Thursday, March 6, 2014


Dua Gerbang Menuju Kehidupan Berliterasi

Tersesat pada Critical review 1 mengenai Classroom Discourse sebetulnya bukan hal yang salah namun hanya belum terkoneksi antara classroom discourse dan religion harmony. Meskipun kita semua salah gerbang masuk untuk meuju classroom discourse namun itu adalah tahapan proses kita berevolusi selain itu juga sedang mengalami untuk menjadi reader quality. Tahap berevolusi adalah suatu perubahan  untuk menjadi lebih baik sehingga mencapai reader yang quality. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan tahapan proses secara perlahan. Semua berawal dari belajar, menulis,  praktek, berfikir dan mengkritis. Perubahan tersebut harus mencapai level yang ditargetkan. Tentunya dengan prosentase setiapnya selalu naik.
Menurut Rymes dari buku yang berjudul “Classroom discourse Analysis” secara umum adalah suatu bahasa yang digunkan sedangkan analysis discourse adalah pelajaran bagaimana pengaruh penggunakan bahasa dari penggunaan konteks didalam kelas. Konteks dapat menjangkau dari pembicaraan dalam pelajaran bagi murid yang memasuki kehidupan waktu social dan juga sejarah.
Classroom discourse dapat mencakup
1.      Hanya pembelajaran di kelas (penerapannya)
2.      Interaksi di dalam kelas (praktek dan simulasinya)
3.      Paedagogik
Ilmu pendidikan yang satu ini mencakup penerapan mendidik seperti ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan gejala-gejala perubahan mendidik. Menurut J. Hoogveld paedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah pembimbing anak kea rah tujuan tertentu, yaitu mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Sedangkan menurut M.J. Langeveld (19555, dalam Depdikdub 1984) mengemukaan bahwa paedagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pulabagaimana sehrausnya bertindak. Oleh karena itu ilmu tersebut di sebut dengan ilmu praktis.
            Dari kedua pendapat saya pribadi dapat mengambil kesimpulan bahwa paedagogik cocok untuk system penerapan Classroom Discourse. Sebab system penerapan Classroom Discourse bukan hanya sasara objektif pada siswa tetapi jugamencakup sasaran objektif pada tindakan atau praktek penerapan yang dilakukan oleh siswa.
4.      Teaching and learning (cara menyampaikannya)
5.      Interaction (tindakannya)
Interaction terdiri dari guru dan murid. Mengapa guru dan murid sebab itu menjadi complicated dalam peran discourse. Mengapa? berikut alasannya:
  1. Perbedaan background (agama. Social, politik, ekonomi dan budaya). Jelas sangat berbeda.
  2. Communication
System penyampaian dalam berkomunikasi jelas berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh masing-masing latar belakang yang berbeda pula. Sehingga aksen yang ditimbulkan jelas beragam.
  1. Goal-driven
  2. Meaning making picture (terdapat pada text)
Menurut Chaedar bahwa karekter seseorang dapat di bangun melalui praktek literasi. Karakter juga dibangun melalui disiplin. Jika classroom discourse dihubungkan dengan religion harmoni kata kuncinya adalah mutual understanding atau toleransi. Yang menjadi local difference (berbeda)
  1. Konteks
Pengembangan menggunakan kata di dalam konteks di dalam buku. Secara umum yang paling utama dari konteks ini adalah kita akan meneliti atau menelaah. Bagaimanapun juga menganalisis classroom discourse juga memperluas system ruangan atau kelas. Dan dengan perbedaan komponen dari berbicara termasuk kepada konteks. Konteks dapat mengarah kepada fisik, pendekatan bahasa di rumah untuk bisa menjadi pendekatan bahasa yang berbeda di sekolah. Tetapi konteks juga tidak dapat kepada fisik jika dari discoursenya yaitu pendekatan bahasa pada saat belajar dan mungkin dapat menjadi perbedaan pada saat bahasa setelah selesai digunakan.
  1. Analysis
Discourse Analysis adalah mencakup investigasi bagaimana bahasa itu digunakan dan dipengaruhi dari setiap konteksnya. Selagi menganalisis hubungan anatara konteks dan discourse selalu meliputi jalan dari backgroundnya. Apa jenis yang disampaiakn dan alasan siswa menggunakan sebelunm konteks  itu juga termasuk ke dalam melihat masa depan. Contohnya adalah guru tidak hanya memulai investigasi di rumah dengan alasan kemampuannya, tetapi juga mengoperasikan siswa ke dalam pengunaan jalan konteks bahasa di rumah seperti bagaimana mereka menceritakan cerita atau menjawab pertnayaan di dalam berlangsungnya pelajaran di kelas. Ini pemilihan di konteks dalam kelas, memilih murid-murid berpetualangan di sekolah, menambahkan kemampuan mereka untuk berpartisipasidan mendidik mereka dalam kelas yang sukses menurut (Heath, 1983).
Dari penjabaran diatas prespective dari classroom discourse adalah: menempatkan kita pada bagian bersama-sama bahwa analisis classroom discourse menjadi diuraikan sebagai penggunaan konteks bahasa di ruangan kelas ( dengan pemahaman bahwa konteks ini dipengaruhi juga dari konteks social yan berlipat ganda dengan di dalam kelas) untuk dapat mengerti bagaimana konteks dan pembicaraan mempengaruhi satu sama lainnya.
Dari penjelasan mengenai analysis classromm discourse di atas kita dapatmnegambil kesimpulan bahwa secara menyeluruh dari pengunaan beberapa diskusi, contohnya ilustrasi bagaimana proses classroom discourse analisis meneliti 3 dimensi bahasa yang digunakan yaitu:
1.    Social and institutional contexts
Lebih dari satu bahwa nampaknya untuk memerintahkan jenis hal apa yang kita lakukan dan mengatakannya di kelas, memasukan jenis identitas kita ke dalam  pekerjaan prasangka yang lainnya.
2.    Interaction itself
Lebih dari satu dapat pergi pada kenyataanna yang tidak terduga meskipun harapannya adalah normative.
3.    Individuals’ personal agency
Pengaruh bagaimana bentuk struktur yang digunakan dan mengambil dalam potensi yang baru dan jalan yang kreatif di dalam pemberian interaction atau konteknya. Jadi jika kita kaitkan antara classroom discourse dengan Religion Harmony adalah sama-sama mengacu kepada context dan text yang telah dirancang sebelumnya baik dari penerapan discourse maupun religion harmoni yang juga diterapkan pada siswa. Siswa untuk menyadari kesadaran saling berbeda latar belakangnya.
            Hal tersebut dalam menganalisis berbagai tet, meskipun salah gerbang ataupun kesalahn-kesalahan yang lainnya semua iu merupakan sebuah tahapan proses dimana seorang reader yang quality yaitu mempunyai respon yang tinggi, kritik yang sedetail mungkin dan dapat mengambil intisari yang telah dibacanya. Quality reader bukan hanya membaca dan membaca tentunya dilengkapai dengan berfikir, merespon, menuangkan ke dalam tulisan sebagai bahan referensi di masa yang akan dating kelak dibutuhkan.
             

0 comments:

Post a Comment