Tuesday, March 18, 2014



The 6th Critical Review “10 maret 2014”
Strengthening Thesis Statement: Another Journey in Understanding Columbus


A Little Bite to Flashback <thesis statement>




Mendengar kata “Prima Facie Principle” yang diucapkan oleh Bapak Lala Bumela, mengingatkan saya ketika masih duduk di di semester 2 dalam Mata Kuliah Writing and Composition 2. Dan kini hingga seterusnya kalimat tersebut tidak pernah akan lepas dalam kajian menulis, menulis, dan menulis. Prima Facie Principle, kalimat yang paling utama dalam sebuah paragraph harus bisa menarik perhatian pembaca. Dengan adanya prima facie principle inilah yang akan menjadikan tulisan memiliki daya tarik yang kuat untuk pembacanya. Hal ini disebabkan karena kalimat pembuka <Appetizer> dalam sebuah paragraph akan menetukan penilaian dari sebuah tulisan karena “The first bite means everything”. layaknya seorang chef yang mencicipi makanan, biasanya ia mengambil bagian tertentu saja.
Terkait dengan kegiatan menulis yang selama ini kita lakukan, ternyata memamang benar bahwa menulis merupakan kegiatan mencerahkan diri. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berfikir <divergen> menyebar dari pada memusat <konvergen>. Oleh karenanya tujuan menulis (Charlie:2008:1) adalah memberi/menjual informasi, mencerahkan jiwa, mengabadikan sejarah, ekspresi diri, mengedepankan idealisme, mengemukakan teori dan opini serta menghibur. Hal tersebut sejalan dengan quote pada hari ini tentang mencerahkan diri:

Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Dalam paragraph utama kalimat utama, dijelaskan bahwa kaum literat mampu meneroka atau mengeksplor pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan. Bisa dikatakan juga bahwa orang yang berliterat adalah orang yang cinta akan pengetahuan, kemudian mereka juga mampu untuk mengeksplonya meskipun bukan dengan cara menulis. Akan tetapi, sya teringat salah satu pesan dari Bapak Chaedar Al-Wasilah bahwa “write is reproduce knowledge.” Dengan demikian, semakin banyak hal yang ditulis, maka akan semakin luas pula daya imajinasinya dalam berfikir.
Kaum literat, yang dahulunya adalah peniru yang merupakan bahian penting dari menciptakan, dari memahami affordance, meaning potential, dan other signs. Seperti yang tergambar pada mindmap berikut:

Writing is a matter of enlightening our selves
The Literate = the enlightened
The love of knowledge => affordance, meaning potentials, other signals

Terkait dengan (Fowler:1996;10) bahwasannya “seperti linguis kritis sejarawan bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi social, ekonomi, politik, dan diakronik, perubahan nilai dan formasi.” Keyword dalam ungkapan tersebut adalah values=amanah yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini juga terkait dengan sikap Columbus yang tidak amanah. Telah kita ketahui, bahwa sebelum berlayar saja sudah tidak amanah, lebih lagi dengan nama besarnya yang tertampang di benua Amerika sebagai penemunya.
Menurut (Fowler:1996), bahwa ideology ada dimana-mana dalam setiap teks tunggal, baik lisan, tertulis, audio, visual atau kombinasi dari semuanya. Dimana dalam memproduksi teks tersebut tidak pernah netral seperti apa yang disampaikan oleh (Fairclough:1899:1992:1995:2000 dan lehtonen: 2000). Dalam hal ini, ada dua alas an mengapa sebuah teks tidak netral atau tertutup di hadapan pembaca. Pertama, penulis pada dasaranya pembaca yang terlibat dengan banyak teks. Kedua, pembaca teks adalah orang yang memiliki beragam teks dalam dirinya. Itulah sebabnya kegiatan membaca menjadi kegiatan “memproduksi” (menulis) gugusan (makna) teks (Worton:1990:2). Oleh karenanya, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis.
Menulis di tingkat Perguruan Tinggi (PT), sering kali mengambil bentuk persuasi yang meyakinkan orang lain atau reader bahwa teks yang dibuat memiliki daya tarik yang sangat kuat dalam sudut pandang logikanya. Persuasi, sebenarnya dalah keterampilan kita berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh, ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya inging sekali mempunyai motor sendiri. Berkali-kali saya membujuk orang tua saya, tetapi apa yang dikatakan mereka adalah “nanti, nak.” Begitu sulitnya untuk meyakinkan orang tua saya, bumbu apa lagi yang harus saya tuangkan dalam persuasi tersebut.
Hal tersebut seperti halnya di Perguruan Tinggi, beberapa tugas yang sering meminta untuk membuat persuasive secara tertulis. Dalam hal ini, kita diminta untuk meyakinkan pembaca tentang sudut pandang yang kita tulis. Bentuk persuasi ini, sering disebut argument akademik, yang mengikuti pola secara tertulis. Setelah pengenalan singkat dari topic yang dibuat, kita menyatakan sudut pandang pada topic secara langsung dan dalam satu kalimat yang berfungsi sebagai ringkasan dari argument. Tesis essay adalah ide utamanya. Tesis statement dari suatu essay adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang mengungkapkan gagasan utama essay. Tesis statement mengidentifikasi topik penulis dan pendapat penulis tentang topic tersebut.
Fungsi thesis statement adalah:
1.     Penulis menciptakan tesis untuk focus pada subyek essay.
Dalam hal ini, jika penulis tidak dapat meringkas gagasan utama essay dalam suatu kalimat atau dua kalimat, maka kemungkinan penulis belum memahami topic secara jelas. Dengan cara ini, menulis thesis statement sebagai kejelasan pemikiran penulis setelah penulis memutuskan focus utama dalam kertasnya. Thesis statement ini berfungsi sebagai panduan dan reminder untuk mengingatkan penulis dalam menjaga essaynya untuk terfokus dan terorganisir.

2.    Kehadiran thesis statement yang baik, dapat membantu pemahaman pembaca.
Sebuah cirri dari essay yang terorganisir dengan baik adalah struktur thesis statementnya. Artinya, thesis statement mengumumkan topic essay, kemudian tubuh essay akan menjelaskan dan mendukung topic tersebut. Dengan kata lain, thesis statement menciptakan harapan dalam pemikiran pembaca tentang pa yang akan mengikuti essay. Ketika tubuh paragraph memenuhi harapan pembaca, essay akan selalu terorganisir dengan konten yang masuk akal. Apabila thesis statement menyesatkan atau hilang sama sekali, maka tubuh essay akan tampak membingungkan atau tidak relevan karena tidak dilihat dengan kaitannya topic secara keseluruhan.
          Itulah merupakan fungsi thesis statement yang memiliki peranan penting dalam sebuah tulisan atau essay. Ok, Kembali lagi pada definisi thesis statement di bawah ini secara jelas:
·         Memberitahu pembaca bagaimana seorang penulis menafsirkan pentingnya subyek yang sedang dibahas;
·         Thesis statement merupakan peta jalan untuk essay. Dengan kata lain, penulis memberitahu pembaca apa saja yang diharapkan dari sisa kertasnya;
·         Thesis merupakan interpretasi dari pertanyaan atau subyek, bukan subyek itu sendiri. Subyek atau topic dari sebuah essay seperti perang dunia II atau Moby Dick, maka thesis harus menawarkan cara untuk memahami perang atau novel;
·         Thesis biasanya membuat klaim bahwa oranglain mungkin membantah;
·         Thesis statement biasanya dalam satu kalimat di suatu tempat dalam paragraph pertama yang meyajikan argument penulis kepada pembaca. Sisa kertas, tubuh essay, mengumpulkan bukti dan mengatur bukti yang sesuai yang akan membujuk pembaca dalam logika penafsiran penulis.

Perlu diingat kembali, thesis adalah hasil dari proses berfikir yang panjang. Sebelum penulis mengembangkan argument tentang topic apa saja, penulis harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui. Dalam hal ini, penulis harus berhati-hati dan teliti dalam menentukan thesis statement, terutama thesis statement dalam paragraph utama. Apabila masih ada pertanyaan seperti “what?” maka penulis perlu menjelaskan atau menghubungkan ke masalah yang lebih besar. Apabila masih ada pertanyaan seperti “How and why?” maka penulis mungkin terlau terbuka dan kurang bimbingan bagi pembaca. Dan apabila masih ada ketiganya, mungkin alangkah baiknya ada salah satu bagian yang harus dirubah. Hal ini akan lebih baik dalam mencerminkan hal-hal yang sudah diketahui dalam rangka penulisan essay. Penulis juga perlu untuk selalu meninjau kembali dan merevisi tulisan yang diperlukan.
Berikut di bawah ini merupakan cirri-ciri thesis statement yang baik:
·         Thesis statement harus jelas dari sisi bagaimana ide berkolerasi satu sma lain;
·         Thesis statement yang baik, tidak terlalu luas dan sempit;
Too Broad: Everybody has bad days sometimes.
Too Narrow: I had a bad day yesterday.
Just Right: Every time I have a bad day, I learn something about myself.
·         Thesis statement yang baik biasanya berpendapat sebuah pandangan dan selalu menghadirkan pandangan yang dipertanyakan oleh pembaca;
Not Argumentative (statement of fact): The United States space program grew extensively during the cold war.
Argumentative: Investing money in our space program is a misuse of taxpayers’ dollars.
·         Thesis statement yang baik adalah ringkas/singkat;
·         Thesis statement tidak terlalu samar, yakni spesifik;
Too Vague: Hemingway’s war stories are really good.
More Specific: Hemingway’s war stories helped to create a new prose style.
·         Thesis statement yang baik harus menguatkan, seperti kata “I believe, it seems to me, etc”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa thesis statement merupakan hal yang sangat penting dalam membuat suatu tulisan, karena akan mempermudah pembaca dengan alur cerita yang diceritakan oleh penulis. Dalam pembuatan thesis statement juga harus diperhatikan untuk kejelasan cerita.


References:
www. Indiana_edu/~wts/pamphlets/thesis_statement_shtml
www. Pasadena.edu/divisions/…/dbddistin_524.pdf

0 comments:

Post a Comment