Tuesday, March 4, 2014



Memang sejatinya kita harus beradaptasi dengan sepi, kesepian bukan hanya kondisi yang sendiri, kita  bisa sendiri dan menjadi bahagia. Mungkin kesepian sendiri tidak ada, mengacu pada setiap emosi yang kita rasakan saat sendiri.  dalam masa-masa sendiri ini, seseorang bisa me-recharge ulang kekuatan jiwanya, merenungi situasi yang ia alami, serta menyelidiki perasaannya. Tanpa menyendiri, seseorang bisa kehilangan dirinya, dan itu tidak baik.
Memahami perasaan kesepian bahwa kita takut ada sesuatu yang menganggu kita dalam ritual kesendirian kita, kesendirian itu waktu untuk menjadi diri kita sendiri, dengan kebebasan, mimpi, kesenangan, dan kesederhanaan kasual yang mengisi ulang kami dan kembali kami ke akar kami. Ini adalah kesempatan untuk meninjau dan merencanakan untuk instropeksi dan menciptakan untuk menjadi mandiri dan didefinisikan ulang ini adalah penegasan identitas kita yang berharga setiap kali kita telah kehilangan diri kita di dunia yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk.
Tidak semua kesendirian itu menyedihkan. Ada kalanya kesendirian itu penting bukan ingin menjauh tapi ingin tenang. Bukan ingin pergi tapi ingin menetap dengan diam. Sendiri mengajarkan kita bagaimana arti kebersamaan yang pernah kita lalui, sendiri mengajarkan kita bagaimana indahnya saat tangan menggenggam bahagia. Sendiri membuat kita menemukan arti sebuah syukur dalam hidup kita, saat bahagia menjemput kita. Seperti malam-malam, kesendirian meninggalkan keganjalan dalam hati karena sunyi membuka hati kita untuk berfikir kembali.
Bersama deruan waktu, hati saya bila mengenangkan setiap saat yang telah lalu, sebuah kenangan dan memori yang masih belum bisa untuk dilepaskan. Kesunyian yang dating menghadirkan seribu rasa, kesunyian begitu serasi dengan ketenangan, bukanlah kesunyian yang sayu yang sedih, tapi kesunyian yang mendamaikan yang menenangkan dan membahagiakan.
Kesendirian memberi arti dari perjalanan hidup kita karena dengan sendiri memberi kita waktu untuk merenung, mencoba mengenali diri sendiri dan pada akhirnya setelah mengetahui segala kelemahan dan kekuatan kita, kita dapat menguatkan diri dalam keputusan untuk bersiap-siap memasuki gelanggang perang kehidupan dengan semangat baru dan Tuhan menciptakan malam untuk membuat manusia berpikir dengan segala kemampuannya bahwa kesendirian itu diperlukan dan setiap apa-apa yang diciptakannya selalu mencapai tujuan.
Interaksi selalu bersifat goal driven, bisa complicated, karena apa? Karena perbedaan background, agama, politik, ekonomi, sosial, budaya ada juga communication, goal driven dan membentuk sebuah meaning yaitu making practice yang ada dalam teks. Sebab dikelas selalu dikelilingi oleh values dan ideologi. Classroom Discourse adalah kelas yang suci, karakter dibangun dengan cara-cara disiplin, karena menurut Prof.Chaedar Alwasilah karakter dibangun dari praktek literasi.
Jadilah qualify reader, jangan hanya bisa menjadi pembaca tapi jadilah pembaca yang kritis. Ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan dan tingkat kepercayaam dengan mana kita menerima atau menolaknya. Harus bisa mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta. Untuk menjadi penulis harus bisa mengikuti pikiran penulis secara tepat. Akurat, dan kritis. Karena dalam membaca kritis akan menganalisis, membandingkan dan menilai. Menilai dengan berpikir. Membaca hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta- fakta yang ditampilkan dalam bacaan. Pembaca memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta. Analisis juga kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta yang dikemukakan pengarang sungguh disokong oleh detail-detal yang diberikannya atau tidak.
Dalam Classroom Discourse Analysis itu bahwa mutual understanding itu menghasilkan tolerance, belajar tentang perbedaan spesifik antara siswa dan guru dan wacana pola, belajar, alat untuk memahami pola-pola dikelas kita sendiri, meningkatkan prestasi siswa, dan penghargaan pribadi kembali menghadapi kesenangan instrinsik pengajaran dan pemecahan masalah dengan mengajar rekan, alas an ini cukup  insentif bagi kita untuk mempertimbangkan memulai beberapa analisis wacana kelas, tapi saya juga akan menunjukkan bahwa beberapa dari kenikmatan melihat wacana kelas adalah melampaui kelas dan komunitas sekolah.
Beberapa buku tentang wacana kelas tidak hanya beresonansi dengan harapan untuk guru tetapi untuk umat manusia secara umum. Vivan Paley, buku misalnya yang menampilkan sudut pandangnya tentang data yang ditransip. Dapat membantu siswa untuk menggeneralisasu dan menggunakan bahasa secara kreatif seluruh konteks, dan untuk memahami apa yang tidak universal yang melintasi konteks mendorong siswa untuk mengeksplorasi multifungsi bahan sebuah analisis wacana. Pendekatan memfasilitasi eksplorasi ini untuk guru dan siswa karena dapat membuat eksplisit.
Dilarang menyebarkan agama. Banyak umat Kristen menyebarkan agama mereka pada saat masa reformasi karena banyak yang mempertanyakan cut nyak dien itu sebenarnya berkerudung atau tidak, ini masih menjadi isu yang hangat dibicarakan, karena banyak yang memutarbalikan sebuah fakta. Itulah bagaimana kita akan menjalani sebuah prosesnya. Dimana kita bisa melihat diri kita sendiri dalam keadaan yang jernih, dengan pikiran yang jernih dalam keadaaan yang jernih, titik equibirilium lewat berteman dengan sepi karena dengan sepi kita bisa berkomunikasi dengan hati  dan fikiran kita. Dengan berteman sepi kita bisa mencurahkan hati, keluh kesah kepada sang ilahi rabbi.
Interaction antara teacher dan student ada background, bisa dilihat juga dari communication strategis, menghasilkan goal driven yang mana member aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, dan untuk menghasilkan sebuah meaning itu harus making practice. Dan literasi itu bisa terbangun lewat talk atau berbicara, karena ada mutual understanding maka tolerance itu terbangun. Dan kita dilarang menyebarkan agama Kristen setelah reformasi itu terjadi.
Dalam Classroom Discourse Analysis dalam interaksi apapun, bagaimanapun , kategori sosial yang luas hanya relevan seperti speaker membuat mereka . Oleh karena itu , dimensi penting lain dari wacana kelas adalah konteks interaksional. Gee mengacu pada pengaruh konteks interaksional pada bahasa berfungsi sebagai " little di wacana " efek . Dalam hal besar , gender memiliki konsekuensi sosial; misalnya , perempuan masih diharapkan menjadi pengasuh utama atau bertanggung jawab atas anak sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa banyak pengusaha mengharapkan perempuan , bukan pria , untuk mengambil cuti ketika ada bayi yang baru lahir dalam keluarga . Meskipun norma-norma wacana besar seperti ini , Namun , dalam hal wacana kecil , individu yang berpotensi kembali bernegosiasi - norma gender dalam
setiap interaksi , misalnya , seorang pria yang berbicara tentang isu-isu yang baru lahir dan anak
dengan rekan-rekannya dapat refiguring apa artinya menjadi laki-laki di tempat kerja saat ini.
Demikian pula , dalam wacana kelas , konsekuensi menjadi laki-laki atau perempuan, " berbakat " atau
"Khusus , " "baik anak " atau " buruk , " ditentukan tidak hanya oleh Wacana besar
tentang kategori ini , tetapi juga oleh urutan sehari-hari interaksi , atau sedikit d wacana .
Analisis wacana kelas adalah alat kami untuk menyelidiki pola turn- taking ini dan pengaruhnya terhadap belajar . Analisis ini melibatkan melihat bagaimana turn- taking mesin itu sendiri mendorong interaksi di dalam kelas , bagaimana konteks sosial di luar kelas relevan dengan interaksi ini , dan bagaimana konteks sosial dapat memainkan berbeda peran dalam kegiatan kelas tradisional kurang terorganisir . Sepanjang , tujuan kami analisis turn- taking adalah untuk meningkatkan kesadaran kita yang mengubah pengambilan dikendalikan oleh kedua konteks interaksional kelas , dan pola yang berbeda dari siswa interaksi membawa ke kelas dari rumah dan komunitas konteks . Kesadaran ini ( dari bagaimana kedua fitur skala kecil interaksional dan skala besar sosial konteks menginformasikan turn- taking ) telah potensi untuk menyebabkan perubahan pola - lembaga untuk meningkatkan pribadi kita sebagai guru serta lembaga individual siswa kami, dan membangun iklim wacana yang menumbuhkan kesempatan belajar bagi semua orang.
Antropologi adalah studi tentang norma-norma budaya yang berbeda, dan sering menawarkan baru perspektif tentang sendiri diambil-untuk-diberikan asumsi. Sementara antropolog tradisional telah melanglang buana untuk mempelajari masyarakat terpencil dan perbedaan yang unik, ruang kelas hari ini adalah mikro-konteks untuk wawasan lintas budaya tersebut.

0 comments:

Post a Comment