistic sebagai pusat dalam pembentukkan makna atau meaning. Barthes menyatakan, bahwa penulis dikatakkan penulis ketika sedang menulis saja, setelah hasil tulisannya selesai, penulis tidak dikatakkan sebagai penulis. Hal ini diibaratkan hasil tulisan dari penulis seperti kuburan, ketika kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca. Jadi, untuk proses meaning itu terjadi bukan pada hasil tulisan penulis (teks), melainkan berdasarkan sudut pandang readers, yang lebih dinamis. Pembaca bagaikan orang yang membangkitkan roh yang ada dalam tulisan (teks). Berikut bagannya;

                        Writer                     reader
                                    Meaning
                        Teks
            Mengutip dari pendapat lehtonen, bahwa bahasa itu mempunyai system tersendiri yang mendefinisikan dan mengartikan dirinya sendiri. Meaning itu terjadi ketika ada writer dan reader, jika salah satu komponen tersebut hilang atau tidak ada, maka proses negosiasi meaning pun akan hilang juga, karena jika tidak ada reader sebagai yang membaca, maka tulisan dari penulis (texts) tidak berarti apa-apa. Berikut bagannya;
                        Writer                                               reader
                        (teks)                                                (konteks)


                                        Centered of meaning
            Menanggapi artikel hawe Setiawan yang berjudul “Belajar Membaca”. Beliau menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah cukup kritis dalam update informasi melalui internet secara langsung. Menurut beliau, menulis kritis bukan hanya terjadi ketika kita menulis secara formal saja, yaitu menulis di buku, artikel atau jurnal. Menulis itu bisa terjadi dimana saja, seperti di jejaring social network, blogger, dan lain sebagainya. media internet tersebut bisa dijadikan ajang ketramplian menulis. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Prof. Chaedae yang menyatakan menulis itu berbentuk artikel.
Kesimpulan;
            Jadi, dari hasil penjelasan-penjelasan tersebut. Saya menyimpulkan bahwa hubungan antara writers, readers, texts, contexts, dan meaning ternyata saling berhubungan satu sama lain. Kolaborasi tersebut tidak lepas dari peranan writers dan readers, sehingga menghasilkan meaning. Jika contexts berada pada readers, dan texts merupakan hasil dari pemikiran writers. Sedangkan meaning tepat berada ditengah-tengah keduanya (writer-reader). Berikut bagan penjelasannya;
                            Writers                                    Readers
Experiences à                                 <-> meaning <->                                  à experiences
                              Texts                                     Contexts
            Meaning ini seharusnya searah (writer-reader), tetapi terkadang tidak sama karena sesuai dengan experiences masing-masing. Jika kita ingin mengkritisi, kita harus tahu background antara keduanya, yaitu writer dan reader.
            Namun, bila terdapat sebuah perbedaan dalam meaning, maka yang harus menyesuaikan itu adalah pembaca. Semua negosiasi meaning ada pada reader, jika seseorang sedang membaca, secara otomatis pembaca sedang bernegosiasimencari meaning yang terkandung dalam tulisan tersebut. Jadi, terserah reader mengambil atau mengamati meaning, bahkan yang mengartikan suatu buku itu bagus atau jeleknya pun itu tergantung dari reader yang membaca buku tersebut.

0 comments:

Post a Comment