Tuesday, March 4, 2014

ISTIQOMAH
PBI-B
(Class Review 4)
“Koneksi, Interaksi, dan Negosiasi”

Menginjak pertemuan ke-empat dalam mata kuliah Writing 4. Jantung saya semakin berdegup kencang, terutama saat saya mengingat tugas-tugas yang diberikan Pak Lala. Ooh...itu membuat kepala saya seakan ingin meledak. Ditambh lagi dengan makin banyaknya kerontokkan dirambut saya, mungkin itu efek dari Writing.
Mengingat kembali tugas Critical review pertama saya yang bertemakan “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony.” Pada saat saya membuat 2500 kata tersebut, yang tersirat dalam fikiran saya hanyalah bagaimana membuat suatu essay sebanyak 2500 kata dengan latar belakang toleransi antar umat beragama. Karena saya terlalu asyik membahas dari segi keharmonisan antar umat beragama-nya, sehingga saya lupa akan classroom discoursenya, jadi tulisan saya hanya tercondong pada satu titik (berat sebelah). Sedangkan titik yang lain dilupakan.
Timbulnya komentar dari Pak Lala tentang ketidak sesuaian tulisan saya dengan syllabus, membuat saya sadar bahwa saya salah memasuki gerbang suatu permasalahan. Kemudian Pak Lala kembali menerangkan secara rinci tentang classroom discourse to foster religious harmony.
Seperti yang saya kutip dari dalam sebuah buku karya Besty Rymes yang berjudul “Classroom Discourse Analysis: A Tool for Critical Reflection.” Ia mengatakan dalam bukunyanbahwa kebanyakkan dari kita sebagai pengajar tidak membayangkan bagaimana setiap siswanya memulai untuk belajar.
Dalam bukunya, Besty Rymes pun menjelaskan bahwa tujuan dari penulisan bukunya adalah melengkapi guru-guru dengan peralatannya untuk menganalisis percakapan di dalam kelas. Untuk meningkatkan mutu pengajara, seorang guru haruslah menerapkan sistem tukar pendapat untuk para siswanya sehingga akan ada konektifitifitas antara sesama pengguna kelas.
Dalam penjelasan Pak Lala mengenai Classroom Discourse ahrus ada keterkaitan dengan religious harmony. Waca pembelajaran dikelas terdiri dari konteks, locak differences, interaksi, paedagogi, teaching & learning dan sebagainya. Kemudian interaksi dari sebuah wacana pembelajaran dikelas beranggotakan guru dengan murid, sehingga menhasilkan diskusi dengan perbedaan pendapat. Lalu, perbedaan dalam berpendapat tersebut ditampung dalam season negosiasi sehingga  menghasilkan sebuah makna.
Dalam membangun hiwa toleransi siswa didalam kelas, guru wajib memfasilitasi semua kegiatan siswa selama pembelajaran. Kegiatan didalam kelas itu terdiri dari interaksi antar guru dengan muruid dan murid dengan murid lainnya. Strategi yang digunakan untuk mendorong siswa bertoleransi dan hidup damai antara lain dengan sistem tukar pendapat yang telah saya jelaskan sebelumnya. Sepertihalnya diskusi dan presentasi, agar siswa dapat memperluas wawasannya tentang agama dan sosial.
Jadi, kesimpulannya adalah sebagai seorang guru yang mempunyai kewajiban untuk membimbing murid-muridnya agar menjadi murid yang berkualitas baik dibidang pendidikan maupun sosial, seorang guru harus menyertakan percakapan didalam kelas seperti tukar pendapat atau diskusi. Guna menghasilkan siswa yang berkualitas.

0 comments:

Post a Comment