Saturday, February 22, 2014

INTRODUCTION
Wacana kelas untuk mendorong kerukunan beragama
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
MAIN BODY
Kualitas Pendidikan di Indonesia
            Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun. Memang sistem pendidikan dinegara kita sangat jauh dibandingin negara-negara lainnya. Akan tetapi jangan dijadikan patah semngat bagi negara kita untuk terus berkembang dan lebih baik lagi.

            Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
            “Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
            Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
1.      langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di indonesia,
2.      langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender,
3.      langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional,
4.      langkah ke empat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan,
5.      langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah,
6.      langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan,
7.      langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan,
8.      langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.

Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
            Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum.

1.      Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

2.      Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
            Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. 

3.      Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
            Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
            Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
            Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

a.      Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
Gerakan wajib belajar 9 tahun merupakan gerakan pendidikan nasional yang baru dicanangkan oleh pemerintahan Suharto pada tanggal 2 Mei 1994 dengan target tuntas pada tahun 2005, namun kemudian karena terjadi krisis pada tahun 1997-1999 maka program ini diperpanjang hingga 2008/2009.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (2004), menunjukkan bahwa.
Angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun adalah 96,77 persen, usia 13-15  tahun  mencapai 83,49 persen, dan anak umur 16-18 tahun 53,48 persen. Hasil riset UNDP 2004, yang kemudian dipublikasikan dalam Laporan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006, juga memperlihatkan gejala serupa. Rasio partisipasi pendidikan rata-rata hanya mencapai 68,4 persen. Bahkan, masih ada sekitar 9,6 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas yang buta huruf.  

b.      Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Sarana fisik yang ada kualitasnya sangatlah rendah. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

c.       Rendahnya Kualitas Guru
            Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

d.      Rendahnya Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.  Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan.

e.       Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan
Sumber daya pengelola pendidikan bukan hanya seorang guru atau kepala sekolah, melainkan semua sumber daya yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis tentu dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang berkualitas, sehingga adaptasi dam sinkronisasi terhadap berbagai program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban. 
            
f.       Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
            Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Selain itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

g.       Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
            Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Hal tersebut disebkan adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

h.      Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.


i.        Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.

Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
            Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan.
            Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme, yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
            Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
            Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
            Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Penyakit Sosial Penyimpangan Sosial dan Contohnya
Kita tentunya menginginkan suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan sesuai dengan tatanan sosial yang berlaku. Akan tetapi, di kehidupan masyarakat yang majemuk seperti sekarang ini, hal tersebut sangatlah sulit dijumpai. Bahkan dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat yang harmonis dan selaras tersebut hanyalah sebatas angan-angan belaka, karena tindakan penyimpangan sosial pasti selalu ada, meskipun bentuk penyimpangan yang terjadi tersebut sangat kecil atau ringan. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang yang tidak tertib dalam berlalu lintas, berbagai tindak kejahatan, dan lain sebagainya. Berbagai bentuk penyimpangan sosial dan upaya pencegahannya dapat kalian pelajari pada pembahasan berikut ini.

Penyakit Sosial Penyimpangan Sosial
1. Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian tersebut tidak hanya menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan satu, melainkan perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan senjata tajam serta dilakukan secara berkelompok. Banyak korban berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi, kebanyakan korban perkelahian tersebut adalah mereka yang justru tidak terlibat perkelahian secara langsung. Mereka umumnya hanya sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran pengeroyokan. Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak psikis dan traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada umumnya mereka menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka menjadi terhambat. Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dari semua kalangan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan kondusif khususnya bagi masyarakat usia sekolah. Agar ke kondusifan masing-masing sekolah, pendidikan tetap terjaga, karena pengawalan dan perlindungan yang ketat pada para pendidik-pendidiknya.

2. Di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, berikut ini.
a. Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang.
b. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
c. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.
d. Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat positif.
e. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.

Tantangan bagi Pendidikan
Tiada yang abadi, kecuali perubahan, tiada yang lebih cepat daripada perubahan yang cepat. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pendidikan menjadi sumbu kritikan karena dituding tidak mampu mengikuti perubahan dan tuntutan sektor ekonomi, perdagangan, dan industri. Dengan kata lain, masalah pendidikan tidak dapat lagi dibaca semata-mata dari kacamata pendidikan, melainkan harus merujuk pada isi-isi yang berada di kawasan non pendidikan. Hal ini menegaskan kembali betapa pentingnya pendidikan dengan basis yang luas.
Globalisasi memberikan visibilitas yang khusus bagi pendidikan. Globalisasi juga menyampaikan pesan khusus bahwa pendidikan harus mampu menerjemahkan "Knowledge society" yaitu masyarakat yang berkeyakinan bahwa pengetahuan dan keterampilan manusia jauh lebih penting daripada sumber alam. Material yang melimpah, dan bahkan modal sekalipun.
Pemberdayaan atau empowerment pendidikan merupakan kebanyakan dan tindakan yang penting. Dalam era globalisasi, nasib kita ke depan, bukknalah sesuatu yang dapat ditentukan lebih dulu (predetermined), melainkan tergantung pada pendidikan kita saat ini, yaitu pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional.
Gelombang dan arus deras globalisasi tidak hanya membawa perubahan yang radikal dalam teknologi dan komunikasi, tetapi juga transformasi dalam hubungan antar penduduk di dunia. diffusi ilmu pengetahuan dan informasi membawa dampak dalam penyebaran kekuatan di antara negara dan bangsa di dunia. Perubahan yang radikal dalam ilmu pengetahuan dan informasi menciptakan peluang untuk mewujudkan mutu kehidupan manusia dan masing-masing indiviudnya.
Pendidikan menjadi sentral jika kita menginginkan sukses menghadapi gelombang globalisasi. Bagi sebuah bangsa dan negara begitu pula bagi warga negaranya. Pendidikan merupakan sumber utama pengetahuan untuk mewujudkan keberhasilan dalam era ekonomi informasi baru. Pendidikan yang baik dan kuat merupakan kunci sukses menuju kemakmuran ekonomi dan standard hidup yang layak dan manusiawi.
Oleh karena itu diperlukan kebijakan dna tindakan yang strategis dalam efektif untuk mendiffusikan ilmu pengetahuan. Difusi ilmu pengetahuan dari seseorang ke orang lainnya tidak akan menyebabkan mengurangi kadar pengetahuannya dan mereka yang membantu menyebarkannya. Sebaliknya semakin besar gudang pengetahuannya yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka akan semakin baik bagi kehidupan masyarakat dan warganya.
Tatkala faktor produksi seperti tanah dan modal semakin lama semakin terbatas, maka tidak begitu pula halnya dengan pendidikan. Pendidikan adalah sesuatu yang dapat dibagikan dan semakin dibagikan ke pihak lain, semkain akan berkembang. Pengetahuan lebih dari sekedar kendaraan untuk menuju pada jalur ekonomi menuju kemakmuran.
Pendidikan juga merupakan kendaraan utama untuk pemberdayaan warga suatu bangsa untuk mengembangkan institusi demokrasi, untuk menciptakan sistim operasi yang efektif dalam pemerintahan, untuk memerangi ketidak adilan, untuk mengikis kemiskinan dan penyakit, untuk memelihara identitas cultural, dna untuk memperkuat masyarakat yang berbasiskan kekuatan sipil (Avil Society).
Menumbuhkembangkan masyarakat yang berbasiskan ilmu pengetahuan, melalui keteguhan hati dan investasi yang tinggi merupakan tantangan terbesar bagi pendidikan, serta merupakan titik berangkat untuk menjabarkan tujuan-tujuan berikutnya baik pada tingkat nasional, lokal dan indiviaul. Dan keteguhan hati serta investasi seperti itu hanya mungkin terwujud jika didukung dan difasillitasi oleh sistim politik, kebijakan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan sendiri.
Interaksi beragama
Interaksi sosial mutlak dilakukan dalam masyarakat. Tidak ada masyarakat yang di dalamnya tidak terjadi interaksi. Interaksi sosial merupakan suatu kewajaran, bahkan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan setiap insan. Kelangsungan hidup dalam masyarakat sangat ditentukan oleh bantuan sosial dari orang yang ada di sekitarnya. Bantuan itu diperoleh melalui interaksi sosial dengan sesama manusia. Interaksi sosial dimulai dari keluarga, lingkungan sosial sampai pada masyarakat luas yang kompleks dan plural.

Melalui interaksi sosial kebutuhan manusia dapat terpenuhi oleh manusia lainnya. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan melalui kerja sama dan tukar-menukar informasi, barang, dan jasa. Tukar-menukar kebutuhan barang dan jasa secara langsung dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, melakukan barter. Barter adalah tukar-menukar barang yang berbeda dan dianggap memiliki nilai atau bobot yang sama. Dalam barter kedua belah pihak yang bertukar masing-masing setuju sehingga kedua belah pihak merasa diuntungkan.

             Dalam masyarakat pluralis berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan kita tidak dapat dihindari. Perbedaan itu sangat bervariasi mulai dari suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, sampai pada perbedaan tingkat kesejahteraan. Perbedaan itu harus dipahami dengan baik sehingga tidak menimbulkan riak-riak dalam interaksi sosial.
Perbedaan suku jangan dijadikan sebagai pangkal konflik sehingga dalam interaksi sosial menjadi penghalang terciptanya harmoni sosial. Akan tetapi harus dicari titik temu di antara individu sehingga interkasi sosial berjalan harmonis. Demikian juga perbedaan tingkat pendidikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk senantiasa memahami orang lain yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah darinya, seperti bahasa yang digunakan hendaknya tidak terlalu tinggi. Di samping itu, dalam berdiskusi pendapat orang yang berpendidikan lebih rendah jangan disepelekan.
Pendapat orang berpendidikan lebih rendah ditampung, kalau ada kekurangannya, maka tugas orang berpendidikan yang lebih tinggilah yang bertanggung jawab menyempurnakan dan merangkum. 

Toleransi
              Hidup bermasyarakat harus penuh toleransi terhadap orang berbeda dengan kita. Pemeluk agama yang berbeda dengan agama yang dianut juga membutuhkan toleransi. Toleransi itu lahir dari adanya pemahaman yang mendalam bahwa apa yang menjadi keyakinan bagi individu lain tidak boleh diubah apalagi dipaksa untuk menganut agama yang sesuai dengan keyakinan kita. Keyakinan untuk memeluk agama tertentu adalah Hak Asasi Manusia. Kurang tepat kalau ada individu atau kelompok penganut agama tertentu memaksakan keyakinannya pada pemeluk agama lain yang berbeda keyakinannya. Sebab apa yang diyakini benar oleh penganut agama X belum tentu bisa diterima sebagai sesuatu yang benar oleh penganut agama Y.
Pengharagaan
            Dalam masyarakat yang demokratis menghargai perbedaan mutlak dilakukan. Perbedaan pendapat dalam demokrasi adalah lumrah. Seorang yang demokrat selalu mengasumsikan pendapatnya belum tentu benar. Orang yang demokrat terbuka bagi pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Siapa tahu pendapat orang lain itu lebih benar dari pendapatnya.
            Menghargai pendapat yang berbeda memilki manfaat tertentu. Setidaknya ada tiga manfaat yang dapat diperoleh jika menghargai pendapat orang lain. Pertama, dapat diketahui pendapat yang paling baik dari sekian pendapat yang ada. Kedua, dapat mensintesis keunggulan dari setiap pendapat yang berbeda. Ketiga, diketahui pendapat yang paling jelek sehingga dapat dihindari kesalahan.
            
            Kehidupan yang demokratis dalam masyarakat pluralis pada dasarnya adalah mewujudkan saling memahami di antara sesama, bertoleransi dalam perbedaan, dan saling menghargai di antara sesama. Apabila setiap insan sudah memahami, bertoleransi, dan mengharagai orang lain dalam melakukan interaksi sosial, maka kehidupan sosial dalam masyarakat pluralis akan berjalan harmonis

SUMMARY
Pada Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Pada intinya ragamnya agama kita harus menjadi aset bangsa, akan tetapi bukan untuk dijadikan kekonflikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia juga masih dinilai rendah au bahkan buruk, beberapa penyebabnya sebagai berikut :
1.Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
2.Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
3.Rendahnya Kualitas Guru
4.Rendahnya Kesejahteraan Guru
5.Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan
            6.Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
7.Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
8.Biaya Pendidikan
9.Rendahnya Prestasi Siswa
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan.
            Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dari itu, pendidikan menjadi sentral jika kita menginginkan sukses menghadapi gelombang globalisasi. Bagi sebuah bangsa dan negara begitu pula bagi warga negaranya. Pendidikan merupakan sumber utama pengetahuan untuk mewujudkan keberhasilan dalam era ekonomi informasi baru. Pendidikan yang baik dan kuat merupakan kunci sukses menuju kemakmuran ekonomi dan standard hidup yang layak dan manusiawi.

CONCLUSION
semoga bermanfaat dengan pembahasan diatas dari awal sampai akhir dapat dijadikan suatu sumber pengalaman baru, dan dapat diterapkan bagi bangsa kita. Khususnya pendidikan di Indonesia untuk lebih maju dan bersaing mulus untuk membawa harum bangsa kita.
Apabila ada salah kata ataupun kurang, untuk itu para pembaca dapat mengkritik dan memberikan solusi yang bermanfaat untuk memperbaiki pembahasan tersebut agar lebih baik dan efisien.


1 comments:

  1. Saya ko sampe sekarang belum juga pas dengan 'masakan' kamu ya?

    ReplyDelete