Saturday, March 8, 2014

Classroom Discourse for Academic Improvement


             
            Classroom discourse. Ladang yang seharusnya menjadi garapan critical review kemarin justru tidak banyak di analisis atau bahkan tidak disinggung sama sekali. Hasil survei 24 feb 2014 menyatakan bahwa tidak ada seorangpun di kelas PBI-B/4 yang membahas detail tentang classroom discourse ini. Semua terfokus pada religious harmony nya. Seperti tikus yang masuk kedalam perangkap yang dibuat Mr.Lala, begitulah kiranya para penulis saat itu. Memang teks yang harus dikritisi kemarin itu memiliki dua topik penting yakni classroom discourse dan religious harmony. Salah mengambil pintu masuk ke critical review menjadikan pembahasan sebenarnya-classroom discourse- tidak dibahas.
            Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa teks yang harus dikritisi kemarin itu memiliki dua topik penting yakni classroom discourse  dan religious harmonyReligious harmony seharusnyta digunakan untuk fondasi membangun pembahasan classroom discourse. Oleh karenanya pembahasan kali ini difokuskan  pada classroom discourse.
            Classroom discourse menghubungkan beberapa aspek diantaranya adalah aspek pendagogi, peer interaction dan sistem belajar mengajar di dalam kelas. Aspek pendagogi merujuk pada penggunaan metode ajar yang tepat khususnya dalam konteks multicultural class. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang, pengetahuan dan pengalaman, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru yang bermuara pada intraksi dalam kelas.
Interaksi atau peer interaction dapat terjadi antara siswa dengan gurunya atau siswa dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi di dalam kelas bisa bersifat verbal atau non verbal, tetapi jika itu konteksnya adalah pendidikan formal maka interaksi yang digunakan bersifat verbal. Baik lisan atau tulisan.
Sebelum jauh membahasa classroom discourse ada baiknya jika kita mengetahui arti dari classroom discourse itu sendiri. Classroo discourse atau wacana kelas, wacana dalam Kridalaksana (2011) dipaparkan sebagai satuan bahasa terlengkap, sedangkan dalam hirarki gramatikalnya merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Konteks wacana meliputi situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,topik, peristiwa dan sebagainya.
Sedangkan kelas dapat didefinisikan dalam dua perspektif. Dalam arti sempit kelas adalah ruang kecil yang dibdtasi oleh dinding yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sementara dalam arti luas kelas diartikan sebagai suatu masyarakat kecil diluar sekolah yang diorganisasi menjadi unit kerja dinamis dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif demi tujuan tertentu.
Istilah classroom discourse akan selalu bertautan dengan analisis. Pada classroom discourse analisis (CDA) yang dianalisis adalah talk atau ujarannya. Analisis talk keberadaannya crusial sekali dalam clasroom, karena discourse merupakan gabungan dari teks dan konteks. Oleh karena itu discourse mencakup beberapa aspek, yakni background, communication, goal-driven, dan meaning making practice.
Background setiap peserta didik pastilah berbeda, baik dari segi ekonomi, culture, psikologi, sosial, oleh karenanya tugas guru sebagi pendidik harus mampu berkomunikasi dengan mereka semua. Komunikasi yang dibangun haruslah berbeda guna mengkondisikan anak, anak bisa saja tidak mengerti akan ucapan temannya dan disinilah guru mengambil peranan.
Goal-driven mengarah pada teori yang mengatakan bahwa di dalam dan di luar kelas itu berbeda ranahnya. Tujuan atas wacana yang dilakukan siswa didalam kelas akan berbeda apabila ia berada di lingkungan masyarakat. Bisa seperti itu karena konteksnya juga berbeda. Kemudian yang terakhir adalah meaning making practice dimana dari sinilah bermula sesuatu yang mengarah pada ranah religious harmony. Semua yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas tujuan akhirnya adalah meaning making practice dimana kedua belah pihak saling mengaerti dengan komunikasi yang mereka bangun. Berikut adalah analoginya.



Jadi yang dapat disimpulkan dari penjelasan singkat ini adalah keselarasan mengatur kelas bauik dalam intekaksi, komunikasi,local differences pada akhirnya akan menumbuhkan mutual understanding. Bukan hanya toleransi tetapi juga academic improvementnya.

0 comments:

Post a Comment