Saturday, March 8, 2014





Hampir tak terfikirkan ku arungi bersama sepinya angin malam yang tak terasa merasuk bergemuruh ke dalam persendian urat nadi ini. Bersemayam pula jiwa dan fikiran nan sepi yang tak dapat kupungkiri bahwa hati ini butuh kejernihan dini. Bernaung mencari arti yang sebenarnya tentang apalah arti sejarah pada sosok kehidupan dan literasi masa depan. Kebimbangan tak jua redup bergegas menuju seluruh sel di otak. Namun jawaban pun tak kunjung menghampiri setelah denting jam melaju untuk yang ke sekian kalinya.

Rasanya kalau hanya terus difikirkan tanpa melakukan apapun hanya akan membuat diri kita semakin tertinggal untuk menuju garis finish. Kinilah saatnya kita bergelayut dalam dunia yang sudah semakin modern. Ladang masa depan ada digenggaman kita, dan sekarang tinggal bagaimana cara kita mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan literasi pun tak lepas dari baca-tulis yang di dalamnya juga menyinggung mengenai Classroom discourse.


Menurut Betsy Rymes (2008) dalam bukunya yang berjudul “Classroom discourse Analysis” yang membahas tentang Discourse, yakni bahwa discourse ialah suatu bahasa (language) in-use. Di sini menegaskan kembali bahwa setiap orang memiliki keunggulan berbahasa yang baik dan beberapa orang pula mempercayai bahwa komponen utama bukan hanya bahasa, akan tetapi suatu praktek yang dapat diterapkan sebagai bukti pengaplikasian suatu discourse.

Masih ingat dibenak kita bahwa suatu kemajuan sangat penting untuk kita raih, baik itu dalam intelektual, peradaban bahkan pola tingkah laku terhadap literasi. Pendidikan pulalah sebagai salah satu penunjang kesuksesan itu. Literasi dapat dilakukan dengan cara apa saja karena itu merupakan suatu upaya tiap individu untuk merekayasa literasinya sendiri. Dalam dunia pendidikan peran guru sangatlah penting dalam mengarahkan dan membimbing siswanya menjadi siswa yang berliterate. Masih seputar pendidikan, terdapat suatu penegasan dari Ken Hyland salah seorang penulis buku “Teaching and Researching Writing” yang memaparkan mengenai literasi, yaitu :
Ken Hyland



"...literacy studies have moved writing research away from academic, media, literary and other published texts to embrace what people do when they read and write, the contexts that surround these activities, and how they understand them." -Ken Hyland :2009: 210-
 
Di sini dapat diambil poin bahwa literasi merupakan suatu pola aktivitas individu yang membuktikan apakah dia dapat melakukan baca-tulis atau tidak sesuai dengan konteks yang ada di dalamnya dan juga bagaimana cara mereka memahaminya. Dan yang lebih penting adalah bahwa lading kita yang sebenarnya adalah discourse, bukan composition. Tidak hanya dalam pendidikan saja, literasi pun berkecambah dalam sejarah, ekonomi, psicology, dan sebagainya.

Teks merupakan suatu artefak. Akan tetapi berkaitan dengan sejarah, artefak maupun non-artefak selalu berkesinambungan dan biasanya akan terus berkembang berdasarkan arus zaman. Negara kita bukanlah Negara yang kaya akan penutur asli sebagai saksi sejarah, karena sekarang kita dapat mengakses segala sumber dari manapun yang kita inginkan, baik itu dari internet, media surat kabar, jurnal, dan sebagainya. Buku, dan tumpukkan buku, mungkin kata itulah yang tepat sebagai sumber media segala informasi dari berbagai buku.

Mari segarkan kembali dibenak kita tentang Howard Zinn salah seorang dosen, penulis dan lebih dari 20 buku yang telah di terbitkan, bahkan aktifis social, Beliau adalah asli berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1922- 27 Januari 2010. Seseorang yang benar-benar dapat dijadikan contoh buat kita semua, tentang arti penting sebuah romance kontekstual dalam buku yang terdiri dari puluhan, ratusan, bahkan ribuan lembaran . Bagi pembaca pemula, mungkin pada awalnya enggan untuk membaca, akan tetapi semua kembali pada kemauan dan potensi pemahaman yang dimiliki tiap individu. Howard Zinn juga mengungkapkan ekspresinya pada saat membaca salah satu buku karya mahasiswanya dan beliau mengatakan bahwa dengan membaca buku dapat merubah dirinya.

Ketika kita dihadapkan dengan sejumlah lembaran kertas bertemakan sejarah, sejarawan, apa yang kita fikirkan? biasanya kita cuek, dan acuh tak acuh. Padahal dari membaca sejarah tersebut kita seolah-olah dapat terjun ikut bersama sejarah yang dibahas di dalamnya. Orang yang menuliskan sejarah adalah orang yang berliterate dan begitupun sebaliknya. Sejarah dan literasi merupakan bahasa yang terkait. Literasi tanpa knowledge yang cukup akan sejarah dan pengetahuan lainnya sama saja seperti tong kosong nyaring bunyinya. Dan sebenarnya sejarah dan literasi itu merupakan suatu social practice.

Salah satu yang menjadi permasalahan besar bagi seorang reader ialah ketika ia kesulitan menempatkan posisinya sebagai reader dan bingung dengan apa yang ia baca. Dan adapun upaya yang dapat reader lakukan ialah dengan membaca berulang-ulang sehingga ia benar-benar menuju titik terang sebagai salah seorang reader yang mengerti akan keterkaitan antara teks, konteks, reader-writer dan meaning yang ada dalam teks tersebut. 


Ada beberap aspek penting yang akan dibahas di sini yanag mengenai bahwa literasi tidak dapat lepas dari kehidupan kita, di antaranya:
·                          Writing and context
·                          Literacy and expertise
·                          Writing and culture
·                          Writing and technology
·                          Writing and genre
·                          Writing and identity

Mikko Lehtonen

Menurut Lehtonen menerangkan bahwa dalam unsure-unsur yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki pengertian yang berbeda apabila diposisikan sebagai reader dan writer, yaitu:

 The World of Texts : (Lehtonen :2000)

·                     Texts as physical beings (Lehtonen :2000: 72)
“…that texts are communicative artefacts.”

“…texts have been produced through the assistance of various technologies.”

“Texts created by these technologies have also left their mark on the conceptions of the ‘text’ that prevail in our culture”
·                     Texts as semiotic beings
“Texts are characterized by three features: materiality, formal relations and meaningfulness.”

     Writing and Contexts
Berdasarkan buku Lehtonen yang mengutarakan bahwa posisi konteks di sini yaitu sebagai sesuatu pemisah yang melatar belakangi antara teks dan reader. 

… Contexts are seen as separate ‘backgrounds’ of texts, which in the role of a certain kind of additional information can be an aid in understanding the texts themselves.” (Lehtonen :2000: 109)

Contexts juga mencakup 8 komponen, di antaranya :
1)                  1)   Substansi (substance): Materi fisik yang membawa atau relay teks
2)                  2)  Musik dan gambar (music and pictures)
3)                   3)  Paralanguage (paralanguage): suatu aktifitas atau perilaku yang berarti bahasa yang telah menemani dirinya (reader), seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
4)                  Situasi (situation): Sifat dan hubungan ojek dan orang-orang di sekitarnya dengan sebuah teks, seperti yang dirasakan oleh para penggemar teksnya
5)                5)  Co-text: teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan readerlah yang menilai apa yang ditulis writer berdasarkan wacana yang sama
6)          6)  Intertext: teks dimana yang telah diterima oleh reader sebagai suatu wacana yang lain, akan tetapi teks tersebut sudah dipertimbangkan terlebih dahulu dan juga yang akan mempengaruhi interpretasi mereka sebagai reader
7)    Peserta (participants): niat dan interpretasi mereka, berdasarkan pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan.
8)                  8)   Fungsi (function):  apakah teks tersebut sudah tersampaikan kepada pembacanya  

Menurut Ken Hyland: 2009: 45, contexts merupakan “…is rarely analysed in its own right and is usually taken for granted or defined rather impressionistically” dan juga menuliskan bahwa dalam konteks memiliki 3 (tiga) aspek, yaitu:

o               a) Situational context : apa yang orang ketahui tentang apa yang mereka dapat lihat di sekeliling mereka
o               b) Background knowledge context : apa yang orang kehahui tentang dunia, aspek dalam kehidupan, apa yang mereka tahu tentang sesama
o               c) Co-textual context : apa yang orang ketahui tentang apa yang akan mereka katakana


Halliday
Selain dari Lehtonen, Ken Hyland, sekarang kita coba ingat kembali mengenai konteks yang diungkapkan oleh Halliday: 1985, yaitu :
·                     -- Field : Refers to what is happening, the type of social action
·                     -- Tenor : Refers to who is taking part, the roles and relationship of participants
·                     -- Mode : Refers to what part the language is playing, what the participants are expecting is to do for them


Adapun mengenai konteks berdasarkan pandangan Betsy Ryme (2008) dalambukunya yang berjudul “Cloassroom Analysis Discourse” menyatakan bahwa konteks merupakan penentu dalam penggunaan kata. Pada buku tersebut pula menegaskan bahwa konteks yang paling penting dan paling jelas untuk menelaah discourse. Meskipun demikian, Konteks untuk classroom discourse analysis juga menggambarkan sisi laindari classroom dan dalam perbedaan dari komponen-komponen pembicaraan classroom.



Meningkatkan gemar baca-tulis tak semudah menorehkan tinta di atas kertas, akan tetapi bagai batu karang yang tiada henti diterjang ombak. Setelah membahas sedikit mengenai text-context yang saling terkait dan berawal dari sinilah literasi seseorang dapat tercipta, karna tanpa teks dan pemahaman yang baik, literasi akan sulit tercipta. Menjadi manusia yang berliterate dapat menjalar juga keberbagai aspek, yaitu seperti literasi social, ekonomi, budaya dan sebagainya. Berbicara mengenai literasi, ada beberapa pendapat berkenaan dengan hal ini, yaitu :

“ Literacy is not simply knowing how to read and write a particular script but applying this knowledge for specific purposes in specific contexts of use.”
-As Scribner and Cole (1981:236)-
-From Ken Hyland: 2009: 48-

“Literacy is seen as a set of discrete, value-free and technical skill which include decoding encoding meanings, manipulating writing tools, perceiving shape-sound correspondences, etc.”
-Ken Hyland :2009: 48-


“Literacy events are observable episodes where literacy has a role. Usually there is a written text, or texts, central to the activity and there may betalk around the text. Event are observable episodes which arise from practices or are shipped by them. The notion of events stresses the situated nature of literacies, that it always exists in a social context.
-Barton and Hamilton (1998: 7)-

Writing and Culture
Menulis merupakan suatu wujud sekumpulan ide yang ditorehkan oleh writer sebagai bentuk praktek literasi terhadap perbedaan suatu kelompok yang kemudian akan mempengaruhi linguistic mereka. Dan pada akhirnya peran gurulah yang akan terlibat di dalamnya yang akan menerangkan beberapa bagian budaya (culture) dan dimainkan di lingkup siswanya. (Ken Hyland: 2009: 54)
Suatu budaya adalah pemahaman umum sebagai transmisi sejarah dan suatu pekerjaan yang sistematis dan menambah wawasan kita mengenai dunia. (Lantolf: 1999, from Ken Hyland :2009: 54)


Bukan hanya secara umum bahwa literasi itu dipandang sebagai seperangkat nilai baca-tulis, seperangkat nilai untuk menambah wawasan, akan tetapi literasi juga dapat dipandang dari sisi sejarah dan social. Mengenai literasi dalam dalam pandangan social yaitu:
ü            * Literasi ialah suatu aktifitas social dan suatu penggambaran atau perwujudan terbaik dalam pandangan atau istilah umum terhadap orang-orang yang berliterasi
ü        * Orang-orang yang memiliki perbedaan berliterasi yang mana mereka terkait dengan perbedaan terhadap domain hidup mereka
ü       * Orang-orang yang melakukan literasi biasanya pada kondisi hubungan social yang jauh, an membuatnya memerlukan suatu penjelasan yang jelas mengenai kejadian apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan
ü         * Orang-orang yang melakukan literasi mulanya berpola pada institusi social, dan adanya hubungan atau relationship yang kuat, dan beberapa literasi yang lebih dominan dari pada yang lainnya
ü             * Literasi adalah suatu sistem pada suatu symbol sebagai cara untuk menunjukkan kembali tentang dunia kepada yang lainnya dan kepada diri kita sendiri
ü                   * Kebiasaan kita dan nilai-nilai yang ditangkap untuk menguatkan literasi kita dalam berkomunikasi
ü            * Sejarah kehidupan kita mengandung begitu banyak peristiwa literasi from which we learn and which contribute to the present
ü    A      * literacy event also has a social history which help create current practices.
-Barton (2007: 34-5)-
-From Ken Hyland Book: 2009: 49-


Terdapat pula pendapat lain mengenai literasi, yaitu:

“…literacy can consist of wide range of activities.”
“Literacy is a social activity by character. It can best be described as a practices on which people draw in different reading situation.”
-Lehtonen: 2000 :53-


“From the historical point of view the spread of literacy can also be thought to have had an impact on the changing conception of the human self.”
-Lehtonen : 2000 :53-



Writing and Technology
Tekhnologi seolah sudah menjadi teman bahkan kerabat dekat dalam dunia pendidikan. Perkembangan zaman yang sudah semakin canggih membuat orang semakin mudah dalam melakukan yang diinginkan, terutama dalam menulis. Tak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia. Semuanya serba mudah, seperti efek terhadap writing dalam menggunakan technology menurut (Ken Hyland: 2009: 58) , di antaranya:
1.      Change creating, editing, proofreading, and formatting processes
2.      Combine written texts with visual and audio media more easly
3.      Encourage non-linear writing and reading processes through hypertext links
4.      Challenge traditional nations of authorship, authority and intellectual property
5.      Allow writer access to more information and to connect that information in new ways
6.      Change the relationships between writers and readers as readers can often ‘write back’
7.      Expend the range of genres and opportunities to reach wider audiences
8.      Blur traditional oral and written channel distinctions
9.      Introduce possibilities for constructing and projecting new social identities
10.  Facilitate entry to new on-line discourse communities
11.  Increase the marginalization of writers who are isolated from new writing technologies
12.  Offer writing teachers new challenges and upportunities for classroom discourse.

Berdasarkan (Mikko Lehtonen: 2000: 49) mengungkpkan mengenai writing and technology, yaitu:

“A medium or media” can therefore be understood as a social vehicle or institution of general communication. Media are essential elements in the formation of meanings.”


Writing and Genre

Dalam genre ini ialah merupaka suatu proses komunikasi dimana adanya suatu partisipasi dari eberapa pihak social yang terlibat seperti writer dan reader. Terdapat tiga pandangan mengenai writing and genre berdasarkan (Hyon, 1996; Johns, 2002 Dari Ken Hyland 2009: 63-69), yaitu:

a)      Systematic functional views
Dalam model aliran fungsional sistemik dipandang sebagai 'dipentaskan, berorientasi pada tujuan proses sosial' (Martin, 1992: 505 dari Ken Hyland: 2009: 63).
Genre adalah proses sosial karena anggota dari budaya berinteraksi untuk mencapai
apa yang mereka harapkan, berorientasi pada tujuan karena makna mereka heve berevolusi untuk mencapai hal-hal; dan dipentaskan karena makna yang dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.

b)      English for Specific Purposes
Bukannya melihat genre sebagai sumber daya yang tersedia dalam budaya yang lebih luas, itu menganggap mereka sebagai milik masyarakat wacana tertentu yang berati reader pun ikut terjun berdasarkan tujuan utama sebelum membaca teks tersebut.

a)      The ‘New Rhetoric’
Genre merupakan suatu yang termotivasi, hubungan fungsional antara jenis teks dan situasi retoris. Artinya, genre bukanlah jenis teks atau situasi, melainkan hubungan functioanl antara jenis teks dan jenis situasi. Teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi yang berulang

-Coe (2000) dari Ken Hyland 2009:68-

 
Writing and Identity
Writing and identity merupakan suatu koneksi atau kesatuan yang menciri khas kan antara identitas dari writer yang menjelaskan bagaimana proses ia menulis dan menciptakan suati identitas yang baru kepada reader terhadap apa yang telah ditulis.
Bukannya mencari bukti tekstual dari diri pribadi penulis, identitas terletak di umum, kelembagaan yang didefinisikan sebagai peran orang yang disengaja menciptakan secara tertulis sebagai anggota masyarakat, termasuk perwakilan mereka dari penonton, materi pelajaran, dan elemen lainnya konteks '. (Cherry, 1998: 269)
Howard Zinn

Berbisik mengenai literasi, sedikit kita senggol mengenai pengaruh sejarah dan literasi. Masih ingatkah kita bagaimana seorang Howard Zinn begitu tegasnya mengungkapkan penolakannya terhadap kasus Christopher Columbus sebagai penemu pertama Benua America. Berdasarkan arikelnya yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books1 Dia berbicara pula bahwa otak kita telah dimanipulasi oleh berbagai artikel manis yang disajikan oleh para penulis ulung yang menyatakan bahwa Columbus orang yang paling berjasa dalam penemuan amerika.

Berbagai kontroversi pun berdatangan silih berganti berkenaan dengan siapa sebenarnya penemu Benua Amerika? Selama ini selalu dianggap oleh sebagai khalayak umum bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Columbus pada 12 okteber 1492. Menurut berbagai versi Ia adalah orang pertama kai menginjakkan kakinya di daratan semenanjung Hindia, sehingga penduduk sekitarnyapun di sebut “Indian”. Akan tetapi menurut para ahli yang merupakan peneliti barat mengemukakan terhadap beberapa artikel mereka bahwa yang pertama kali menginjakkan kakinya ialah dari kalangan muslim, dan menganggap merekalah penjelajah muslim sekitar 603 tahun sebelum Columbus menginjakkan kakinya di Benua Amerika.

Menurut pakar sejarah dan geographer, Abdul Hassan Ali Ibn al-Masudi (871-957 M) dalam bukunya yang berjudul “Muruj Adh-Dhahhabwa Maad al-Jawhar” atau “The meadows of Gold and Quarries of Jewels” telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibn Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai Benua Amerika pada 889 M jauh sebelum Columbus. Pada saat itulah pelayaran penjelajah muslim ini menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai “lautan yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang tak dikenal itu dan aneh. Dalam pelayaran itu ada sejumlah kaum muslimin yang tinggal bermukim di sana, dan mereka inilah imigran muslim gelombang pertama yang menginjakkan kakinya di negeri baru itu. Tidak cukup sampai di sini, karena masih banyak lagi arumen-argumen dari para peneliti yang mengungkapkan beberapa fakta mengenai penemuan Benua Amerika, dan mengenai Christopher Columbus, dan mengenai dua pendapat berbeda antara penemu Benua Amerika adalah orang penjelajah muslim dan satunya lagi ialah bahwa penemunya ialah orang muslim yang berkependudukkan China.

Bebeberapa argument pun mulai bermunculan dari para ahli berkenaan mengenai bahwa orang muslim lah yang sebenarnya menemukan benua itu, inilah sumber-sumber dan perspektif barat yang mengemukakan bahwa Muslim lah sebagai penemu Benua Amerika :

·                     == Dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell seorang arkeolog dan ahli bahasa menunjukkan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum muslimin dari AfrikaUtara dan Barat di Benua Amerika. Maka tidak heran jika bahasa Indian Prima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
·                     == Di Negara bagian Inyo dan California, juga ditemukan beberapa kaligrafi islam yang ditulis dalam bahasa arab, salah satunya bertuliskan “Yesus Anak Maria” yang artinya “Isa anak Maryam”. Dan Dr. Barry juga mengungkapkan bahwa usia kaligrafi tersebu ialah beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat itu sendiri.
·                     == Ditemukannya kembali sisa reruntuhan peralatan, tulisan, diagram, dan beberapa ilustrasi pada bebatua untuk keperluan pendidikan di sekolah Islam, dan semua tulisannya ditulis dalam bahasa Arab Kufi dari Afrika Utara.
o        Kedua, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America (1920), seorang pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Columbus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Kanada. Akan tetapi memang dari akal licik Columbus yang bermaksud untuk menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat islam datang untuk berdagang.
o        Columbus juga mengakui dalam pelayaran antara Gibara dan Pantai Kuba 21 Okteber 1492, ia melihat masjid telah berdiri di atas bukit dengan indahnya. Namun pada saat itu tinggalah sisa reruntuhannya yang ditemukan di Kuba, Mexico, Texas, dan Nevada.
·                     == Ketiga, John Boyd Thachery dalam bukunya Christopher Columbus yang terbit di Newyork pada tahun 1950, menunjukkan bahwa Columbus telah menulis pada hari senin, 21 oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bagian tenggara pantai Kuba, ia menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah.
·                     == Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya “Islam in Early North and South America” yang diterbitkan pada juli 1977:60 menyebutkan bahwa setelah dilakukan penelitian oleh para arkeolog telah ditemukannya sejumlah prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona.
·                     == Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenon memberikan bukti pula bahwa orang-orang muslim sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Ditemukan pula beberapa ukir kayu yang setelah diteliti ternyata itu adalah gambar dari orang mesir.
·                     == Terakhir ialah salah satu buku karya Gavin Menzeis, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahu 1424 dan ditanda tangani oleh Zuanne Pissigano, kartogafer dari Venezia. Dan peta tersebut dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika.

Abu Raihan Al-biruni
Dan yang lebih terkejutnya lagi ialah ternyata nama orang muslim itu ialah Abu Raihan Al-Biruni yang merupakan salah satu nama muslim sebagai penemu benua Amerika, hal ini diungkapkan oleh sejarawan S. Frederick Starr. Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 oktober 1492, pulau itu telah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari bahasa Arab ikhwana (saudara). Akan teteapi Columbus mengganti seenaknya dengan nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik awalnya.

Pada saat Howard Zinn mengungkapkan bahwa bukan Columbuslah penemu Benua Amerika, dan Ia hanya mengungkapkan bahwa Columbus merupakan orang yang bengis, kejam, jahat manipulator dan sebagainya, akan tetapi Howard Zinn tidak menegaskan siapa sebenarnya penemu yang sebenarnya. Selama ini di tengan gelombang arus yang berkembang mengenai apa yang dimaksud dengan cerita resmi yang telah terjadi berabad-abad, dan berusaha meyakinkan dunia bahwa yang terjadi memang benar-benar ituloh yang terjadi. Jadi sebagai orang awam yang mengetahui tidak merasa dibodohi.
 
Masih menyangkut mengenai pengungkapan jejak penemuan Benua Amerika sebenarnya. Berdasarkan S. Frederick juga mengungkapkan kembali bahwa Al-Biruni tidak meletakkan batu di Amerika sebagai penemuannya. Akan tetapi Al-Biruni adalah seorang imigran muslim yang datang untuk tujuan tertentu yaitu berdagang. Ia menguasai dua bahasa yaitu India tengah dan Timur.

Peta kuno yang di duga ada pada zaman Dinasti-Ming masa pelabuhan Cheng Ho di Benua baru
Kasus tersebut masih menjadi kontroversi di rana para ilmuwan. Ada lagi hal yang mengejutkan bahwa ternyata pendapat lain mengemukakan tentang orang yang pertama kali menemukan benua Amerika ialah laksamana China yang bernama Cheng Ho. Pernyataan ini dikuatkan dengan ditemukannya sebuah salinan peta yang berusia 600 tahun yang ditemukan disebuah toko buku loak. Dan dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di abad ke-18, yang merupakan salinan peta 1418 yang dibuat oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.
Laksamana Cheng Ho

Salah satu klaim lagi yang mengungkapkan bahwa Cheng Ho sebagai penemu Benua Amerika ialah dari salah seorang penulis artikel yang bernama Gavin Manzeis. Ia mengklaim bahwa armada China yang dipimpin oleh Cheng Ho telah berlayar terlebih dahulu di sekitar daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam bukunya yang berisikan tentang Cheng Ho sebagai penemu Benua Amerika, Ia mencantumkan salinan peta yang ditemukan seorang pengacara Beijing, Liu Gang di buku loak. Dan peta itu dibuat pada masa Dinasti Ming, periode pemerintahan di China yang berlangsung tahun 1368-1644. Ia bersikukuh kembali dalam bukunya yang berjudul “The Year China Discovered the World” yang menyebut bahwa laksamana Cheng Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga melintasi Samudera Pasifik, ke belahan Bumi Barat. Menzies juga menambahkan bahwa banyak istilah China yang digunakan disejumlah wilayah di Peru. Misalnya Chawan yang apabila disemaikan menjadi ‘Chulin’ yang artinya adalah kayu atau hutan.

Serangkaian perjalanan yang panjang ini menjadi topic penelitian oleh sejumlah peneliti dan sejarawan, akan tetapi masih saja menjadi topic tren permasalahan mengenai siapa sebenarnya penemu benua amerika? Al-Biruni, Cheng Ho, atau bahkan tetap Columbus bagi orang-orang yang masih mempercayai bahwa Columbus penemu yang sebenarnya.

Columbus dan para awak kapalnya
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New World’ ketika pertama kali ia menginjakkan kakinya di Benua itu pada tanggal 21 Oktober 1492. Akan tetapi pernyataan itu pun tergoyahkan oleh sejumlah temuan sejarah yang dilakukan oleh para ilmuwan dan sejarawan. Kali ini kita benar-benar dalam kebimbangan harus mengetahui sejarah yang bagaimana yang sebenarnya benar-benar terjadi? Tidak hanya masalah penemuannya saja yang diperbincangkan, akan tetapi juga sifat-sifat bengis yang dilakukan oleh seorang Columbus, bahwasanya perlu kita ketahui bahwa Columbus ialah penjelajah ulung yang :

v            == Ketika Columbus dan navigator lain mendarat di Benua Amerika, para orang-orang Indian menyambutnya dengan rasa ingin tahu sehingga mereka menyuguhi bangsa Spanyol itu dengn berbagai makanan dan minuman serta memberikan berbagai macam hadiah, hal ini ditulis pula oleh Columbus dalam Buku hariannya :

Mereka membawakan kita beo dan bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya, yang mereka ingin pertukarkan dgn manik-manik kaca dan lonceng elang '. Mereka rela menyerahkan segala yang mereka miliki. Mereka tegap, dengan tubuh yang baik dan wajah tampan .... Mereka tidak memanggul senjata, dan tidak mengenal senjata, karena aku menunjukkan kepada mereka pedang, mereka memegang bagian yg tajam dan melukai tangan mereka sendiri akibat ketidaktahuannya itu. Mereka tidak mengenal besi/iron. tombak mereka dibuat dari tebu. Mereka akan menjadi budak yg baik. Dengan hanya lima puluh orang, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan."

v           == Sepulang dari Amerika, Columbus dan anak buahnya menyebarkan penyakit sipilis ke Eropa, sebaliknya Eropa juga menyebarkan penyakit smallpox (cacar) ke orang-orang Indian.

Tindakan bengis Columbus


v          == Columbus penyebab salah satu kasus Genosida terbesar di dunia, karen Ia melakukan pembantaian, juga pembunuhan secara besar-besaran kepada penduduk Indian dan juga kaum muslim yang berada di sana.
v         == Columbus meninggal dalam keadaan miskin disebuah kota kecil bernama Velladodid.

Terlalu berambisi untuk menemukan rute perjalanan laut ke Asia dan Timur, Columbus dan anak buahnya akhirnya menemukan rute mana yang harus ditempuh. Columbus dengan kapal ‘Enterprise Hindia’ pada tahun 1492 berlayar ke laut lepas, dengan adanya dukungan keuangan yang lebih dari cukup yang diberikan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol. Sayangnya, Columbus tidak mengemban amanat dengan baik untuk menemukan daerah perdagangan yang kaya di bagian timur,  justru Ia malah menghampiri salah satu benua yang ia perkirakan belum ada orang lain yang mendarat untuk pertama kalinya. Dan dengan segera Ia menundukkan bahkan membunuh penduduk setempat dan menjadikannya sebagai budak untuk depekerjakan mengumpulkan rempah-rempah yang mereka miliki. Columbus adalah seorang navigator yang bengis dan tidak berperikemanusiaan.



Banyaknya peristiwa kejam yang dilakukan oleh Columbus, yang akhirnya menjadi sebuah teka-teki siapa sebenarnya sosok Columbus. Pembela Columbus berpendapat bahwa sejumlah besar korban tewas akibat penyakit namun gagal untuk mengenali bahwa sebagian besar penyakit disebabkan oleh buruknya tatanan hidup penduduk di sana. Mereka pula kehilangan hasil panen dan banyak di antara mereka yang menderita penyakit disentri dan tifus, akan tetapi mereka tetap di pekerjakan secara paksa sampai mati.

Ada beberapa fakta di bawah ini yang mingkin bisa membuka mata kita dan mengerti betul kebenaran suatu sejarah mengenai misteri penemuan Benua Amerika, yaitu:
v                   %  Alasan Columbus pergi berlayar
Columbus memperkosa salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. I Pengadilan tidak bisa memutuskan dia harus dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India)
v                  %  Jurnal Columbus
Saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Baru Amerika, Ia masih inilah tanah India, Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya :

“Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak…. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan. “

Columbus juga menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”

v            % Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat Ia tiba di Hindia (Ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), Ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: di mana ada emas? yang selama ini banyak yang mengemukakan bahwa Columbus datang dan merampas harta yang ada di sana.
v        % Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88) menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, Ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
v                 %  Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Nah, kini apakah masih pantas Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluas dunia dengan “Columbus Day”? Setelah mengetahui fakta kekejaman dirinya?

Walaupun telah banyak sumber referensi sebagai rujukan bagi reader untuk meggali informasi sebanyak-banyaknya, akan tetapi itu semua kembali pada diri kita masing-masing. Rupanya Howard Zinn mengungkapkan perihal mengenai Christopher Columbus itu tidak asal bicara melainkan karena memang dari sisi antropoligist. Akan tetapi yang masih menjadi pertanyaan di sini ialah masih seputar siapa sebenarnya yang dapat dinobatkan sebagai penemu Benua Amerika?  Dalam segi inilah reader benar-benar diajak berdialog langsung dalam hatinya mengenai kasus Columbus dan misteri penemuan Benua baru itu. Walaupun begitu, masih saja masyarakat dibodohi, sebagian besar masyarakat Amerika masih merayakan 12 Oktober sebagai hari pahlawan (memperingati Hari Columbus). Di benak mereka, walaupun banyak mencuak kontroversi mengenai hal ini, tapi bagaimanapun juga tetap Columbuslah yang menemukan rute perjalanan perdagangan menuju rute Asia. Itu pandangan mereka, bagaimana dengan kita?

Dari semua yang telah dijelaskan di atas, tentunya dapat disimpulkan bahwa orang-orang jangan pernah takut untuk mengungkapkan tabir kebenaran walaupun akhirnya akan dicemooh. Padahal sesungguhnya manusia yang berliterai lah yang akan memahami dan benar-benar mengerti persoalan apa yang tengah di perbincangkan. Orang-orang yang berani menulis sejarah ialah mereka yang tinggi akan literasi ,akan tetapi sebaliknya bagi mereka yang tidak mengetahui apa-apa tentang sesuatu, maka dapat dikatakan bahwa ia rendah akan literasi. Itu semua akan terlihat dalam kehidupan sosial kita.



Created by : Nurisah



Referensi :

Hyland,Ken. 2009. Teaching and Researching Writing. United Kingdom: PEARSON
Lehtonen. 2000. The Cultural Analysis of Texts. London: SAGE Publications
Inilah Fakta Nyata Kebringasan Columbus si Penemu Benua Amerika | Muslimina
http://wahw33d.blogspot.com







0 comments:

Post a Comment