Wednesday, March 26, 2014

Special Mix
Fenomena literasi yang menjadi kajian khusus di writing4 tidak bisa di tinggalkan begitu saja, sebuah critical review yang mengkaji tentang sejarah pun sebenarnya tidak boleh lepas dari ranah literasi.
Critical review berarti sebuah kritikan terhadap teks maupun penulisnya, hampir setiap orang yang menggeluti critical review terjun kedalamnya dan bergerak pada bidang  kritk mengkritik, apakah itu tentang isu yang menjadi isi dari teks, penjabaran dan penjelasan data lain yang menyangkut isu, ataupun cara penulis menyajikan tulisan tulisan ide nya kedalam sebuah teks. Selama ini itulah yang saya lakukan dikajian critical review writing4 ini, tanpa disadari sebenarnya saya tidak boleh keluar dari ranah literasi, namun ketika itu focus critical review sama sekali tak menyentuh kajian literasi.
Jika perlu dijabarkan, bahwasanya kajian critical review (CR) pada teks Howard Zinn sangat erat kaitannya dengan literasi karena dalam pemaparannya diungkapkan bahwa telah ada pemutar balikan fakta tentang sejarah.
Bahwa penulis sejarah adalah penguasa, penulis sejarah memiliki kekuatan untuk merubah paradigm suatu masyarakat dengan tulisannya. Sementara itu berbicara tentang tulis menulis maka tidak akan lepas dengan yang namanya literasi, orang yang berliterasi adalah ia yang dapat memenuhi aspek keliterasian yang dapat disimpulkan bahwa literat ialah ia yang setidaknya menguasai ( membaca menulis menghitung ) dan dari situ pun sudah jelas bahwa sejarawan adalah literat.
Pernyataan itu sama sekali tidak terbesit dalam pikiran saya, fokus saya hanya kepada isu dan fenomena yang dikaji Zinn dalam teksnya tanpa melirik sedikitan pada garis besar literasi para sejarawan yang mana pada kenyataannya kajian Zinn tersebut merupakan bukti nyata dan contoh real dari praktek literasi. Kasus ini adalah bukti kedua setelah CR 1 yang semakin menunjukan bahwa saya belum mumpuni untuk bisa menjadi seorang kritikus.
Fakta sejarah yang dimanipulasi sangat besar dampaknya dalam kehidupan peradaban manusia. Sebuah sejrah akan membentuk suatu paradigma manusia yang selanjutnya akan tercipta sebuah keyakinan akan kebenaran sejarah pada diri masing masing manusia.
Pada kaitannya, literasi yang telah ada pada zaman dahulu telah dipraktekkan oleh para literat sejarawan. Seorang literat yang merupakan sejarawan pada saat itu berkuasa dengan buku dan tulisannyaseolah ia menggenggam dunia karena ia bisa ungakap apa saja lewat tulisannya.
Isu krusial yang menjadi pembahasan adalah Christoper Columbus yang keheruannya diungkap jelas oleh sejarawan Samuel Elliot Morrison. Pada prakteknya Zinn memandang Morrison lebih mengangkat fakta keheruan Coumbus, seolah ia mengubur dalam dalam tentang hal itu dan menampakan kepahlawanan Columbus, hal ini dilakukan Morrisun Zinn anggap sebagai bias sejarawan yang mengacu pada kepentingan pribadinya dalam aspek Ideologis. Implikasi dari sikap Morrison yang seperti itu menjadikan sebuah ajaran moral atau membentuk poradigma Ideologi manusia yang menyatakan bahwa sebuah pengorbanan yang tidak manusiawi itu diperlukan karena bisa memajukan. Padahal antagonisme meskipun berlangsung secara bersamaan denagan heroisme itu tidak dibenarkan.
Dari pernyataan di atas, saya mengambil satu garis simpul benua Zinn sangat kontra terhadap pernyataan Morison yang mengutamakan Heroisme di atas moral kemnusiaan, Morrison mengumbar sejarah bahwa Columbus adalah penemu Benua Amerika meski pada saat itu Columbus membantai suku Indian Arwaks. Jika pembantaian terjadi maka jelas telah ada penghuni benua sebelum Columbus datang, namun mengapa masih dituliskan bahwa Columbus lah yang menemukan Benua Amerika? ( satu )
Znn mengungkapkan versi sejarah penemuan Benua Amerika dari sudut pandang Indian Arawaks yang mana ia tulis sejarah penemuan itu berawal dari Civil War. Dari sini muncul pertanyaan mengapa Zinn mengatakannya dari sudut pandang suku Indian Awaraks? Siapakah sebenarnya Zinn? ( dua )
Tidak hanya satu suku buku yang ditulis Morison melainkan ada dua yang ia tulis tentang temuan para pelaut yaitu tentang Amerika utara dan Amerika selatan. Namun dari keduanya ia mengagumi seorang Columbus dengan menitik beratkan pada kepahlawanan Columbus. Dikatakan oleh seseorang yang berinisial ‘biguy’ di data ‘Yahoo Answer’ yang saya temukan bahwa Morison mempunyai basic atau mempunyai pandangan Eurocentic View yang mana ia mengambil sudut pandang sebagai orang Eropa karena ia juga berasal dari golongan ras kulit putih yang merupakan berasal Europan American sebagai salah satu golongan yang hidup di Amerika.
Zinn maupun Morrison keduanya adalah sejarawan, dari ungkapan ‘bias sejarawan’ maka dapat dinyatakan bahwa sejarawan akan menulis sejarah berdasarkan sudut pandang masing masing dengan tidak semua aspek ia masukkan dan ia jadikan landasan dari penulisan.
Morrison yang mempunyai Eurocentric View ia akan mengungkapkan hanya pada bidang itu, ke Eurocentric dan Morrison saya lihat dari sudut pandang gam, dan saya simpulkan bahwa Morrison bukanlah seorang muslim maka dia tidak mengungkapkan bahwa muslimlah yang pertama kali menemukan Amerika sebagaimana yang telah saya kutip di Critical Review  kedua.
Sebagai jawaban dari pertanyaan ( satu )   yang mempertemukan mengapa morison tidak menuliskan bahwa seorang muslimlah yang menemukan amerika adalah sebagai berikut, pertama morison menulis dari sudut pandang eurocentric karna ia pun termasuk ras kulit putih yang merupakan keturunan eropa,
            (Kedua) ia bukan seorang muslim dan itulah sebabnya ia tidak fokus pada agama karna ia tidak berkepentingan dalam mengembangkan agama islam itulah sebabnya kebanyakan orang di dunia tidak mengetahui bahwa muslimlah yang pertama kali singgah di amerika,
Selanjutnya tentang zinn yang juga tidak fokus pada sudut pandang agama, ia menyerang morison eurocentric nya karna ia anggap bahwa morison telah mengabaikan perspektif asli tentang columbus yang merupakan seorang penjahat ( bp.uy : 2006 ) morison cenderung mengagumi columbus sehingga tidak mengungkap secara jelas bagaimana sikap jahat yang telah di lakukan columbus.
Ini adalah salah satu bentuk contoh dari peraktek leterasi, seorang literat yang dalam memperhatikan ke leterasinya itu bergerak menguasai zaman dengan apa yang ia tulis kedalam menulis sebuah sejarah berdasar pada sudut pandangnya sendiri, satu celah kosong yang saya pertanyakan mengapa seorang zinn yang menyerang morison hanya mengungkap sisi buruk dari columbus yang membantai suku indian ? mengapa ia tidak menyebutkan bahwa muslimlah yang pertama kali menemukan benua amerika ? satu hal yang menjadi jawaban saya yaitu karna dia bukanlah seorang yang agamis atau agamawan jadi pantas jika ia tidak ungkap hal itu terlebih ia bukan seorang muslim. Sejauh pencarian saya tidak menemukan bahwa zinn adalah seorang agamawan melainkan adalah seorang politikal suence laktivis politik
Berangakat dari pembahasan literasi yang di sebutkan sebagai contohnya yaitu sejarawan yang mana saya mengambil dari sudut pandang agama saya akan melanjutkan pembahasan mengenai topik literasi yang fokus pada menulis
Mengambil referensi dari buku ken hyland( 2009) teaching and researching saya akan sedikit menulis pembahasaan saya tentang konteks, literasi budaya teknologi, genre, dan identitas. Contex (konteks)
Berawal dari meaning yang bukan merupakan wujud yang diam atau menetap, pada kata melainkan makna meaning itu di ciptakan dari hasil interaksi antara pembaca dan penulis yang mana mereka membuat cita rasa dari sebuah kata dengan jalan yang berbeda
Van djik (2008 : VIII) mengungkap bahwa koteks bukanlah situasi sosial yang terdapat sebuah teks di dalamnya tetap konteks adalah cara peserta ( penulis dan pembaca) mendefepenisikan situasi konteks bukan pula sebuah kondisi yang objektif melainkan kontruksi yang objektif yang mana di susun oleh peserta sebagai anggota, jika merka ada pada situasi sosial yang sama maka mereka akan berbicara dengan selaras dan pada intinya konteks itu kontruksi peserta.
 => literacy ( literasi)
Keterkaitan antara menulis dengan literasi jadi konteks itu bukanlah sekelompok variabel yang setatis dan berdeda di sekeliling teks dalam penggunaan bahasa, kita harus melihatnya sebagai situasi sosial yang interaktiv  dan terikat waktu ( djaranti dan goodwin, 1992 ) bagai manapun harus di akui keberadaanya bahwa konteks itu jarang di analisis dan biasanya di ambil untuk di definisikan secara impresionistus ( berksan)

Cutting ( 2003 : 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks:
Ini berarti bahwa konteks itu berprinsip pada bagaimana makna di produksi dalam interaksi yang berarti bahwa konteks dalam penggunaannya dapat dilihat sebagai sesuatu yang berlokasi diwaktu & tempat tertentu seperti rumah, sekolah, tempat kerja, sekolah,  atau di komunitas tertentu yang mengenali genre tertentu.
            Pembahasan ini lebih berorientasi pada bahasa yang memahami konteksdengan cara yang barbeda di mulai dari teks,  sifat situasi sosial atau dengan pendekatan linguistik fungsional sistemik yang berusaha menunjukan bagaimana konteks di sajikandalam konteks bahasa , Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis yang dalam situasi konteks yang khusus ( Malinowski, 1949).  Dalam arti bahasa itu  berurarisasi sesuai dengan situasi di mana ia di gunakan, sehingga kita bisa menebak situasi dan berada dalam situasi khusus, dalam hal ini berarti konteks tersebut berurarisasi dan berhubungan dengan konfigurasi field, tenor dan mode.
            Halliday menggambarkan ketiga aspek di atas sebagai berikut :
(1985) Konteks @Halliday
Field
Mengacu pada apa yang terjadi, aksi sosial, harapan secara sosial digunakan untuk mengekspresikan teks.
Tenor
Siapa yang mengambil bagian, peran & hubungan.
Mode
Bagaimana bahasa itu di gunakan dan bagaimana peserta mengharapkan untuk melakukan itu.

            Pada intinya kita harus bisa menempatkan penggunaan bahasa sesuai dengan situasinya.
ð LITERASI
Keterkaitan  antara menulis dengan literasi yaitu terletak pada tindakan pada keaksaraan, bagaimana kita menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Konsep modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dan di pisahkan dari orang-orang yang mengunakan teks.  Scibner & Cole (1981:236) mengatakan bahwa literasi bukan hanya mengetahui cara membaca dan menulis suatu naskah, tetapi menerapkan pengetahuan ini bertujuan untuk menemukan konteks yang di gunakan.
Pandangan sekolah tradisional tentang literasi adalah sebagai kemampuan belajar yang memfasilitasi berfikir logis, akses informasi dan partisipasi dalam masyarakat modern.  Pandangan ini melihat literasi psikologis dan tekstual yang dapat di ukur dan di nilai literasi di pandang sebagai satu set diskrit keterampilan teknis yang meliputi decoding dan encoding makna, manipulasi alat tulis, mengamati bentuk, suara korespondensi dan lain-lain, yang di pelajari melalui pendidikan formal.  Keliterasian ini selanjutnya di gunakan sebagai label defisit yang di sertai dengan kekuatan sosial untuk mendefinisikan, mengkategorikan dan akhirnya mengecualikan orang dari berbagai aspek kehidupan.  Dalam hal ini sehingga bisa menghasilkan variasi pada kegiatan menulis dengan konteks masing-masing.
Pandangan sosial terhadap literasi :
Ø  Kegiatan sosial yang lebih mengutamakan praktiknya
Ø  Perbedaan kemahiran seseorang yang berbeda
Ø  Praktiknya lebih kepada hubungan sosial yang luas dan membutuhkan pengaturan dalam hubungan dan kemahiran
Ø  Literasi di dasarkan pada sistem simbol untuk menunjukan identitas.
Ø  Sikap dan norma yang berkaitan menjadi panduan dalam praktik literasi komunikasi. 
Ø  Sejarah kehidupan mengandung banyak peristiwa literasi tentang dari mana kita belajar dan memberikan kontrubusi hingga saat ini.
Ø  Literasi juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan kegiatan praktik saat ini.  Barton (2007:34)
            Kejadian literasi di ungkap oleh Barton dan Hamilton(1998:7), yaitu sebagai episode di mana ada pusat aktivitas. teks tertulis dan pembicaraan mengenai teks dalam hal ini di katakan bahwa ada konteks sosial di dalamnya. Baynham mengatakanbahwa literasi adalah praktek yang menyelidiki aktivitas manusia tentang apa yang mereka lakukan dan bagaimana menempatkan nilai-nilai di atas ideologi mereka.  (1995:1).  Masih dalam prakteknya literasi berkaitan dengan kehidupan budaya seperti "Academyc literacy, legal literacy dan work place literacy" contohnya adalah paningkatan mutu pendidikan yang mengedepankan pengetahuan dan keterampilan di jiwa secara bersamaan (Bartholomae:1986)
ð  CULTURE (KEBUDAYAAN)
     Pengalaman menulis setiap orang itu berbeda dan mempengaruhi pilihan linguistik mereka,  seorang guru harus mampu memberi nutrisitulisan yang sedang di budayakan. Budaya di pahami sebagai jaringan sistomatis makna yang memungkinkan kita memahami mengembangkan dan mengkomunisikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia(Lantoif:1999)
Akibatnya bahasa dan pembelajaran di kuasai oleh budaya(Kramsch:1993)
Hal ini terjadi bebagian karena nilai budaya kita tercermin dalam bahasa dan juga budaya sebagai cara untuk memberikan persepsi dan harapan , hal ini di sebut wilayah retorika kontrastif.
            Conor Pada retorika kontrastif
                Retorika kontrastif adalah area penelitian dalam akusisi(pembebasan) bahasa kedua yang mengidentifikasi masalah dalam komposisi yang di hadapi penulis dengan mengacu pada strategi retorika dari bahasa pertama upaya untuk menjelaskannya.  Retorika kontrastif mempertahankan bahasa dan menulis sebagai fenomena budaya untuk itu konsekuensi langsung masing-masing bahasa memiliki konvensi retorika unik.  Connor (1996:5)
ð  TEKNOLOGI
     Sebagai literat sekarang ini haruslah menguasai teknologi media elektronik, hal ini memiliki dampak besar terhadap cara kita menulis, genre yang kita buat, identitas pengarang dan keterlibatan pembaca.
     Pengaruh teknologi terhadap tulisan :
Ø  Menciptakan, mengedit, proofread
Ø  Mudah dengan audio visual
Ø  Mendorong menulis tidak hanya pada satu jalur
Ø  Tantangan pemikiran trdisional  ke penulisan dan intelektual
Ø  Mengakses informasi baru
Ø  Mengubah hubungan penulis dan pembaca
Ø  Memperluas berbagai genre
Ø  Perbedaan jalur lisan dan tulisan tradisional
Ø  Fasilitas wacana on_line
Ø  Meningkatkan isolasi penulis
Ø  Penawaran guru dan peluang praktek kelas baru.

ð GENRE
       Genre adalah jenis komunikasi tindakan cative yang berarti sebuah partisipasi dalam acara sosial, seorang individu harus terbiasa dengan genre karena genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam pendidikan bahasa saat ini.  Ini adalah adat, namun untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon:1996, Jhons:2002)
a.       Karya australia dalam tradisi sistemik fungsional ilmu bahasa
b.  Pengajaran bahasa inggris untuk keperluan khusus
c.  Studi retorika baru yang di kembangkan di amerika utara sebagai komposisi konteks.
       Dalam pandangan sistemic fungsional Genre di pandang sebagai sesuatuyang di orientasikan pada tujuan proses sosial (Martin, 1992:505)
Perbedaan genre merefleksikan perhatian Halliday yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistematis terkait dengan konteks. Genre adalah proses sosial dari budaya interaksi yang berorientasi pada revolusi dalam langkah yang membutuhkan penulis untuk bergerak dari satu langkah.
       Guna mencapai tujuan mereka, ketika serangkaian teks berbagi tujuan yang sama, maka akan ada kesamaan struktur dan dengan demikian ada sebuah genre yang sama.
TWO SCHOOL GENRE (2008)
PENJELASAN
INTRUKSI
-.  Menjelaskan proses yang terlibat dalam fenomena atau bagaimana sesuatu itubejkerja
-.  Penjelasan biasanya terdiri dari :
-.  Menggambarkan bagaimana sesuatu itu di tulis dan harus di lakukan
-.  Intruksi biasanya terdiri dari :
ð   Pernyataan umum untuk memperkenalkan topik.
ð   Langkah logis penjelas bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi
ð  Pernyataan diri apa yang akan terjadi / di capai
ð  Daftar bahan / alat untuk mencapai tujuan serangkaian langkah yang berurutan
Penjelasan biasanya di tulis :
Intruksi biasanya tertulis :
ð   Simple present tense menggunakan kronologis / konjungsi kasual
ð   Menggunakan terutama action verba
ð  Simple present tense atau imverative tense dalam urutan kronologis fokus manusia umum bukan individu
ð  Menggunakan kata keterutamaan aktor
Penjelasan biasanya di temukan pada :
Intruksi biasanya di temukan dalam :
ð  Ilmu pengetahuan
ð  Geografi
ð  Sejarah
ð  Buku teks ilmu sosial
ð  Keterampilan life network
ð  Intruksi manual
ð  Informasi pembayaran
ð  Buku resef

      Pandangan ESP atau bahasa inggris untuk keperluan khusus berorientasi mengikuti SFL (Sistemic Functional Language) yang menekankan pemberian sifat formal dan komunikasi genre , tapi cakupannya lebih sempit dalam genre , alih-alih melihat genre sebagai sumber daya dalam budaya secara luas, pandangan kedua inimenganggap genre sebagai wacana tertentu milik masyarakat.
       Pendekatan retorika baru , melihat genre sebagai suatu hal yang fleksibel dan sulit untuk pengajar, hal ini di anggap menyimpang dari dua pandangan sebelumnya (ESP) dan (ESL).  Penekannannya lebih kepada cara-cara berkembangnya genre dan menghasilkan pemahaman.  Sementara dari konsepnya  (Freedman dan Medway 1994).  Retorika baru ini fokus pada bentuk genre yang di gunakan untuk sebuah pencapaian hingga cenderung mengunakan alat-alat penelitian kualitatif yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks daripada penggambaran konvensi retoris (Miller, 1984)
       Pembahasan selanjutnya masih dalam aspek writing yaitu identitas
ð IDENTITY (IDENTITAS)
Penelitian terbaru mengutarakan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis,  dalam arti luas, edentitas mengacu pada cara-cara orang menampilkan siapa mereka satu sama lain (Benwell dan Stokoe, 2006:6).  Identitas di bangun oleh teks yang di dalamnya adalah pilihan bahasa yang kita buat dan bergerak menunjukan identitas ke……. . publik , identitas adalah kinerja yang kadang-kadang kita lakukan bukan suatu yang kita miliki, hampir semua yang kita tulis mengatakan sesuatu berdasarkan hubungan yang kita bangun dengan orang lain.  (Bloemmaert, 2005) Mengamati bahwa identitas kita hanyalah sebuah kesuksesan berdasar sejauh mana orang lain akui tentang hal itu dan ini merupakan kinerja kita dan mengambil alih wacana yang ada (Bakhtin, 1986) Penulis tidak bisa mewakili identitasnya dalam sumber daya yang tersedia dalam kebudayaan.  Identitas dengan itu melibatkan interaksi konvensional literasi dan norma, kepercayaan, budaya dan pengalaman para peserta (Wonter & Reader).
KESIMPULAN        
  • Hubungan antara literasi dan sejarah telah saya jelaskan dengan contoh kasus ‘’Christoper colombus ‘’ yang saya ambil dari sudut pandang agama.
  • Konteks : tidak statis dan terpaku dalam teks, namu  di munculkan oleh peserta  (penulis dan pembaca)
  • Literasi : bentuk kemampuan mengeksplor intelektual ke dalam sebuah tulisan
  • Budaya : Sebagai jaringan sistematis makna yang mengkomunikasikan pengetahuan dan budaya menjadi tolak ukur pengajaran literasi.
  • Teknologi : pegangan penulis menuju modernitas dalam kegiatan menulisnya.
  • Genre : Partisipasi sosial individu yang berbeda dalam pencapaiannya (memaknai teks)
  • Identitas : tidak absolut dan merupakan pandangan kesuksesan lain terhadap kesuksesan penulis dalam menulis. 

0 comments:

Post a Comment