Monday, February 24, 2014



Class Review 3

Berbasis Budaya Literasi

Perbincangan yang sangat menarik saat ini bumingnya literasi, yang membuatnya menarik ini dengan ruang lingkup pemberian materi  harus dipelajari guru kepada peserta didik.  Penyempurna adanya literasi pendidikan dengan menyampaikan suatu pokok yang terkandung dalam literasi, agar tercapainya hasil pendidikan yang berkualitas. Untuk merangsang peserta didik dengan memberikan sesuatu yang tepat, agar tidak salah persepsi bagi siswa atau masyarakat.  Arah pembelajaran harus di ubah karena upaya membangun budaya literasi terutama pada pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, dengan menggunakan bahan ajar dalam kehidupan. Hal ini belajar berbahasa maupun yang lain untuk dunia nyata,. Di Yanni (1995:40) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis literasi dilakukan dengan mengembangkan gagasan atau ide melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan pada waktu menulis, kemudian mengembangkannya melalui keterhubungan antar-ide dan kontroversi dari setiap ide.
Pembelajaran berbasis budaya literasi, mempunyai keunggulan untuk membangun bangsa yang dikenal literat, dengan mencetak anak-anak bangsa yang mempunyai mimpi ingin menjadi orang besar yang literate. Sehubungan dengan ini bersangkutan pada literasi engineering, dapat kita lihat tentang sejarah peradaban manusia, bahwa bangsa yang maju tidak hanya mengandalkan suatu kekayaan yang melimpah ruah. Akan tetapi dengan membangun bangsa yang maju dengan peradaban yang berliterasi yang tinggi, akan merasa bangga memiliki bangsa yang maju luar biasa. Penguasaan literasi yang dapat menjembatani peradaban dari generasi ke genarasi barunya. Hal ini mengingatkan kembali sejarah dunia Islam, yang salah satunya Khaulafaur rasyidin Ali ibn Abi Thalib, bahwa ilmu dengan sendirinya akan hilang secara perlahan. Maka dari itu kini agar selalu mengikat dengan ilmu tulisan, dan ternyata Islam dahulu sangat menjunjung tradisi berliterasi yang tinggi.
Sehubungan dalam standar kelas dunia pada abad ke-21 ( Michael Barber)  yang  akan menuntut setiap orang untuk mempelajari huruf ataupun tulisan, mereka merasa melakukan semuanya atas dasar yang baik sebagai masyarakat yang demokratis. Budaya demokrasi mengandaikan adanya empati dan partisipasi; yakni kesanggupan untuk memahami dan menempatkan diri dalam situasi orang lain, yang menjadi anjakan bagi kesediaan berperan aktif dalam penyelesaian masalah-masalah kolektif. Kemampuan empati dan partisipasi ini bisa ditumbuhkan oleh kekuatan literasi (Lerner, 1958).
            Adapun keterangan dalam presentasi yanwg beliau paparkan, adanya  sebuah element appetizer akademik menulis, yaitu :
Kohesi             : gerakan halus atau "aliran" antara kalimat dan paragraf.
Kejelasan         : makna dari apa yang Anda berniat untuk berkomunikasi sangat jelas;
Urutan logis
    : mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis    cenderung bergerak dari umum ke khusus.
Konsistensi      : Konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
Unity               : Pada sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
Pak Lala juga menjelaskan tentang salah satu keterangan dalam pembuatan appetizer atau dengan adanya evaluasi kritikal. Dan ini termasuk konteks dalam menulis kritika, beliau juga sempat menanyakan dengan mengecek tulisan kita sendirri atau orang lain, lalu beliau bertanya apakah kita sudah mengisi yang sudah terpampang dalam pertanyaan dibawah.
·         Apa jenis penonton penulis menargetkan artikelnya di?
·         Apa klaim sentral dalam / argumennya nya?
·         Bukti apa yang dia / dia gunakan untuk membuat cadangan poin dia membuat?
·         Apakah penulis membuat klaim yang tidak didukung oleh bukti-bukti?
·         Apakah Anda berpikir bahwa bukti-bukti yang cukup, untuk sebuah artikel dalam sebuah buku teks akademik?
·         Apakah penulis menggunakan kata-kata emotif atau pernyataan? (Jika demikian, sorot apapun yang Anda mengidentifikasi).
Berseling kemudian mengecek dan menguji tulisan yang kita tulis dengan memberikan suatu pertanyaan, lalu beliau juga memberi apresiasi kepada teman kita dengan jawaban yang dapat memuaskan pertanyaan pak Lala tersebut, yaitu Laily Mughibbah, Irma Monica, Nurisah, Qais, Saefullah. Wajar saja apabila mereka diberi apresiasi karena memang seseorang yang benar-benar mempelajari suatu tentang literasi. Dengan ini Ken Hyland (2006) pada literasinya : literasi yang sangat sesuatu kita  do. Hamilton (1998), as cited in Hyland (2006: 21), literasi terlihat mempunyai aktivitas yang berlokasi dalam berinteraksi antar orang-orang. Hyland further berargumen bahwa “ literasi akademik yang menekankan bahwa cara kita menggunakan bahasa itu bagaimana? Hal itu disebut sebagai praktek aksara, oleh lembaga sosial dan keberhasilan suatu relationship. Academic berarti representing diri anda sendiri dengan cara menghargai orang lain dengan disiplin anda. Dan mewujudkan identitas yang dissourse akademik.
Guna menemukan generasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam literasi diperlukan cara yang strategi alternatif yang bisa dilakukan untuk menopang peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tengah menghadapi sindrom buta huruf yang kerapkali menjadi penghambat kemajuan pendidikan nasional untuk bersaing di luar sana. Berkenaan dengan ujung tombaknya pendidikan literasi adalah guru, jadi guru tersebut memiliki komitmen professional, komitmen etnis dan ketrampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Chaedar Alwasilah 2012).
            Dalam slide menyebutkan penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju kependidikan daan pembudayaan. Disitu juga menyebutkan 4 dimensi rekayasa literasi, yaitu : linguistic, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan. Kata lain berarti rekayasa literasi, merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam 4 dimensi tersebut. Kern (2003) literacy refer to “general learnedness and familiarity with literature.” Mengapa orang yang literate untuk mengenal sastra ? karena lebih merujuk sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
            Jadi, keseluruhannya bahwa pembelajaran di sekolah, sekolah diarahkan pada upaya membangun budaya yang memiliki literasi. Oleh karena itu, para pendidik seharusnya memahami konsep literasi secara mantap agar dapat merubah pola piker bangsa tercinta ini. Perlu mengikuti perkembangan peradaban yang sesuai dengan budaya literasinya.

0 comments:

Post a Comment