Saturday, March 1, 2014

10:45 PM
1
To be hopeful in bad times is not just foolishly romantic. It is based on the fact that human history is a history not only of cruelty, but also of compassion, sacrifice, courage, kindness.
What we choose to emphasize in this complex history will determine our lives. If we see only the worst, it destroys our capacity to do something. If we remember those times and places -- and there are so many where people have behaved magnificently, this gives us the energy to act, and at least the possibility of sending this spinning top of a world in a different direction.
And if we do act, in however small a way, we don't have to wait for some grand utopian future. The future is an infinite succession of presents, and to live now as we think human beings should live, in defiance of all that is bad around us, is itself a marvelous victory.
Howard Zinn

Masih terbersit dalam memori kita tentang sejarah yang membangun peradaban dunia. Kebenarannya yang ada sekarang ini membuktikan bahwa kita tidak bisa lepas dari peranan para pendahulu yang sudah membangun alur cerita yang begitu sempurna. Namun, patut kita pertanyakan apakah sejarah yang ada sekarang ini memang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masa lalu, sedangkan bukti yang otentik kurang begitu mendukung. Jangan sampai terjadi distorsi dari cerita yang beredar di kalangan dunia. Perlu penelitian dan study lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran tentang sebuah sejarah.
Sejarah memang tidak bisa terlepas dari sebuah tulisan. Dua hal yang saling berbarengan ini memberi kekuatan otentik untuk fakta yang ada. Ekspektasi banyak orang tentang cerita di masa lalu itu bisa saja tidak sesuai dengan apa yang terjadi, berbagai opini akan muncul untuk menanggapi hal tersebut. Unsur politik, sosial, dan budaya akan mewarnai kebenaran sebuah sejarah tergantung dengan orang yang melihatnya, seorang politikus akan membumbui sejarah dengan unsur-unsur politiknya.
Inilah peranan sebuah tulisan dalam menyingkapi sejarah, di kalangan publik banyak yang bertanya-tanya tentang kebenaran cerita nenek moyang mereka. Dengan adanya goresan tinta hitam akan merangkum sejarah yang otentik sehingga tidak bisa diobrak-abrik oleh yang tidak bertanggung jawab, tulisan akan memberi kekuatan suatu kebenaran sejarah yang ada. Cerita yang benar bisa saja diputar-balikkan dan tidak linear oleh pihak tertentu untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Seperti yang ditulis dalam artikelnya Howard Zinn yang berjudul Speaking Truth to Power with Book. Istilah dari judulnya ini merupakan sebuah frasa yang sengaja diciptakan oleh seseorang yaitu Quaker di pertengahan 1950-an. Frase ini merupakan panggilan bagi Negara Amerika Serikat untuk mendukung agar bisa berdiri teguh melawan fasisme dan bentuk lain dari totalitarianisme. Judul dari Howard Zinn ini membicarakan tentang kebenaran-kebenaran yang terungkap di Amerika Serikat yang selama ini disalahtafsirkan, seperti yang kita ketahui bahwa benua Amerika ditemukan oleh sosok Columbus yang terlihat sempurna di warga Amerika, bahkan ada perayaan untuk mengenang jasanya karena sudah menemukan dunia baru pada kala itu. Namun, dibalik sosok Columbus itu terdapat kejanggalan yang nampaknya belum diketahui oleh masyarakat.
Howard Zinn
Kilas balik tentang sosok seorang Howard Zinn yang lahir pada tanggal 24 Agustus tahun 1992 dan meninggal pada tanggal 27 Januari 2010 di usia 87 tahun ini merupakan seorang sejarawan, dramawan, seorang Yahudi Anti Israel dan Anti zionis, dan aktifis. Namanya ditulis sebagai seorang yang mengungkap sejarah dari Amerika Serikat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam artikelnya tersebut Howard Zinn memulai pembahasannya dengan buku dan tulisan yang tidak bisa terpisahkan.
Speaking Truth to Power with Book, dari judulnya mengartikan bahwa kebenaran itu suatu keadaan yang benar-benar terjadi tanpa ada unsur nasional, rasisme, ekonomi, sosial, dan budaya yang mempengaruhi. Membicarakan tentang menulis sepertinya tidak bisa terlepas dari berbagai buku-buku yang menjadi sumber bacaan. Buku mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menciptakan pemikiran seseorang, asupan informasi yang didapat dari bacaannya akan berpengaruh pada paradigma dan cara berfikirnya. Ketika seseorang senang membaca buku yang beraliran barat, maka main setnya akan berkiblat pada dunia barat pula.
Seseorang yang menguasai teks maka ialah orang yang bisa megubah sejarah. Sejarah dengan gampangnya dibolak-balikan oleh penulis yang ahli dengan retorika dan dituangkan dalam tulisannya, seperti yang telah dilakukan oleh Howard Zinn yang banyak menghasilkan karya tulis tentang sejarah.  Salah satu tulisannya berjudul A People’s History of the United States, buku yang dikarangnya ini menggemparkan umat dunia tentang cerita sejarah di benua Amerika. Banyak kecaman yang datang bertubi-tubi atas bukunya ini, bukan dari warga Amerika saja yang memprotesnya bahkan duniapun angkat bicara buku karangannya ini.
Bukunya mengungkap sosok yang diagung-agungkan oleh warga Amerika selama ini yaitu Christoper Columbus. Sosok Columbus yang terkenal dengan citra dan kharismanya yang begitu hebat dalam menemukan benua Amerika bahkan warga Amerika menganggapnya sebagai pahlawan, namun dibalik penemuannya itu justru banyak kejanggalan. Howard menentang seorang Columbus dan sejarahnya, banyak kebohongan-kebohongan yang tidak diketahui oleh masyarakat dunia. Kebohongan yang tertutupi inilah yang mendorong hasrat Howard untuk memecahkan dan membuka mata dunia ihwal seorang Columbus.
Columbus
Mungkin beberapa orang sudah tahu ihwal fakta sejarah asli mengenai Columbus, tokoh yang selalu disebut sebagai penemu Amerika. Pelaut yang bernama lengkap Christopher Columbus atau dengan nama Italia-nya Cristoforo Colombo diklaim sebagai orang pertama yang mengarungi jalur Atlantik lalu menemukan benua Amerika. Hal ini selama ratusan tahun masih dianggap sebuah fakta yang tak terbantahkan. Benarkah demikian? Analisis ini akan mencoba menguraikan dan mengkritisi teori tersebut.
Teori Arab dan Muslim Spanyol
Seorang sejarawan dan ahli geografi muslim, Abu Hasan al-Mas’udi pada tahun 956 menulis perjalanan muslim Spanyol di tahun 889 M. Eskpedisi pelayaran muslim Spanyol di tahun itu bertolak dari pelabuhan Delba (pelabuhan yang sama dengan start ekspedisi Columbus), dan berlayar selama berbulan-bulan ke arah Barat. Lalu mereka menemukan sebuah daratan yang sangat luas dan mereka pun berniaga dengan penduduk asli di daerah tersebut, setelah itu kembali lagi ke Eropa. Al-Mas’udi menggambarkan tanah tersebut dalam petanya yang sangat fenomenal, ia menyebut daratan tersebut dengan “Daratan yang Tidak Diketahui” atau daratan tanpa nama.
Tercatat muslim Spanyol telah dua kali mengadakan ekspedisi ke Amerika. Pertama, pada tahun 999 M oleh Ibnu Farrukh dari Granada dan yang kedua oleh Al-Idrisi pada tahun 1100 M. Al-Idrisi mencatat sekelompok kaum muslimin berlayar ke arah Barat dari Lisbon selama 31 hari dan berlabuh di sebuah pulau di Karibia. Mereka ditawan oleh penduduk asli Amerika di kepulauan tersebut selama beberapa hari. Setelah beberapa hari mereka pun dibebaskan karena negosiasi dengan perantara salah seorang penduduk setempat yang memahami bahasa Arab. Mereka pun kembali ke al-Andalus kemudian menceritakan apa yang mereka alami. Poin menarik dari kejadian ini adalah adanya penduduk setempat yang memahami bahasa Arab. Tentu saja hal ini menunjukkan sering terjadi kontak antara penduduk setempat (Amerika) dengan orang-orang Arab.
Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa kaum muslimin datang ke benua Amerika menyebrangi kegelapan Samudera Atlantik 300 atau 400 tahun sebelum kedatangan Columbus. Hal ini diindikasikan dengan kemampuan pemetaan, citra geografis, dan astronomi yang mumpuni di kalangan kaum muslimin. Umat Islam telah mengeluarkan teori bumi itu berputar seperti bola sebagaimana Ibnu Khardzabah (242 H/885 H) dan Ibnu Rustah (290 H/903 M), termasuk Khalifah Abbasiyah, al-Makmun.
Teori Afrika Barat
Ada bagian dunia Islam lainnya yang telah mengadakan kontak dengan orang-orang di benua Amerika sebelum Columbus. Di Afrika Barat ada sebuah kerajaan yang sangat kaya dan memiliki kekuatan besar yaitu kerjaan Mali dengan raja yang paling terkenal Mansa (raja) Musa. Sebelum Raja Musa, Mali dipimpin oleh saudaranya yang bernama Abu Bakar. Abu Bakar pernah mengirim 400 kapal menjelajahi Samudera Atlantik, namun dari jumlah yang besar tersebut hanya satu kapal saja yang berhasil kembali. Kapal tersebut melaporkan bahwa di seberang lautan sana ada sebuah daratan yang luas. Mendengar kabar tersebut, Mansa Abu Bakar pun melakukan ekspedisi dengan 2000 awak kapalnya menuju daerah tersebut namun setelah itu kabar mereka tidak pernah terdengar lagi.
Meskipun tidak ada catatan spesifik hasil dari pelayaran tersebut, namun di Amerika ada bukti yang kuat mengenai kedatangan mereka. Ada situs arkeologi di daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan yang menunjukkan bahwa orang-orang Mali pernah datang ke wilayah tersebut. Orang Spanyol saat datang menjajah wilayah Amerika, mereka menemukan prasasti di wilayah Brasil dengan bahasa Mandika (bahasa Mali). Lebih dari itu, prasasti dalam bahasa Mandika juga ditemukan di wilayah Amerika Serikat; di wilayah Misissipi dan Arizona. Di Arizona prasasti tersebut mengabarkan tentang gajah-gajah sakit, padahal gajah bukanlah hewan asli Amerika. Ini pun menjadi indikasi kesuksesan perjalanan Mansa Abu Bakar menuju daratan Amerika.
Teori Dinasti Utsmaniyah
Pada tahun 1929, terdapat sebuah penemuan yang cukup fenomenal di Istanbul. Pada tahun itu ditemukan sebuah peta yang dibuat pada tahun 1513 oleh seorang kartografer Dinasti Utsmani, Piri Reis. Reis menyatakan bahwa peta yang dibuatnya itu berdasarkan sumber-sumber di masa lalu, yaitu peta Yunani dan Arab kuno, termasuk peta yang berdasarkan ekspedisi yang dilakukan oleh Columbus yang berlayar 21 tahun sebelumnya. Yang luar biasa dari peta ini adalah tingkat kedetailannya sehingga memaksa para sejarawan melakukan penelitian ulang tentang teori ekspedisi Columbus.
Peta tersebut dengan jelas menunjukkan pantai Timur Amerika Selatan. Pantai Brasil juga ditampilkan dengan detail yang luar biasa, disertai dengan tingkat akurasi yang tinggi letak-letak sungainya. Meskipun Reis menjadikan ekspedisi Columbus sebagai sumber primernya, namun Columbus tidak pernah menginjakkan kakinya di wilayah Amerika Selatan sehingga catatan-catatan ekspedisi kaum muslimin pun menjadi bagian penting dari peta karyanya. Selain itu peta Reis juga mencatumkan gambar Pegunungan Andes yang tidak tersentuh oleh eksplorer Eropa hingga tahun 1520-an, satu decade penuh setelah gambar peta Reis.

Peta Reis dengan sumber-sumber klasik yang ia gunakan menunjukkan penguasaannya yang mapan mengenai benua Amerika. Peta karyanya juga merupakan bukti fisik terkuat mengani ekspedisi-ekspedisi kaum mulimin jauh sebelum ekspedisi Columbus
Catatan Columbus
Data-data historis di atas adalah bukti shahih yang menunjukkan ekspedisi kaum muslimin dilakukan sebelum Columbus menginjakkan kakinya ke benua Amerika di tahun 1492, bahkan mungkin Columbus sendiri mengetahui bahwa dirinya bukanlah orang yang pertama melakukan hal itu. Columbus berlayar dari Spanyol di tahun yang sama dengan runtuhnya dinasti Islam terakhir di tanah Iberia. Selain itu banyak masyarakat Iberia yang beragama Islam dan sangat mengenal sejarah masa keemasan Islam. Pelayaran Columbus juga banyak diawaki oleh orang-orang Islam yang dipaksa memeluk Katolik atau dibunuh, Columbus pun bisa dengan mudah mendengar kisah tentang dunia baru tersebut lalu terinspirasi untuk menuju ke sana.
Setalah Columbus tiba di Amerika, ia mencatat beberapa hal syi’ar-syi’ar Islam di daerah tersebut. Ia berkomentar mengenai emas yang dimiliki oleh penduduk asli, dibuat dengan paduan dan tata cara yang sama dengan yang dibuat oleh kaum mulimin dari Afrika Barat. Columbus juga mencatatat bahwa kata asli untuk emas di daerah tersebut disebut dengan ghunain, yang sangat mirip dengan bahasa Mandika untuk menyebut kata emas, yaitu ghanin, sangat mirip sekali dengan bahasa Arab ghina yang berarti kekayaan.
Catatan Columbus juga mengisahkan adanya sebuah kapal di tahun 1498 yang memuat banyak barang dagangan yang diawaki oleh orang-orang Afrika yang menurut keterangan penduduk asli mereka adalah mitra dagang penduduk lokal. 
Tentu saja tidak perlu diragukan lagi yang pertama kali datang menemukan benua Amerika adalah nenek moyang asli bangsa Amerika. Mereka mungkin menyeberang ke Amerika melalui Rusia dan Alaska sekitar 12.000 tahun yang lalu. Diskusi penemuan benua Amerika oleh orang-orang Eropa, Afrika, atau Asia, sebenarnya adalah penghinaan terhadap sejarah masyarakat asli benua tersebut. Keberanian dan sejarah mereka sangat tidak dihargai dan tidak dinilai apabila teori Columbus sebagai penemu benua Amerika adalah fakta yang hakiki.
Columbus hidup di zaman dimana orang-orang berasumsi bahwa bumi ini datar. Padahal sejak lama Aristoteles dan Pythagoras mengeluarkan sebuah teori bahwa bumi itu berputar. Demikian juga di masa kejayaan Islam (750-1100-an M) ilmuwan-ilmuwan Islam meyakini bumi itu bulat.
Sudah saatnya kita untuk meluruskan sejarah dan tidak lagi mengajarkan yang salah kaprah. Banyak fakta yang mengejutkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak Columbus. Rasa penasaran ini berdasarkan kenyataan, bahwa setiap tahun ada hari khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu Benua Amerika. Peringatan ini berasawal dari tahun 1792 yang merupakan tanda 300 tahun kedatangan Columbus ke Amerika, kemudia dari kedatangannya itu adanya hari Columbus menjadi hari libur nasional di Ameriksa pada tahun 1937.
Jika kita melihat Columbus pergi berlayar, Columbus tidak pernah tiba di daratan Amerika Utara. Perjalanannya membawa dia ke Amerika Tengah dan Selatan, Puerto Rico, Kepulauan Virgin Bahama dan kepulauan Karibia lainnya. Columbus juga bukan orang pertama yang menemukan dunia baru melainkan  orang-orang Skandinavia (Viking) yang menjelajahi benua Amerika Utara pada abad ke-11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadow.
Pada saat itu Columbus telah memperkosa putri salah satu kebangsaan Spanyol yang masih berusia 13 tahun, Columbus diadili karena perbuatannya yang tidak baik itu. Namun, pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus dihukum mati, sehingga ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India) dan dengan harapan agar Columbus tidak akan bisa pulang kembali ke daerah ratu Isabella. Inilah latar belakang yang sebenarnya mengapa Columbus bisa menginjak Amerika.
Akhlak Colombus tidaklah sepantasnya kita agung-agungkan. Dia terkenal sangat kikir, sifat inilah yang menyebabkan dia menghadapi kesulitan memperoleh tunjangan dana dari Ratu Isabella karena Colombus terlampau menampakkan keserakahannya tatkala melakukan tawar-menawar. Columbus memperlakukan orang-orang Indian dengan kekejaman yang sangat.
Saat Columbus mendarat untuk pertama kalinya di Benua Biru Amerika, ia masih mengira bahwa inilah tanah india yang diamanati oleh Ratu Isabella untuk dicaari olehnya. Saat itu para penduduk asli menyambut Christoper Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya? “Mereka membawakan kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki ... Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu... Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi tombak... Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”

Selain itu dalam catatannya juga Columbus menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama”. Dalam catatan hariannya Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi sau informasi penting: yaitu di mana ada emas?
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88) menggambarkan keberingisan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi lalu mecambuk mereka demi kesengan belaka. Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1469) dilkaim bertanggung jawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Dia mengeksploitasi mereka, memanfaatkan sumber daya dan memperbudak nya. Hugo Chavez menghancurkan patungnya di Caracas karena dia melihat Columbus sebagai imperialis yang banyak melakukan pembantaian. Apakah masih pantas Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluas dunia dengan “Columbus Day”? 
Sosok Columbus kini satu persatu terungkap dunia hitamnya, selain itu Columbus merupakan seorang penyebar Sifilis di Eropa. 
Pandemi sifilis melanda Eropa tak lama setelah Columbus kembali, adanya Columbus mengubah jalannya sejarah dunia. Awalnya sangat mematikan, penyakit yang menyeramkan dan banyak kematian pada saat itu. seseorang yang secara aktif berpartisipasi dalam genosida yang akhirnya menyebabkan kematian dari 20 juta masyarakat adat di Indian di Haiti.
Akhirul kalam, inilah kenyataan yang benar-benar menggemparkan dunia. Sebagai insan yang ‘melek bahasa’ kita harus pasang rambu-rambu kehidupan dalam menyerap cerita yang beredar di berbagai kalangan, karena cerita itu belum tentu mengandung kebenaran yang hakiki. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Howard Zinn bahwa “orang yang ahli menulislah yang akan menggenggam sejarah”,  A People’s History of the United States  inilah yang sudah menyadarkan pengaruh hipnotis warga dunia dari sosok Columbus yang terkenal dengan temuannya yaitu menemukan Amerika.
Sejarah yang kita miliki sebagai seseorang yang literat harus diabadikan dengan mahakarya yang bisa menjaganya yaitu lewat tulisan. Dengan tulisan ini, “kelompok” yang tidak bertanggung jawab atas bukti keotentikannya tidak lagi mengobok-obok sejarah nenek moyang yang ada di dunia ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://lontongers.blogspot.com/2013/12/fakta-mengejutkan-tentang-columbus-dan.html diunduh pada hari Jum'at 28 Maret 2014 jam 13.30 WIB

1 comments:

  1. well, mungkin di artikel ini kamu menunjukkan identitas siapa kamu sebenarnya. Tapi, generic structure ki ga dieskplistkan? ada berapa hal yang tidak kamu setujui tentang artikel ZInn? datanya memang sudah ada tapi jangan berasusmi bahwa pembaca akan selalu tahu apa yang kamu maksud. Dan jagnan terkebak dengan rangkaian sejarah saja karena itu membuat kamu akan terhanyut dan tidak bisa mnunjukkan identitas sebagai kritikus

    ReplyDelete