Saturday, February 22, 2014

10:54 PM
1
Penulis :moh. Saeful mujahidi
Penerapan Pendidikan Usia Dini
Hakekat sebuah pendidikan diartikan sebagai kupasan yang bersifat konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik hal tersebut di sadari ataupun tidak di sadari, kalau melihat dari sudut sejarah pendidikan mulai dari keberdaan manusia pada zaman primitif sampai zaman sekarang ini yaitu zaman modern, selama manusia masih adanya manusia  maka pendidikan akan berlangsung tetap berjalan. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, perkembengan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan, dan segala aspek pendidikan harus memiliki kesejajaran tujuan.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya terletak pada bahwasanya manusia sebagai makhluk budaya merupakan suatu pengakuan manusia yang berhak di sebut makhluk berbudaya, karena manusia mampu menciptakan nilai-niali kebudayaan sekaligus membedakan antara manusia dengan makhluk lainya. Asas pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan mununjukan bahwa pendidikan selalu dalam keadaan berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan, pendidikan merupakan cerminan dari nilai-niali kebudayaan yang berlaku sekarang atau pada saat terntentu suatu kenyataan bahwa konsep pendidikan dapat dipahami dari aktifitas pendidikan atau institusi-institusi pendidikan.
Aktifitas pendidikan berlangasung sangat baik secara formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan filsafat hidup masyarakat , pengakuan akan sebuah pendidikan sebagai gejala subah kebudayaan tidak membedakan antara pendidikan formal maupun informal karema pada hakikatnya pendidikan mempunyai visi misi yang sama dalam hal ini pendidikan bisa berlangsung dalam di sekolah atau lingkungan masyarakat.
Dalam pendidikan terdapat sebuah objek ilmu pendidikan yang di dalamnya memiliki elemen-elemen yaitu terdiri dari objek formal dan objek material objek formal lapangan atau bahan sedangkan objek material adalah sudut tinjauan dari suatu ilmu. Objek materi dari ilmu pendidikan adalah manusia sedangkan objek formalnya adalah kegiatan manusia membimbing perkembangan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Ilmu peendidikan di mungkinakan untuk memiliki objek materi yang sama dengan ilmu pengetahuan lainya namun berbeda dalam objek formalnya dari objek formal inilah di temukan permasalahan pendidikan yang menjadi bahasan suatu ilmu yang di sebut ilmu pendidikan.
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada suatu tujuan. Demikina halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan sangat bernilai dalam pendidikan. keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan di sadari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah , norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilakukan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan yang praktis, tugas pendidikan atau pendidikan maupun guru adalah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang di junjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dala suatu masyarakat(syafullah, 1981).  Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan pendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
 Urutan hirarkiws tujuan pendidikan dapat di lihat dalamkurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari 1) cita-cita nasional/tujuan nasional (pembukaan UUD 1945) 2) cita pembangunan nasional (dalam sistem pendidikan nasional 4)tujuan institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah) 5)tujuan kurikuler (pada tiap bidang studi/ mata pelajaran 6) tujuan intruksional yang di bagi menjadi dua tujuan yaitu intruksional umum dan tujuan intruksional yang di capai guru dalam pembelajaran di kela, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945.
 Salah satu komponen yang terpenting dalam suatu pendidikan adalah peendidik. Terdapata beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Di tinjau dari lembaga pendidikan munculah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga dan pimpinan masyarakat baik itu formal maupun informal sebagai pendidik di likungan  masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah pertama, orang dewasa kedua, orang tua ketiga guru ata pendidik keempat pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
Pendidikan mempunyai peran besar dalam upaya memberikan ketrampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka secara individu dengan tidak keluar batas dalam sebuah penyakit sosial kurangnya semata-mata kepekaan dan rasa hormat terhadap orang lain menjadikan sebuah pemancing untuk berbuat anrkis dengan kelompok lain, yang mengakibatkan kerugian baik itu berupa materi ataupun nonmateri. Di dalam membentuk seorang pelajar yang demokratis  dengan karakter yang bai sangatlah sulit, adanya tenaga pengajar tidaklah cukup untuk membentuk kepribadian yang seperti itu. Di kalangan siswa rasa muncul jati diri yang merasa bisa melawan kelompok lain menjadi salah satu pemicu untu memulai berbuat anarkis.
Dalam upaya pembangunan karakter baik dalam hal sosial menjadi suatu kewajiban cara di mana para siswa di bekali sosial yang baik dengan memakai konsep interaksi dengan rekan sebaya yang merupakan komponen penting dalam teori pembangunan sosial (Rubin, 2009). Saya pikir dengan di berikanya modal berupa pembangunan sosial, para siswa akan bisa menerapkanya dalam ruang lingkup kehidupan bersosial, jadi bukan betemu dengan kelompok lain kemudian memamerkan jati diri, tapi rasa solidaritas kelompoklah yang harus di junjung di antaranya, ketika bertemu saling menghormati. Menjungjung nilai sosial dalam sisi karakter siswa menjadi dasar yaittu bisa lebih mempriotaskan rasa sosial dari pada rasa emosi ketika bertemu dengan kelompok lain.
Dalam  upaya meningkatkan mutu seorang pelajar yang berbobot yakni pelajar yang mempunya keaktifan dalam bidang belajar, saya setuju dengan pendapat bahwasanya agar, pelajar aktif dalam kegiatanya di dalam kelas seorang pelajar dituntut penuh perhatian dalam belajar, menyumbangkan ide atau pendapat, mengajukan pertanyaan, menyatakan kesepakatan dan ketidaksepakatan, hal inilah yang akan menjadi modal besar dalam hal menunjang kepribadian siswa dalam keaktifan didalam kelas. Dengan memberikan berbagai kesempatan siswa untuk aktif berperan di dalam kelas, berarti membuka kesempatan para siswa agar lebih aktif dan lebih memfokuskan dalam dunia belajar. Dengan demikian siswa di tuntu aktif dalam upaya menyimak, mendengarkan menyumbangkan ide-idenya yang relevan
Kurangnya rasa solidaritas atau rasa sosial yang kurang salah satu pemicu terjadinya konflik antar pelajar atau antar etnis, satu sama lian mersaa paling benar dan tingkatanya paling tinggi di bandingkan dengan kelompok lain. Hal tersebut lebih lagi tidak dapat di kendalikan karena satu sama lain lebih mempriotaskan salah satu fahamnya agar salah satu kelompok tersebut yang akan menjadi pemenangnya.
Menelusuri pengertian konflik dan beberapa pendapat tentang konflik, adapun pengertian konflik yaitu konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Berikut ini beberapa Pengertian Konflik Sosial Menurut para Ahli: 
  1. Pengertian Konflik Sosial Menurut Robbins: Konflik dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut.
  2. Pengertian Konflik Sosial Menurut Fisher: Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bisa terjadi karena hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.
  3. Pengertian Konflik Sosial Menurut White & Bednar: konflik sosial adalah suatu interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu.
  4. Pengertian Konflik Sosial Menurut Cassel Concise dalam Lacey: mengemukakan bahwa konflik sebagai “a fight, a collision; a struggle, a contest; opposition of interest, opinion or purposes; mental strife, agony”. Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan; suatu pergulatan; pertentangan kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan; pergulatan mental, penderitaan batin.
  5. Pengertian Konflik Sosial Menurut Wexley &Yukl: Konflik juga merupakan perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties)yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya.
  6. Pengertian Konflik Sosial Menurut Clinton: Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda. Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka.
Salah satu pertentengan konflik antara dua kelompok  yaitu seperti konflik anta retnis dan agama besar yang terjadi di daerah Sambas ( 2008 ),  Ambon ( 2009 ),  Papua ( 2010 ) dan Singkawang ( 2010 ) menyebutkan hanya beberapa. Tanpa langkah yang tepat yang diambil konflik seperti itu akan terulang kembali. Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu kohesi sosial dan dapat menghasilkan saling tidak percaya di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat . Kasus bunuh diri - pemboman gereja di Surakarta bulan lalu misalnya, mungkin ( mudah-mudahan tidak ) menyebabkan dendam dan serangan serupa terhadap masjid. Dan ini bisa meningkat menjadi ketidakharmonisan agama besar.
Banyak penyebab dari suatu pertentangn, karena lebih mengutamakan ideologi dengan menggunakan ideologi yang bersifat radikal atau yang diartikan pemikiran yang secara habis-habisan menyeluruh, keras adapun pemikiran ini mengandung makna kelompok yang memiliki ideolgi atau pemikiran tinggi yang fanatik dan berjuang keras untuk menggantikan nilai atau sistem yang sedang berlangsung. Jadi paham ini yaitu lebih mengarah pada pondasi agama yang sangat mendasar, fanatik yang keagamaany cukup tinggi dan tidak jatang menggunakan kekerasan. Oleh karena itu Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu kohesi sosial dan dapat menghasilkan saling tidak percaya di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Ada banyak akibat konflik, akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan akibat dari konflik tersebut ke dalam lima poin berikut ini.
a. Bertambah kuatnya ras solidaritas kelompok. Solidaritas kelompok akan muncul ketika konflik tersebut melibatkan pihak-pihak lain yang memicu timbulnya antagonisme (pertentangan) di antara pihak yang bertikai.
b Hancurnya kesatuan kelompok. Jika konflik yang tidak berhasil diselesikan menibulkan kekerasan atau perang, maka sudah barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami kehancuran.
c. Adanya perubahan kepribadian individu. Artinya, di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi  beringas, agresif, dan mudah marah, lebih-lebih jika konflik tersebut berujung pada kekerasan, atau perang.
d. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Artinya nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akaibat dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat dari konflik, atau bisa juga hancurnya nilai-nilai dan norma sosial berakibat konflik.
e. Hilangnya harta benda (material) dan manusia. Jika konflik tidak terselesaikan hingga terjadi tindakan kekerasan atau perang, maka pasti akan berdampak pada hilangnya material dan korban manusia.
4. Hasil-hasil konflik sosial
Dari cara menghadapi dan menelesaikannya maka hasil konflik sosial dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a  Konflik kalah vrsus kalah. Dalam sebuah konflik pasti terdapat pihak-pihak yang saling berselisih dan melakukan aksi saling mengalahkan, menyingkirkan, atau melenyapkan. Dalam hal ini masing-masing pihak saling kalah, jadi berakhir saling kalahnya kedua pihak.
b.  Konflik kalah versus menang. Konflik akan berakhir dalam bentuk kalah versus menang apabila salah satu pihak yang bertikai mencapai keinginannya dengan megorbankan keinginan pihak lain.
c. Konflik menang versus menang. Konflik akan berakhir menang versus menang jika pihak-pihak yang berkaitan bersedia satu sama lain untuk mencapai kesepakatan baru yang saling menguntungkan. Gejala ini merupakan cara atau pendekatan terbaik dalam manajemen konflik.
Bermacam cara untuk meningkatkan mutu para pelajar, dengan berbagai konsep ilmu pendidikan sangatlah penting untuk penerapan tiga aspek yaitu, pertama kognitif (intelek) kemampuan tentang pengetahuan seorang pelajar kedua, moral yaitu bagaimana mensuplai nilai moral terhadap siswa agar bisa menerapkanya ketika kehidupan di masayarakat. Ketiga, emosi yaitu setiap siswa memiliki emosi, emosi dalam hal ini bersifat positif emosi rasa ingin bersaing dengan teman yang lain melalui media belajar. Penerapan karakter baik di indonesia biasanya banyak di terapkan di dunia pesantren ataupun asrama dengan menanam benih, kebiasaan baik dalam pesantren, inilah yang media yang akan membentuk kepribadian siswa dalam hal ketiga aspek diatas.
Pendidikan

Kognitif (intelek)
Moral (Akhlak)
Emosi

Kemampuan tentang pengetahuan seorang pelaja


Bagaimana mensuplai nilai moral terhadap siswa agar bisa menerapkanya ketika kehidupan di masayarakat
Emosi dalam hal ini bersifat positif emosi rasa ingin bersaing dengan teman yang lain melalui media belajar

Peran keluarga sebagai pembentukan kepriabdian seorang anak sangat menunjang, karena di dalamnya peran orang  tua yang menjadi pemimpin dalam kluarga yang harus mendidik anak, menjadi hal yang wajib, dengan tidak hanya mengandalkan pendidikan yang berada di sekolah saja, tapi juga penanaman nilai kepribadian keluarga lah yang akan lebih efektif, misalkan di dalam suatu keluarga ada seorang anak yang kebiasaan seharinya, kegiatan lainya selalu berbuat onar dan juga nakal, kemudian orang tua tinggal diam dengan karakter anak tersebut. Akan lebih berbahaya jika seorang anak tersebut membudidayakan karakter yang kurang baik itu, karena karakter yang buruk yang sudah menjamur menjadi kebiasaan, kebiasaan tersebut sudah di bentuk terlalu lama yang berdampak susah pula di rubahnya.
Contoh lain misalkan dalam sebuah kebiasaan buruk yakni tawuran antar siswa yang mengakibatkan kelompok tersebut terluka. Dengan menjadi suatu adat yang di bawa sampai besar menjadi bentrokan antar etnis ataupun bentrokan yang bersifat lebih anarkis. Pencegahan melalui pendidikan terutama keluarga menjadi solusi besar tindakan anarkis para siswa, salah satunya peran kepala keluarga dengan memberikan contoh yang baik kepada anggotanya, karena apabila membiarkan begitu saja akan terjadi fatal.
Salah saru solusi dalam pembentukan karakter anak lebih baiknya di terapkan pada usia dini karena penanaman karakter pada usia dini akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini.
salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Jadi dalam pembentukan karakter kepribadian yang baik dalam Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada suatu tujuan. Demikina halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan sangat bernilai dalam pendidikan. keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan di sadari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis agar dalam penerapan pendidikan siswa dapat mencegah rasa jati diri yang terlalu tinggi yakni berbuat anarkis, tawuran, bentrok dan yang lainya . Dalam terjadinya konflik Salah satu penyebab terjadinya konflik atau pertentangan yaitu kurangnya semata-mata kepekaan dan rasa hormat terhadap orang lain menjadikan sebuah pemancing untuk berbuat anrkis dengan kelompok lain. Dalam upaya pembangunan karakter baik dalam hal sosial menjadi suatu kewajiban cara di mana para siswa di bekali sosial yang baik dengan memakai konsep interaksi dengan rekan sebaya yang merupakan komponen penting dalam teori pembangunan sosial (Rubin, 2009). seorang pelajar aktif dalam kegiatanya di dalam kelas, seorang pelajar dituntut penuh perhatian dalam belajar, menyumbangkan ide atau pendapat, mengajukan pertanyaan, menyatakan kesepakatan dan ketidaksepakatan, hal inilah yang akan menjadi modal besar dalam hal menunjang kepribadian siswa dalam keaktifan didalam kelas. Salah saru solusi dalam pembentukan karakter anak lebih baiknya di terapkan pada usia dini karena penanaman karakter pada usia dini akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung. PT Kiblat Buku Utama

1 comments:

  1. judulnya terasa ga 'ngerock geuningan? kamu hampir dapat membangun momentum tentang konflik sosial tapi ternyata tidak dijelajahi lebih jauh'

    ReplyDelete