Saturday, March 8, 2014

11:45 PM
Konteks Sebuah Tulisan
 
Menulis. Menulis bukanlah hal yang mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Seperti halnya saat kita menulis Class Review ini, proses yang kita alami saat menulis mungkin tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata, karena tanpa kita sadari banyak moment-moment yang sangat berharga saat proses tersebut terjadi. Seperti saat kita mengkoneksikan antara kita sebagai penulis dan antara kita sebagai pembaca. Perlunya mengkoneksikan hal-hal tersebut guna menghasilkan meaning bagi para pembaca lainnya.
Saat menulis sebuah buku, sebagai penulis kita harus mengaitkan antara kita sebagai penulis dan mereka sebagai pembaca. Sebagai manusia yang normal, kita pasti memiliki perbedaan dalam hal pemahaman. Maka dari itu, saat menulis hendaknya kita tinjau kata-kata yang akan kita gunakan dalam teks tersebut agar pembaca dapat dengan mudah mengerti apa yang kita maksud.
Wacana bertindak sebagai semacam sumber budaya, seperti halnya penulisan kisah-kisah sejarah. Dalam batasa-batasan tertentu pembaca bertindak mereproduksi makna dari sebuah teks.
Text dan context yang ada di dalam discourse bagaikan seorang ibu dan anaknya, dengan kata lain itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Text terbagi dalam dua bentuk, yaitu physical beings (fisik) dan semiotic beings (simbol). Keduanya menjadi satu paket karena text hanya akan menjadi simbol jika dia mempunyai bentuk fisiknya. Dengan kata lain, text juga berfungsi sebagai alat komunikasi atau sesuatu yang diproduksi manusia. Sehingga, text dapat di tulis di berbagai benda, mulai dari kayu, batu, besi, dan lainnya (Lehtonen, 2000:72).
Teks sangat bergantung kepada konteks, konteks mencakup faktor-faktor yang membawa penulis dan pembaca kepada proses pembentukan makna. Konteks mencakup semua hal berikut :
1.  Substansi: materi fisik yang membawa relay teks
2.  Music dan gambar
3.  Paralanguage : perilaku yang berarti bahasa yang menyertai, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukran huruf (secara tulis)
4.  Situasi : dan hubungan objek dan orang-orang disekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta.
5.  Co-teks : yang mendahului atau mengikuti analisis, dan peserta menilai wacana yang sama.
6.  Intertext : teks yang dianggap peserta sebagai milik wacana lain
7.  Peserta : niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan.
8.  Fungsi : teks tersebut dimaksudkan untuk apa
Lehtonen mendeskripsikan discourse lebih mengacu pada Semantic (arti kata) meaning, sedangkan Hyland lebih kepada Linguitic (bahasa). Keduanya memang mengarah pada satu tujuan tentang teks (human produce) dan konteks (situation arround of text). Pada dasarnya teks dan konteks merupakan satu kesatuan yang tidak dapat diterpisahkan.
Buku adalah sarana untuk mencari informasi atau sejarah. Tapi bagaimana jika sarana informasi yang selama ini kita percayai adalah sesuatu yang tidak terjamin kebenarannya? Seperti halnya kasus Cristopher Colombus yang selama ini dipercayai masyarakat Amerika (bahkan seluruh belahan dunia) sebagai pahlawan karena telah menemukan benua Amerika.  Tapi, kenyataannya kini banyak beredar isu bahwa Colombus bukanlah orang pertama yang menemukan benua Amerika, melainkan orang muslim keturunan China yang lebih dulu menemukan benua Amerika.
Sebenarnya saya tidak terlalu kaget ataupun bersikap berlebihan tentang fakta mengenai kebusukan Colombus, karena saya sendiri bukan berasal dari benua Amerika. Tapi, saya sebagai bangsa Indonesia yang patut mempelajari sejarah dunia demi menjaganya suatu budaya literasi di negeri ini. Mungkin itu hanyalah contoh kecil dimana terjadinya manipulasi sejarah yang selama ini kita agung-agungkan kebenarannya. Bagaimana nasib anak cucu kita kelak jika pada kenyataannya sejarah (buku) bukanlah hal yang dapat dipastikan kebenarannya. Seperti kita ketahui sebelum terkuaknya fakta kekejaman Colombus, seluruh masyarakat dunia mempercayai bahwa Colombus adalah pahlawan, bagaimana bisa seorang diktator seperti-nya dapat dipercayai sebagai pahlawan bangsa Amerika. Kenapa masyarakat dunia mudah percaya oleh sebuah informasi tanpa mereka ketahui kebenarannya?
Seharusnya sebagai masyarakat yang memiliki ideologi tersendiri, harusnya dapat memilah milih informasi yang kita peroleh. Kesalahan yang dilakukan masyarakat adalah terlalu mudah mempercayai suatu peristiwa tanpa kita ketahui kebenarannya. Sungguh kenyataan yang sangat ironis. Apa yang perlu direkayasa untuk memperbaharui pola fikir masyarakat? Yang perlu direkayasa adalah strategi dalam membentuk pola fikir masyarakat. Contohnya seperti saat pembelajaran di kelas, alangkah baiknya seorang guru dapat membimbing siswanya agar lebih memilah milih bacaan dan tidak mudah mempercayai suatu isu sebelum mencari tahu bukti dan faktanya. Sebaliknya sebagai seorang penulis, sebelum menulis sebuah buku hendaknya menganalisis apa yang akan ia tulis sebelum menulisnya.
Seperti halnya yang dikatakan Cutting ( 2002: 3 ) bahwa ada tiga aspek utama dalam penafsiran konteks. Sebagai berikut :
v    Konteks situation : apa yang masyarakat tahu tentang apa yang dapat mereka lihat disekitar mereka.
v    Latar belakang konteks pengetahuan : apa yang masyarakat ketahui tentang dunia dan aspek kehidupan, dan apa yang mereka ketahui tentang satu sama lain.
v    Co-tekstual konteks : apa yang masyarakat ketahui tentang apa yang mereka miliki telah menyatakan aspek-aspek interpretasi telah dating untuk digulung menjadi ide masyarakat.
Ada beberapa keyword penting saat menulis, dimana menulis itu melibatkan context, literacy, culture, technology, genre and identity.
ü  Konteks : penulis dan pembaca sama-sama berperan dalam mencari meaning
ü  Literasi : Menulis berarti membentangkan dan membangun dunia. Baca-tulis merupakan sebuah praktik dimana kita mencoba memahami suatu topic.
ü  Culture : budaya sangat amat mempengaruhi tulisan seseorang. Karena setiap orang memiliki identitasnya tersendiri. Karena itu, sejarah amat sangat mempengaruhi sebuah tulisan seseorang.
ü   Tekhnologi : semakin hebatnya teknolgi, semakin memudahkan seseorang dalam menulis. Contohnya saat kita ingin membagi suatu tulisan kita, kita dapat dengan mudah menyebarkannya melalui internet karena lebih mudah dan praktis contohnya seperti PDF (portable document format)
ü  Genre : Genre berfungsi sebagai proses sosial karena masyarakat dari sebuah budaya berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai sebuah genre.
ü  Identity : identitas seorang penulis sangat amat mempengaruhi isi dari tulisan. Semua penulis pasti memiliki sebuah identitas, tapi bagaimana kita membangun identitas kita sendiri dengan tidak mengcopy identitas orang lain.
     Jadi, kesimpulannya adalah dengan menulis dan membaca kita dapat mengetahui baik-buruknya suatu tulisan agar kita tidak mudah terjerumus dalam suatu topic yang salah.seperti halnya kebohongan sejarah yang telah saya bahas diatas. Dan melalui konteks, seorang penulis dalam tulisannya dapat mengubah persepsi seseorang bahkan seluruh dunia.
Referensi :
Lehtonen, Mikko. 2000. The Cultural Analysis of Text. London: SAGE Publications Ltd.
Hyland, Ken. 2009. Teaching and Researching Writing. United Kingdom: Pearson Education Limited.



0 comments:

Post a Comment