Sunday, February 23, 2014


Judul   : Masih Dalam Tahap Menuju Literasi

Ini adalah pertemuan ke tiga kami dengan MK Writing 4 dan juga dengan Pa Lala. Dipertemuan yang ke tiga ini, masih ada beberapa dari teman kita yang terlambat datang, padahal setiap mahasiswa jurusan bahasa Inggris pasti Tahu kalau Pa Lala tidak suka dengan mahasiswa yang telat, dan mahasiswa yang telat harus menerima konsekuensinya, walaupum masih boleh masuk tetapi tidak dapat absen dari beliau.
Sebelum memulai menjelaskan materi, dipertemuan kali ini beliau memuji kelas kita karena kelas kita menjadi kelas yang mempunyai progres yang sangat baik dipertemuan yang sudah ke 3 ini, terutama dengan kualitas tulisan kami yang semakin menuju ke tulisan akademik. Pa Lala juga menjelaskan kalau Blog yang sudah kita buat ternyata bisa mengetahui apa yang sudah kita tulis sebelum sesi tanya jawab langsung dengan para mahasiswanya. Kita sangat senang karena mendapat pujian dari Pa Lala, hal itu akan semakin menambah semangat bagi kami untuk lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas ataupun yang lainnya. Saya ingat dengan chapter review saya, disana saya menuliskan kalau bukan hanya pujian buruk yang bisa memberikan motivasi, tetapi motivasi kita akan semakin meningkat ketika diberikan pujian yang bagus.
Saatnya questions of class review, seperti biasa kita dibagi ke dalam 2 lingkaran ( satu lingkaran semuanya cewe, dan lingkaran yang satu semua laki-laki tetapi ada beberapa orang cewe juga). Tetapi sebelum questions of class review dimulai, Pa Lala menuliskan 6 kategori yang harus kita cari dalam pasport (chapter review) kita, diantaranya:
  1. Apakah yang kita tulis sesuai dengan audiensnya (dosen)?
  2. Argumen yang penting diletakkan dimana?
  3. Apakah kita punya bukti untuk mendukung tulisan kita?
  4. Apakah tulisan kita tidak didukung oleh fakta?
  5. Apakah bukti yang sudah kita tulis cukup?
  6. Apakah pada tulisan kita terdapat kata-kata kita yang sangat emosional?
Beliau memberikan waktu kepada kita untuk mencarinya dalam chapter review yang sudah kita buat. Dan seperti biasanya aku selalu jadi orang pertama yang menerima pertanyaan dari Pa Lala, entah mengapa beliau memilih saya untuk dieksekusi. Ketika beliau melihat pasport (buku) saya, dengan cepat saya menjelaskan kalau di dalam pasport saya menuliskan argumen di paragraf paling akhir, dan saya punya bukti yang kuat untuk argumrn saya, saya mencantumka Indonesia dan Malaysia sebagai salah satu negara yang pernah melarang kebebasan pers. Selain itu saya juga menuliskan kata-kata yang sedikit emosi karena Prof. Chaedar selalu membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain, walaupun itu baik, tetapi alangkah lebih baiknya kalau kita selalu menonjolkan keunggulan daripada kekurangan negara Indonesia, itulah isi chapter review saya.
Setelah mendengarkan pertanyaan dan jawaban dari teman yang lainnya, mereka semua membahas topik yang ada di class review, alangkah terkejutnya saya karena saya sendiri yang membahas chapter review. Jawaban mereka sangat bagus-bagus, dan saya yakin jika dari awal saya tahu akan membahas class review, saya juga sudah menyiapkan jawaban saya dan tentunya saya yakin lebih bagus dari jawaban mereka. Tapi ya, sudahlah mungkin saya harus belajar lebih giat lagi. Saya juga berharap di question of class review/chapter review Pa Lala tidak menunjuk aku sebagai eksekusi pertama.
Setelah semuanya dieksekusi, beliau melanjutkan menerangkan topik yang berhubungan dengan writing.
"Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire."
-William Butler Yeats-
Mahasiswa diibaratkan membawa obor dan yang membakar adalah dosen, bukan mahasiswa yang membawa ember lalu dosen yang menuangkan airnya. Ungkapa ini sangat dalam maknanya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Ketika kita memasuki gerbang kampus dan memasuki kelas, kita tidak hanya duduk lalu mendengarkan dosen menerangkan materi, tetapi kita datang ke kelas sudah membawa persiapan dari rumah untuk materi yang akan dibahas. Jadi kita bisa ikut berpartisipasi selama Mata Kuliah berlangsung. Rasanya ungkapan ini masih jauh dari kenyataan, tetapi tidak ada salahnya mulai dari sekarang kita mencoba menyiapkan materi yang akan dibahas di kelas dari rumah.
Diabad ke 21 ini, kita dituntut menjadi manusia yang serba harus bisa mulai dari menulis, meghitung, dan masi banyak yang lainnya. Karena itu akan menjadi modal kita dalam menjalani hidup di dunia yang serba canggih ini. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, kita tida bisa berperan menjadi warganegara yang baik, kita hanya akan menjadi “sampah Indonesia”, jika tidak mau hal yang demikian itu terjadi, mulailah dari sekarang mempersiapkannya.
Beliau juga sedikit menerangkan tentang apa saja elemen yang harus ada ketika menulis dalam ruang lingkup akademik, diantaranya:
  1. Cohesion (kohesi) : gerakan halus atau "aliran" antara kalimat dan paragraf.
  2. Clarity (kejelasan) : makna dari apa yang ingin dikomunikasikan harus jelas.
  3. Logical Order (urutan logis) : mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
  4. Consistency (konsistensi) :  konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
  5. Unity (kesatuan): Pada sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
  6. Conciseness (keringkasan) : keringkasan adalah keekonomisan dalam penggunaan kata-kata . Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu dan tidak perlu pengulangan ( redundancy , atau "dead wood" ) Pengecualian dari informasi yang tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
  7. Completeness (kelengkapan) : Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan , penulis memiliki untuk memberikan informasi penting mengenai suatu topik tertentu . Misalnya, dalam definisi cacar air , pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak yang ditandai dengan ruam .
  8. Variety (ragam) : Variety membantu pembaca dengan menambahkan beberapa " bumbu " untuk teks .
  9. Formality (formalitas) : Akademik menulis adalah formal dalam nada . Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan . Selain itu, penggunaan kata ganti seperti " I " dan kontraksi dihindari .
Setiap jenis teks akan berbeda pula bacaannya, contohnya ketika membaca teks argumen akan berbeda dengan membaca teks berita. Karena kita menulis untuk lingkungan akademik jadi tulisan yang kita produksi harus menghilangkan “not flowery”, menulis akademik sangat berbeda ketika menulis dalam buku diari, ketika menulis akademik tata bahasa yang digunakan harus sesuai dengan akademik (tata bahasa yang baku), sedangkan ketika menulis di buku diari, kita bebas menuliskan apapun yang kita inginkan. bukan hanya itu, ketika kita sedang belajar bahasa asing (bahasa Inggris) kita akan dihadapakan dengan seringnya menulis dengan menggunakan bahasa Inggris, hal ini akan semakin menunjukan betapa kuatnya bahasa tersebut.

Ken Hyland ( 2006) pada Literasi
-          Literasi adalah sesuatu yang kita lakukan .
-          Hamilton ( 1998) , seperti dikutip dalam Hyland ( 2006: 21 ), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak di interaksi antara manusia
-          Hyland furhter berpendapat : " melek akademik menekankan bahwa cara kita menggunakan bahasa , disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial dan hubungan kekuasaan.
-          Keberhasilan akademis berarti repersenting diri kita dengan cara dihargai oleh disiplin kita, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang akan mewujudkan academic dissourse”.

Poin penting dalam " Rekayasa literasi "
-          Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik
-         Definisi baru literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari
-         Model literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using texts functionally; critically analysing and transforming texts.
-         Prof. Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
-          Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif  konstan.
-          Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas.
-          Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.
-          Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
-          Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi
-          Masyrakat yang tidak literat tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa
-          Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis
-          Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
-          Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
-          Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan
-          Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut
-          Kern ( 2003 ) : melek mengacu pada  “learnedness” umum dan keakraban dengan sastra.
-          Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.

Semua orang bahkan semua negara di dunia berlomba-lomba untuk mendapatkan title “Literasi”, karena dengan label inilah kita bisa diakui sebagai manusia yang berharga, tetapi untuk mendapatkan label “Literasi” tidaklah mudah karena banyak proses yang harus dilalui, dan sekarag kita semua sedang menjalani proses untuk mendapatkan label “Literasi”.


0 comments:

Post a Comment