Saturday, March 8, 2014

11:07 PM

Mengenal Hyland
Written by Khoirul Fajri

Serasa berbeda dengan yang lain jika kita melihat semua yang dilakukan pada semester sekarang. Hal yang keras dilakukan untuk menunjukkan eksistensi individual. Karya literasi yang menjadikan bangsa ini maju, coba diperagakan oleh mahasiswa IAIN Syekh Nurdjati Cirebon semester 4. Karya-karya literatur disuguhkan melalui kejayaan IPTEK sekarang yaitu blog.
Karya literatur yang mulai disuguhkan antara lain class review dan critical review. Terutama dari pembelajaran ini adalah menjadi manusia yang literat memang tidaklah semudah dibayangkan. Bangsa literat adalah bangsa yang selalu merubah dalam artian merubah semua aspek melalui sebuah tulisan. Howard Zein berkata dalam bukunya yang berjudul The Truth Power Howard Zein, melalui tulisan semua orang bisa terpengaruhi, atau dengan kata lain bisa merubah pikiran orang sedunia. Maka dari itu, bangsa yang bisa menulis dikatakan menjadi bangsa yang maju memang fakta.
Dimulai dari pembahasan yang ada dalam power point Mr. Lala Bumela, tentang kelemahan kita dalam penulisan critical review. Kelemahan yang kita alami antara lain adalah terjebak dalam hal-hal yang sepele. Seperti halnya terlalu banyak menggunakan kalimat yang sebenarnya tidak penting untuk ditulis. Kurangnya menuju hal yang terpenting memanglah sulit. Mungkin kita terlalu banyak kalimat yang memutar-mutar saja. Kelemahan selanjutnya adalah tidak akrab dengan kata classroom discourse. Mungkin kata ini adalah kata yang baru kita kenal atau mungkin kurangnya pemahaman kita dalam kata tersebut. Kelemahan selanjutnya yaitu terlalu menceritakan fakta-fakta konflik agama yang sebenarnya tidak terlalu indah, dikarenakan tidak teraturnya referensi dan pengembangan dari contoh konflik tersebut. Kelemahan yang satu ini sangat crucial yaitu generic structure. Banyak diantara kita semua banyak yang mengalami kesalahan dalam penggunaan generic structure dimungkinkan juga karena diantara kita banyak yang bingung merangkai kata, jadi mengakibatkan perusakan generic structure. Factor kelemahan kita selanjutnya adalah pola referensi yang hilang. Penulisan referensi yang kurang pas adalah kesalahannya. Sebaiknya pada saat penulisan disetiap kutipan diberi resource nya.
Pada saat penulisan berlangsung kita perlu menggunakan yang namanya kata kunci yang benar dalam penulisan. Adapun cara penulisan yang benar, kita perlu melihat beberapa aspek, antara lain:
Konteks
Dalam konteks ini Cutting ( 2002: 3 ) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama dalam konteks ini antara lain:
Konteks situasional, yaitu apa yang masyarakat tahu akan yang mereka lihat disekitar mereka.
Latar belakang konteks pengetahuan, yaitu apa yang masyarakat tahu tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan, dan apa yang mereka tahu tentang satu sama lain.
Co - tekstual konteks, yaitu apa yang masyarakat tahu tentang yang mereka miliki.
Berbeda dengan dimensi Halliday (1985) mengenai context antara lain:
Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya).
Konteks dalam lehtonen pun antara lain:
Substansi: materi fisik yang membawa atau relay teks
Musik dan gambar
Paralanguage: perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
Situasi: sifat dan hubungan objek dan orang-orang di sekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta
Co-teks: teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan yang peserta menilai milik wacana yang sama
Intertext: teks yang peserta anggap sebagai milik wacana lain, tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka.
Peserta: niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan.
Fungsi: apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addressers, atau dianggap dilakukan oleh penerima dan addressees.
Literasi
Scribner dan Cole (1981 : 236 ) mengatakan: melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu digunakan. Literasi dipandang sebagai satu set diskrit , keterampilan teknis bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding makna , memanipulasi alat tulis , mengamati bentuk - suara korespondensi , dll, yang dipelajari melalui pendidikan formal pendidikan . Menulis itu sendiri adalah hal yang biasa dilakukan masyarakat dalam memberdayakan dirinya sendiri melalui daya penulisan orang tersebut. Di Indonesia sendiri menulis belum bisa diberdayakan. Menulis adalah pemberdayaan pribadi , tetapi juga didefinisikan dalam hal sebaliknya : stigma pribadi yang melekat pada buta huruf . anda baik memilikinya atau tidak . Di Indonesia banyak sekali warga yang buta akan huruf. Perlu stimulus yang agak panjang untuk memperbaikinya.
Barton ( 2007: 34-5 ) mengatakan pandangan sosial keaksaraan terbagi atas:
Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang praktik keaksaraan.
Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan .
Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas , sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan .
Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan , dan beberapa kemahiran yang lebih dominan , terlihat dan berpengaruh daripada yang lain .
Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi .
Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek .
Barton dan Hamilton (1996:6) pula praktek keaksaraan didefinisikan sebagai umum cara budaya memanfaatkan bahasa tertulis yang bisa membuat menarik dikehidupan mereka.
Budaya
Lantolf (1999) mengatakan Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia. Maka dari itu akibatnya bahasa dan pembelajarannya adalah dikepungnya oleh budaya itu ( Kramsch : 1993). Seperti halnya dalam diskursus pembelajaran bahasa inggris di kelas kita sendiri. Banyak dari budaya yang berbeda-beda. Ada yang sunda dan jawa. Diskursus yang sama akan tetapi menghasilkan yang berbeda, khususnya dalam pelafalan.
Dalam menulis penelitian dan pengajaran, ini adalah wilayah retorika kontrastif. Connor (1996 : 5) mengatakan Retorika kontrastif adalah area penelitian dalam akuisisi bahasa kedua mengidentifikasi masalah dalam komposisi yang dihadapi oleh bahasa kedua penulis dan, dengan mengacu pada strategi retoris dari bahasa pertama,mencoba untuk menjelaskan mereka retorika kontrastif mempertahankan bahasa yang dan menulis adalah fenomena budaya. Sebagai konsekuensi langsung, masing-masing bahasa memiliki konvensi retorika unik untuk itu.
Teknologi
Pada zaman sekarang teknologi memang sesuatu yang sangat digandrungi semua pihak. Teknologi sudah menjadi tren di masyarakat. Terlebih teknologi semakin hari kian berganti. Komunikasi yang kiat mudah di perjual belikan seperti gadjet. Didalam dunia kebahasaan dan literasi teknologi memiliki andil besar dalam kemajuannya. Menulis sekarang dipermudah dengan munculnya buah dari teknologi tersebut seperti internet. Diinternet bermunculan karya litertur membuktikan ketajaman internet tersebut dalam menyajikan karya literatur. Pengaruh teknologi elektonik pada penulisan pun antara lain:
Menciptakan , mengedit , proofreading dan proses format.
Kombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah.
Mendorong menulis non - linear dan proses membaca melalui hypertext Link.
Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan , wewenang dan intelektual.
Izinkan penulis akses ke informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi yang dengan cara baru.
Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca sebagai pembaca bisa sering ' menulis kembali '.
Memperluas berbagai genre dan peluang untuk mencapai penonton yang lebih luas.
Blur tradisional lisan dan tertulis perbedaan saluran.
Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas sosial baru, dll.

Genre
Genre adalah termotivasi, hubungan fungsional antara jenis teks dan situasi retoris. Artinya, genre bukanlah jenis teks maupun situasi, melainkan hubungan fungsional antara jenis teks dan jenis situasi. Jenis teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi yang berulang. Coe (2002).
Sebagai hasil dari fokus ini, penelitian telah meneliti isu-isu seperti sejarah evolusi genre ( Atkinson, 1999b ); proses merevisi dan menanggapi pengulas dalam menulis artikel ilmiah ( Berkenkotter dan Huckin, 1995), dampak sosial mentransfer ke genre baru konteks dengan tujuan yang berbeda ( Freedman dan Adam, 2000), dan Studi genre di tempat kerja ( Pare, 2000; Dias et al, 1999. ). Retorika baru ini juga memiliki pandangan yang berbeda pada pedagogi bergenre. Itu mengkritik ESP dan SFL pendekatan untuk abstrak genre dari mereka kompleks, konteks dinamis ( Freedman 1994 ); untuk mencari studi genre di luar situasi otentik mereka digunakan ( Bleich, 2001), dan untuk membatasi pemahaman genre untuk fitur yang penulis sudah mengakui ( Bazerman, 2004). Genre dikatakan tidak stabil dan konteks kelas terlalu buatan untuk mengajarkan bentuk-bentuk genre, dan sebagai gantinya siswa harus diberikan kesempatan untuk mengamati genre dalam mereka yang sebenarnya situasi penggunaan.
Identity
Identitas memang hal yang penting dalam setiap penulisan. Dimana identitas sebagai alat ukur mengetahui apakah kelihaian seseorang dalam menulis. Identitas dan menulis sangat ada hubungan yang dekat bahkan tidak bisa dipisahkan. Dimana dalam setiap penulisan identitas harus dicantumkan, jika penulisan tidak ada identitas bisa-bisa tulisan kita di cap oleh orang lain. Etika kita dalam menulis pun harus mencantumkan identitas kita dalam penulisannya, jika tidak kita bisa dikatakan menjiplak tulisan tersebut.
Identitas penulis pun dibagi atas:
The otobiografi diri adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan dan komitmen: sikap mereka. Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis mengevaluasi tanda kutip ia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk mengatasi .
The discoursal diri adalah penulis kesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks. Ini menyangkut penulis ' suara dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka. Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat yang atau dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
The kepenulisan diri menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness dengan yang penulis menulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya. Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi mendapatkan di belakang argumen dan klaim.
Melihat semua tadi, saya jadi terbayangkan dan masih ada yang mengganjal dari semua. Apakah ada hubungan literasi dengan history?. Dilihat dari penafsiran kata history itu sendiri adalah susunan pengetahuan tentang peristiwa dan ceritera yang terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodolotis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh pakar sejarah. Sedangkan orang yang bisa menulis sebuah literatur dinyatakan dapat merubah sejarah. Sejarah yang dimanipulasikan dengan sebuah literatur itu sendiri. Maka dari itu hubungan literasi dan history itu tidak bisa dipisahkan, karena keterkaitan tadi.
Contoh yang diambil dalam pemanipulasian sejarah melalui karya literature antara lain penjelajahan Columbus yang menemukan benua amerika. Manipulasi yang begitu dapat merubah perseptif semua orang didunia melalui karya literatur itu. Selama ini kita telah ditipu sejak SD. Di dunia pendidikan dasar kita disuapi sejarah yang salah tentang penemu benua amerika. Dituliskan Columbus yang menemukan benua amerika. Banyak informasi yang menabrak anggapan Columbus menemukan benua amerika. Antara lain seorang pedagang muslim yang pertama kali menemukannya. antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels/Hamparan Emas dan tambang Permata), Al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Saied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889 M.
Sumber lain menyatakan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua itu. Dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di Abad ke-18, yang merupakan salinan peta 1418 yang dibuat Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana dari Cina beragama Islam, yang menunjukkan detil dunia baru dalam beberapa sisi. Klaim bukti bahwa laksamana China memetakan Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum Columbus, adalah salah satu klaim yang dimuat penulis Gavin Menzies dalam buku barunya, Who Discovered America?,
Adapula alasan mengenai Columbus berlayar. Columbus memperkosa putri bangsawan Spanyol yang berumur 13 tahun. Pada saat itu  sebenarnya Columbus dihukum mati dalam kesalahannya memperkosa putri bangsawan yang masih dini tersebut. Pastor Perez memadamkan hasrat hukuman tersebut dan memohon kepada Ratu Isabella agar Columbus diberi dana untuk berlayar membawa misi mengkristenkan orang yang ia kunjungi. Hingga akhirnya Ratu Isabella memerintahkan kepada Columbus agar mencari benua, pada waktu itu Ratu Isabella meminta untuk mencari India. Setibanya di Benua Amerika yang ia kira India itu, Columbus langsung mengirim surat keadaan yang disana. Bahkan dia berkata akan mudah menaklukkan warga pribuminya untuk memeluk agama Kristen karena Columbus beranggapan mereka itu tidak beragama.
Bahkan hingga ia berhari-hari disana dan mengakui Benua Amerika itu adalah India. Columbus melakukan kelakuan yang sangat tidak manusiawi. Columbus melakukan kejahatan yang sangat bengis dan tidak berperikemausiaan berupa pencambukkan warga pribumi, dan menggantungnya hanya untuk mencari hasratnya akan barang duniawi yaitu emas. Helen Ellerbe, dalam The Dark Side of Christian History (hal. 86-88), menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka. Sepulang dari benua Amerika yang ia anggap India itu, dia membawa penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit sifilis. Penyakit yang menular ditularkan oleh Columbus.

0 comments:

Post a Comment