Sunday, February 23, 2014


 
            Class Riview ini mungkin sedikit mengulang dari materi Chapter Riview yang minggu lalu pernah saya tulis dan kemudian mengunggahnya ke brlog kelas. Di dalamnya terdapat beberapa model literasi yang mungkin nanti akan dijelaskan pada Class Riview ini.
            Kita masih membahas tentang literasi dalam hidup kita. Karena literasi tidak hanya berkaitan dengan pendidikan. Akan tetapi juga sangat berkaitan dengan budaya, sosial, politik, dan bahkan agama. Seiring perkembangan zaman juga sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun semakin tidak bisa dihindari.
            Di negeri kita ini, literasi mungkin lebih dikenal dengan Edukasi (Pendidikan). Literasi juga diidentikkan dengan pendidikan dasar hanya dituntut untuk bisa membaca dan menulis. Namun, seperti yang sudah dijelaskan bahwa literasi juga berkaitan dengan sosial, budaya, politik dan agama.
            Di era sekarang ini, ungkapan literasi tidak hanya muncul sebagai baca tulis. Oleh karena itu, literasi yang muncul di era ini seperti Literasi Komputer, Literasi Matematika, Literasi IPA, Literasi Virtual, dan lain sebagainya.
            Untuk itu, beberapa model pengajaran literasi dimunculkan oleh Luke (2003) seorang pakar lterasi modern. Yaitu sebagai berikut:
1.      Breaking the codes oftext (memahami kode dalam teks)
2.      Participating in the meaning of text (pelibatan dalam memahami teks)
3.      Using text functionally (menggunakan teks secara fungsional)
4.      Critically analizing and transforming text (menganalisa dan mentransformasi teks secara kritis).
Kemudian dari keempat model tersebut bisa disimpulkan menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisa, dan mentransformasi teks).
            Melanjutkan model pengajaran literasi yang diungkapkan Luke (2003), menurut Cole (1994) yang dikutip dari Al-Washilah (2012) mengungkapkan bahwa ujung tombak dari pendidikan literasi adalah guru, dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis, dan reflektif, efikasi dan pengetahuan bidang study dan keterampilan literasi dan numerasi. Untuk itu, seorang guru juga harus dituntut untuk mengajarkan siswanya empat pengajaran pokok yang menjadi modal hidup seorang individu. Seperti Reading, Writing, Arithmetic, dan Reasioning agar dapat menghasilkan siswa yang literat.
            Literasi memang identik dengan baca-tulis. Tetapi, di zaman sekarang mestinya tidak hanya mengandalkan membaca dan menulis saja. Perlu juga lagi dikembangkan literasi yang lebih modern lagi. Seperti halnya Visual, Cetak, dan Digital. Karena memang orang multiliteratlah yang mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.
            Berbagai hal kembangan di atas adalah hasil rekayasa literasi. Rekayasa literasi sendiri adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa itu sendiri adalah pintu untuk menuju pendidikan dan pembudayaan. Untuk itu, ada beberapa dimensi yang menjadi objek rekayasa literasi, yakni linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan. Oleh karena itu, secara ringkas rekayasa literasi adalah merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut.
            Pengajaran literasi menurut Prof. Chaedar Alwashilah adalah semestinya mengikuti 7 prinsip di bawah ini:
1.      Literasi adalah kecakapan hidup (Life Skill)
2.      Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
3.      Literasi adalah kemampuan memcahkan masalah.
4.      Literasi adalah refleksi penguasaan dan operasi budaya.
5.      Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
6.      Literasi adalah hasil kolaborasi.
7.      Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.

Jadi, dalam hal ini, Literasi sangat berkaitan dengan edukasi. Artinya, edukasi di sini adalah baca-tulis karena mema ng literasi sangat identik dengan yang namanya baca-tulis. Namun, pendidikan baca-tulis di era sekarang ini sudah berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi, sosial, poloitik dan agam di dunia.
      Di Indonesia, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya literasi lebih dikenal dengan edukasi. Namun, Indonesia belum mengenal lebih apa itu literasi. Pendidikan literasi bertujuan agar masyarakat mampu menjalankan peran secara maksimal sebagai masyarakat demokrasi. Mestinya Indonesia juga harus mampu menciptakan pendidikan tinggi yang berbasis literasi. Karena semakin tinggi pendidikan tersebut, pasti menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.

0 comments:

Post a Comment