Sunday, March 9, 2014

Class Review 4
Pada hari senin yang kemarin telah berlalu, kini telah berganti lagi untuk senin selanjutnya, yaitu pada mata kuliah writing 4 ini. Tidak terasa kita kuliah menjalani pekan demi pekan, hari demi hari begitu cepat dan pada akhirnya kita dikumpulkan lagi untuk terus belajar dan belajar lagi. Begitupun kata pepatah mengatakan “ Waktu itu bagaikan Pedang “ yang artinya apabila kita menyia-nyiakan waktu (tidak mengguanakan waktu) sebaik mungkin, maka akan terbuang sia-sia atau bahkan tidak bermanfaat. Itulah yang harus kita fahami dan dimengerti. Bahwa waktu itu cepat, bahkan sangat berharga apabila kita bisa menggunakannya atau memenejnya.
Pertemuan pada mata kuliah writng senin yang lalu masih membahas ihwal Literasi. Dan pada perrtemuan kali ini, kita ditekankan untuk membahas dan menjabarkan Classroom Discourse. Sebelumnya pada pertemuan senin yang lalu kita ditugaskan untuk menyelesaikan Class Review dan Critical Review yang diajukan sebagai passportnya, yang pada intinya untuk meningkatkan kerajnan dan kedisiplinan kita dalam belajar, serta untuk lebih matang lagi dalam mengkritisi sebuah artikel, jurnal, pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan pola pikir atau mindset kita agar lebih luas lagi dalam memandang dunia (khususnya Pendidikan di Indonesia) kedepan yang lebih baik dan bersaing bersih dan lebih maju lagi pretasinya.
Sebelum memulai pembelajaran dikelas, Mr.Lala Bumela selaku pengampu materinya beliau meriview kembali pada pembahasan-pembahasan senin yang lalu, khususnya mengenai ihwal Literasi. Setelah itu beliau tak lama-lama merubah posisi mahasiswanya dalam dua grup yang masing-masing nanti beliau mengecek tugas-tugasnya. Seperti : Class Review dan Critical Review, beliau mengelillingi/memeriksa satu per satu dan dikasih pertanyaan atau disuruh menjawab para mahasiswanya yang telah beliau lontarkan dari pertanyaannya. Terutama fokus kita lebih ke mengkritisi sebuah artikel-artikel, pertanyaan-pertanyaan atau wacana yang beliau sajikan untuk bahan tugasnya. Setelah sudah mengelilingi dan memeriksa tugas-tugas dari mahasiswanya, beliau merubah posisi kembali seperti semula untuk sesi penyampaian materi selanjutnya yang akan beliau bahas.
Memasuki sesi pembahasan materi, beliau tak bosan-bosannya selalu memberi suntikan motivasi-motivasi yang semangat dan berarti, supaya mahasiswanya lebih giat dan kritis lagi dalam mengenai suatu masalah atau mengerjakan tugas-tugasnya. Seperti pada kata-kata “ bermain terlalu gaduh atau berlebihan itu tidak baik “. Dijelaskan bahwa apabila kita bermain terlalu gaduh dan berlebihan, maka kita tidak baik dipandang dan didengar oleh orang lain yang menilai kita. Jadi apabila kita sedang bermain dengan teman-teman, alangkah baiknya kita bermain yang ala kadarnya saja, yang bagaimana kondisinya tentang dan tidak mengganggu orang lain.
Disela-sela perbincangan pembahasan, beliau mengeplay sebuah puisi yang telah beliau siapkan. Seperti pada intinya yang berjudul “ Di dalam Sepi ”, narasi dan kalimatnya ketika kita perhatikan dan didengar begitu bagus dan baik sekali. Pada waktu itu yang dibacakan oleh salah satu mahasiswanya. Dijelaskan dalam penggalan puisi tersebut , bahwa didalam sepi kita tenang dan khusyu lagi dalam belajar, menangkap banyak ide-ide (karena tanpa ada suara gegaduhan) dan dalam sepi juga kita bisa mengasingkan diri untuk berintrospeksi, belajar lebih tenang dan fokus lagi. Karena dalam suasana sepi kita begitu tenang dan bahkan tidak ada suara apapun, ketika orang-orang pada tertidur lelap, kita belajar dan bahkan berkarya dalam penulisan atau hal-hal lainnya.
Setelah itu beliau juga mengatakan kepada para mahasiswanya, posisi kita itu sedang akan dinaikkan derajatnya seperti dalam konteks membaca. Karena membaca kita mengetahui ilmu yang ada pada isi buku-buku yang didalamnya, dan kita juga akan banyak menambah wawasan karena kita membaca. Maka dari itu, tidak ada ruginya kita membaca (membaca hal apa saja) yang membuat kita lebih banyak lagi pengetahuannya, ilmunya, dan juga kita bisa mengetahui ilmu atau pelajaran-pelajaran yang belum kita. Jadi pada intinya membaca merupakan langkah yang harus dijalani dan  dikerjakan oleh mahasiswa untuk menambah wawasan, ilmu, pengetahuan dan yang lainnya.
Kita beralih ke pembahasan yang intinya yaitu Classroom Discourse, dalam pembahasan kali ini kita ditekankan pada Classroom Discourse yang tujuannya untuk mengatur strategi pembelajaran dikelas, dan memahami suasana ruangan dikelasnya dalam metode pembelajarannya. Pada Classroom Discourse terdapat text dan context yang tidak dapat dipisahkan kedua hal tesebut, seperti dalam kerukunan dan kesesuaian dalam hal yang berhubungan dengan agama. Contoh simpelnya seperti : Apabila didalam suatu kelas, kita terdapat para mahasiswa yang berbeda agama, sebut saja seperti Islam, hindu, budha, kristen dan lain sebagainya. Dalam konteks tersebut kita apabila menjadi seorang pemimpin (guru ataupun dosen) harus bisa lebih-lebih lagi mengatur strategi metode pembelajarannya. Agar tidak condong tidak adil dalam membahas dan menerangkan tentang agama-agama atau nilai-nialai agama tertentu saja. Pada intinya seorang guru harus mengerti juga dengan kesesuaian dan keserasian dalam hal mengajar atau metode pembelajarannya (dalam hal Relogious Harmoni) dan disamping itu juga kita harus saling mengerti antara satu dengan yang lainnya, bisa disebut (Mutual Understanding). Seperti yang telah dijelaskan diatas, apabila dalam keadaan kelas yang didalamnya banyak perbedaan agama (dalam agama masing-masing). Kita sebagai gurunya harus mengerti dan mengatur metode belajarnya lebih adil dan efisien pembahasannya. Dan selanjutnya adanya Toleransi yang diberikan oleh gurunya, agar siswa mendapat kebebasan dalam berpendapat atau berargument ketika pada proses belajarnya.
Toleransi merupakan suatu hal yang penting dalam hal apapun, atau bahkan dalam konteks belajar. Karena bisa memberikan ruang kebebasan pada pembelajarnya di ruang kelas. Dan mempunyai banyak variasi apabila berpendapat, berargument, apabila dari sekian banyaknya perbedaan agama. Dari semua itu kita harus menganalisis yang efisien dan cermat, bagaimana pengertian suasana dan kondisi dikelasnya, latar belakang para muridnya (background), komunikasi para muridnya yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya saling membangun (communication), tujuan pergerakan dan perjalanannya sama sehingga mencapai finish yang sempurna ( Goal Driven), dan bagaimana membuat hal tersebut lebih dipraktikkan agar menjadi terbiasa dan lihai lagi dalam pembelajarannya (meaning making practice).
Pada intinya didalam kelas kita terdapat hubungan antara guru dan muridnya, dan juga siswa dengan siswa yang lainnya. Sehingga terdapat kekuatan besar dan sama-sama melangkah untuk lebih baik dan maju lagi. Seperti dalam pembelajarannya (membaca, mendengarkan, mengkritisi). Di dalam kelas juga terdapat metode pengajaran oleh gurunya, pembelajaran dan mempraktikannya dengan baik. Seperti pada siswnya yaitu terutama kita mendidik karakter yang disiplin terlebih dahulu. Karena disiplin, kita akan lebih terbiasa dan lebih baik dalam menjalani hal apapun.

0 comments:

Post a Comment