Saturday, February 22, 2014

10:45 PM
1
Writer by Khoirul Fajri

Sayup-sayup kata terus melambai-lambai dalam benak seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam lirih do’a dipanjatkan tuk yang Maha Kuasa. Tak ada sesuatu beban tuk mengatakan sebuah lirih. Lirih yang menjadi sebuah pedang di padang yang terbentang luas yang dipenuhi lautan pasukan semut. Pedang itu siap menusuk kepada hamba yang tak siap. Ibarat sebuah lidi yang menusuk buah busu, dengan mudahnya lidi itu menusuk. Tusukan demi sebuah popularitas yang berujung sebuah pertemuran yang berlumuran darah. Semut itu sama semut tetapi semut yang berbeda. Sama halnya kita dalam sebuah Negara yang berlandaskan perbedaan begitu kontras. Jaln satu-satunya adalah bhineka tunggal ika.
Add caption
Jika kita lihat dari zaman colonial belanda, wajah Indonesia adalah wajah Negara yang miskin akan pendidikan. Terbukti dari banyaknya orang-orang tua kita yang buta akan huruf. Terlebih pada zaman colonial belanda, inggris, portugis, spanyol, maupun jepang.
            Lamanya tiga setengah abad atau tiga ratus lima puluh tahun, kita di jajah oleh belanda. Dimana pada zaman itu, orang tua kita tidak di perkenankan sekolah terkecuali dari kalangan konglomerat, seperti keluarga ningrat atau biasa disebut keluarga keraton, dan  keluarga orang kaya yang bisa membayar upeti pada belanda. Sesuatu yang sangat berbeda 180 derajat bahkan bisa dikatakan 360 derajat dengan sekarang. Semua lapisan masyarakat bisa menikmati bangku sekolah minimalnya hingga sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas.
            Munculnya dana untuk pendidikan adalah suatu terobosan mutakhir yang bisa diupayakan untuk mengentas kemiskinan, khususnya kemiskinan pendidikan. Dana tersebut disebut BOS ( bantuan operasional siswa ) yang akan di kucurkan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk pembiayaan sekolah. Namun kenyataan berkata lain, banyak orang yang mampu tanda kutip “BISA UNTUK MEMBAYAR SEKOLAH”, tetapi mereka mengambil hak orang lain. Alhasil banyak pula masyarakat yang anaknya tidak bisa melanjutkan dunia pendidikan, dikarenakan dana yang tidak jatuh pada tempatnya.
            Melihat sitem pendidikan di Negara kita ini, kita tidak mempunyai sebuah system yang mutakhir untuk memajukan Negara ini. Semua Negara maju sudah mempunyai system yang membuat pendidikan tersebut maju dengan pesat. Contohnya Negara finlandia yang mempunyai peradaban pendidikan yang sangat pesat. Pendidikan adalah sebuah ajang pertempuran dimana tujuan pendidikan dipertaruhkan. Lalu apakah tujuan yang sebenarnya itu?. Salah satu tujuan dari pendidikan dasar adalah untuk memberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai individu , anggota masyarakat dan warga negara . Keterampilan dasar ini juga merupakan dasar untuk pendidikan lebih lanjut. Dari sebuah wadah pendidikan pun sering menghasilkan pendidikan yang salah, yang mungkin berawal dari sebuah percontohan di dunia pendidikan. Banyaknya tawuran antar pelajar yang membuat semuanya geram akan hal tersebut. Banyal pihak yang dirugikan, entah itu dari pihak tempat kejadian atau dari pihak pelajarnya sendiri. Banyaknya pula pertempuran antar etnis beragama. Salah satu faktornya tidak lain karena kurangnya sifat respect terhadap perbedaan. Bukankah kita sudah mempunyai symbol pancasila yang disebutkan pada point ke 3 dan ke 4. Pengamalan yang kurang adalah hal yang sangat fatal, padahal pancasila dibuat untuk mempersatukan Negara kita ini.
            Kembali ke bahasan artikel Prof. A. Chaedar Alwasilah, disitu terdapat kalimat yang membuat saya merasa gatal untuk mempertanyakannya. Kalimat tersebut bertuliskan “Hampir semua negara maju menyadari link ini dan dengan demikian membentuk sistem pendidikan yang baik”. System pendidikan yang baik itu seperti apa?. Menurut pendapat saya setelah membaca artikel dari kompas.com mengenai system pendidikan yang salah akan ciptakan anak seperti “robot”. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak mengajarkan kekerasan pada anak didik kita sendiri, karena kekerasan itu sendiri akan mengarah kepada psikologi anak tersebut, dan akan berakibat fatal jika dibiarkan begitu saja. Pendidikan yang tidak ramah tersebutlah yang mengakibatkan peserta didik kita seperti robot. Bahkan pendidikan yang salah akan menghasilkan lulusan pendidikan kita menjadi seorang koruptor, kejahatan. Tidak usah jauh-jauh menyikapi dan menilainya. Kita lihat jika setiap hari sabtu, banyak sekali peserta didik kita yang melakukan tawuran antar pelajar. Hal tersebut dihasilkan dari pendidikan yang salah dilakukan guru selama pembelajaran di kelas. Maka dari itu timbullah sebuah kata kiasan dari sebuah kata guru. Guru “digugu dan di tiru”, jika guru melakukan seperti itu, maka main set muridnya pun seperti itu.
            Lalu bagaimana menanganinya?, jika pesertanya sudah  berubah namun tetap terulang kembali. Maka yang perlu dirubah adalah sitem pendidikannya itu sendiri. Guru yang melakukan kekerasan, cepatkanlah di proses agar tidak ada kejadian yang sama. Mari kita menilik Negara eropa yang mendapat gelar pendidikan terbaik seperti Finlandia. System pendidikan di finlandia sebagai berikut:
1.      Di Finlandia itu PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sangat ditekankan, bahkan budaya membaca sudah ditekankan sejak dini. Sedangkan di Negara kita PAUD belum ditekankan untuk diikuti.
2.      Sistem kurikulum dalam hal pendidikan di Finlandia selalu tetap/konsisten dan jarang sekali gonta-ganti. Sedangkan di Negara kita, hamper sudah lebih dari lima kali merasakan pergantian kurikulum.
3.      Guru-guru di Finlandia tidak ada yang S1 apalagi D3, minimal bergelar S2 yang sangat diseleksi dengan ketat ketika akan diterima menjadi tenaga pendidik. Guru-guru disana adalah guru-guru dari lulusan universitas terbaik dan sangat terlatih, mereka bukan hanya mampu menguasai bidang studi yang diajarkannya, namun juga sangat profesional dalam memahami dan mendalami karakter masing-masing peserta didiknya. Disana profesi seorang guru sangat dihargai, bayangkan gaji guru disana mencapai kisaran 42 juta rupiah /bulan yang sekaligus merupakan gaji guru tertinggi ke-5 didunia. Pemegang gaji guru terbesar sekarang adalah singapura. Coba kita lihat di Negara kita sendiri ini. Menjadi seorang guru kadang masih saja ada unsur KKN. Tidak dapat dipungkiri banyak di sekolah-sekolah, bahkan di tempat dulu saya mencari ilmu pun yang menjadi gurunya itu kadang masih 1 saudara. Berbeda dengan finlandia yang memiliki kualitas pemilihan guru.
4.      Kalau kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang menerapkan UN, ujian Mid-semester, ujian semester, ujian bulanan, ujian harian dan berbagai ujian-ujian lainnya yang menurutku sangat tidak bisa membuat siswa lebih terampil dan cerdas, beda halnya dengan Finlandia yang tidak terlalu membuat banyak tes. Dengan banyaknya tes maka hanya akan membuat pemikiran siswa terfokus pada nilai dan nilai. Saya yang sebagai siswa atau mahasiswa merasa tidak munafik akan hal ini yang mencari nilai dan nilai. Karena pendidikan di Indonesia itu sendiri yang membuat pemikiran kita sebagai siswa yang penting ada nilai bahkan berkata yang penting lulus. Berbeda dengan finlandia yang tidak hanya cerdas namun kreatif. Di finlandia tidak ada system ranking, bahkan tidak ada system unggulan. Di sana semua disamaratakan berbeda dengan kita yang menggunakan system ranking dan menggunakan system unggulan. Sesungguhnya dengan menggunakan system ranking dan unggulan, yang akan timbul adalah membuat ciut peserta didik yang lain. Karena peserta didik itu hanya melihat ke atas tidak melihat sekitar.
5.      Semua biaya pendidikan beserta sarana dan prasarana di Finlandia ditanggung dan disiapkan oleh negara. Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas. Baik siswa itu miskin maupun kaya namun sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh negara. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikannya. Semua biaya penghidupan maupun hal kecil seperti ongkos sekolah pun di biayai oleh pemerintah demi membuat peserta didik merasa nyaman dengan dunia pendidikannya. Berbeda dengan kita pendidikan yang dipikirkan hanyalah uang. Jika tidak ada uang tidak bisa melanjutkan. Bahkan banyak yang salah sasaran untuk memberi biaya pendidikan tersebut. Banyak orang yang mampu dalam membiayai pendidikannya akan tetapi menerima kucuran itu. Mulai dari situ Negara kita merasa paling tertinggal.
6.      Kebijakan mengenai jumlah hari masuk sekolah siswa-siswa Finlandia yaitu hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Beda dengan jumlah hari sekolah di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia), kalau di Finlandia jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Di Negara kita masih banyak beranggapan bahwasanya jika kita banyak dirumah yang akan terjadi kita menjadi bodoh. Orang finlandia beranggapan berbeda dengan kita. Banyak dirumah akan menimbulkan kita semakin pintar. Dikarenakan mereka dirumah itu belajar bukan seperti kita yang santai-santai jika sudah di dalam rumah. Jika sudah di dalam rumah hanya menonton tv atau bermain dengan teman sejawat.
Sesungguhnya masih banyak lagi kelebihan dari Negara finlandia ini. Kita cuma bisa membayangkan apakah Negara kita dapat maju dengan pesat. Factor lain yang membuat kita tidak maju adalah karena banyaknya konflik yang berkepanjangan. Konflik tersebut bukannya bersifat yang penting menurut saya. Jika kita mempunyai suatu rasa menghormati.
Konflik tersebut bukan berupa tawuran, tetapi konflik ini berupa keributan antar umat beragama. Negara Indonesia adalah Negara yang mempunyai banyak agama, dimana agama yang diakui ada 6. Agama yang beragam akan memunculkan pula banyak problematika dari perbedaan tersebut. Menurut para ahli, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk (plural society) dan masyarakat multicultural (multicultural society). Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural yaitu suatu konsep yang menunjuk kepada suatu masyarakat yang mengedepankan pluralisme budaya. Budaya adalah istilah yang menunjuk kepada semua aspek simbolik dan yang dapat dipelajari tentang masyarakat manusia, termasuk kepercayaan, seni, moralitas, hukum dan adat istiadat. Dalam masyarakat multikultural konsepnya ialah bahwa di atas pluralisme masyarakat itu hendaknya dibangun suatu rasa kebangsaan bersama tetapi dengan tetap menghargai, mengedepankan, dan membanggakan pluralisme masyarakat itu.
 Tetapi kenyataan berkata lain. Kita susah untuk menyatakan kita mengamali sifat pluralism itu sendiri. Dalam dunia islam menyebutkan kerukunan adlah suatu ukhuwah Islamiyah yang menjungjung tinggi penghormatan terhadap agama lain. Di dalam islam sendiri sering terjadi perbedaan cara pandangan. Entah itu masalah menentukan hukum ataupun menentukan suatu penanggalan. Dari zaman kenabian muncul beberapa madzhab yang membuat kita bingung dan menimbulkan kontroversi. pemecahan yang sulit. Dari madzhab pula melahirkan akar yang menjalar hingga munculnya ormas-ormas yang menitik beratkan madzhab tersebut.
            Pengertian pluralism sebagaimana yang dikatakan oleh Anis Malik Toha, pluralism adalah kondisi hidup antar umat beragama dalam satu komunitas dengan tetap mempetahankan ciri-ciri spesifik dari ajaran agama masing-masing. pluralisme agama adalah sebuah rahmat serta anugrah yang terindah dan patut kita syukuri, akan tetapi sekaligus  menjadi sebuah tantangan.
 Menilik sejarah perumusan pancasila itu sendiri, banyak muncul kontroversi dari berbagai pihak agama lain. Dikarenakan isi pancasila tesebut pada awalnya hanya menitik beratkan pada agama islam itu sendiri. Adapun pancasila pada zaman itu seperti ini:
  1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
  2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Disitu bukti membuktikan bahwasanya pada point pertama saja sudah jelas menitik beratkan hukum islam. Mulai dari situ muncul perdebatan antar umat beragama. Yang berujung perumusan ulang kembali isi pancasila tersebut. Walaupun di point ke tiga tetap ada persatuan Indonesia. Contoh lain bobroknya sifat menghormati antar umat beragama terjadi di Ambon khususnya poso. Banyak dari kedua pihak yang dirugikan dengan terbunuhnya generasi penerusnya. Contoh lain pada masa orde baru, banyaknya kaum Chinese yang dibunuh, diperkosa, ataupun di asingkan. Itu adalah sebagian contoh dari konflik beragama itu sendiri. Lantas apa kunci yang pas agar tidak lagi terjadinya masalah konflik agama ini.
Kuncinya sebagai berikut:
1.      Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain. Melalui rasa penasaran tersebut akhirnya kita bertanya kepada teman kita yang berbeda agama tersebut. Tapi jangan dijadikan ajang perbandingan.
2.      Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. Banyak masyarakat dunia yang beranggapan islam adalah agama yang berbahaya dikarenakan masalah terorisme. Akan tetapi salahkan pelakunya jangan dilihat background keimanannya.
3.      Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. Pemerintah Indonesia memberi kebebasan dalam membangun tempat peribadatan mereka sendiri. Akan tetapi kita “diharamkan” untuk mengolok-olok.
4.      Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Banyak orang didunia pekerjaan yang mendapat perlakuan berbeda ketika dia mempunyai agama yang berbeda. Maka untuk membentuk kerukunan kita harus menghormati satu sama lain.
            Dari kerukunan beragama tersebut kita dapat mengambil manfaatnya yaitu dengan bersatu kita akan mudah untuk lebih maju menjadi Negara maju. Dengan bersatu kita akan mudah menjalani segala hal. Janganlah kita bersikap eksklusivisme yang selalu menganggap agamanya yang paling benar dan tepat, dan jangan pula kita bersikap inklusivisme. Lebih baik kita menghindari 2 sifat tadi, karena dua sifat tadi yang membuat perpecahan mudah terjadi.
Berbagai kebijakan yang pemerintah buat untuk membuat tentram Negara ini telah dilakukan. Berawal dari pancasila, kedua yaitu UUD 1945. Dari UUD 1945 pemerintah semaksimal mungkin menghilangkan rasa curiga antar umat beragama. Semua lapisan masyarakat seharusnya ikut melaksanakan aksi perdamaian dan ketentraman ini.
Karena semua alasan itu semua kita diwajibkan memahami sebuah empat pilar yang berisi tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945. Keempat tersebut di sepakati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai perekat kita semua. Undang Undang Dasar 1945 bab IX Pasal 19 Ayat (1) menyiratkan bahwa agama dan syariat agama dihormati dan didudukkan dalam nilai asasi kehidupan bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut agamnya dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai Negara yang religious dan sangat kental akan hal spiritual. Sebenarnya julukan itu sangat matang untuk dipegang jika kita memang sudah mengimani kalimat tadi. Bukankah di dalam agama kita masing-masing mempunyai sebuah aturan di mana kita terhadap agama lain harus saling menghormati dan saling membantu bergotong royong. Di agama kita masing-masing pun diajari dalam kitabnya masing-masing bahwasanya saling menghormati adalah hal yang penting demi terciptanya perdamaian. Jika jalan perdamaian tidak bisa di capai yang timbul adalah sebuah konflik yang tidak akan pernah habis jika semuanya tetap membawaego mereka sendiri.
Contoh masyarakat yang menjungjung tinggi penghormatan adalah di desa banguntapa dusun sorowajan. Masyarakat disana adalah masyarakat plural. Masyarakat disana menganut lima keyakinan yang ada di Indonesia. Warga disana mempunyai adat istiadat yang bisa menyatukan perbedaan tersebut. Nama adat tersebut adalah ritual nyadran. Masyarakat disana sering kali melaksanakan ritual nyadran ini, terutama biasanya masyarakat jawa. Tradisi ini dilakukan turun te,murun dari nenek moyang mereka, dan memang tradisi nenek moyang mereka. Ritual nyadran ini sudah ada sejak tahun 1975. Tradisi ini biasa dilakukan satu tahun sekali dan diikuti oleh lima pemeluk agama di desa tersebut. Ada yang islam, hindu, budha, khatolik, dan protestan. Tujuan dari acara ini adalah untuk memberikan do’a kepada leluhur mereka yang sudah meninggal terlebih dahulu, dan juga untuk melestarikan tradisi yang dilaksanakan dari zaman dahulu. Lalu bagaimana dengan do’anya?. Untuk masalah do’a mereka percayakan kepada setiap pemimpin agama mereka masing-masing. Itulah prosesi nyadran lintas agama yang dilakukan masyarakat sorowajan sehingga tercipta kerukunan.
Dari semuanya dapat saya simpulkan bahwa pluralism adalah rahmatal lil ‘alamin yang patut kita syukuri. Perbedaan yang mencolok bukan menjadi suatu masalah yang perlu diperbesarkan. Dari perbedaan tersebut menjadikan suatu Negara menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Daya tarik itu sendiri menjadikan Negara kita banyak yang mengunjungi, seperti wisatawan asing yang ingin melihatnya. Budaya kita pun akan terkenal ke mancanegara dengan datangnya para wisatawan asing. Untuk kita sendiri pun, perbedaan akan menjadikan sebuah pelajaran yang dimana bisa kita pelajari.
Dalam islam sudah jelas tertera dalam kitab sucinya yaitu Al-Qur’an  yang berbunyi dalam terjemahannya yaitu, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Q.S. An Nisa: 59). Jadi tidak ada kata lain untuk menyatakan kita saling bermusuhan, karena saya yakin di agama kita masing-masing dipelajarinya hidup saling menghormati antar umat beragama.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/17/mengintip-negara-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia-599764.html

1 comments:

  1. Generic structurenya ko ga sesuai dengan silabus? Please focus on the two crucial variables: classroom discourse and religious harmony

    ReplyDelete