Monday, March 24, 2014

Historian, Linguist, dan Poet: Tugas yang Sulit


          Pada pertemuan ke tujuh ini membuat hati dan jiwa saya semakin tergoncang akan tamparan yang selalu tiap waktu saya renungkan, mungkin teman-teman kelas saya pun begitu. Setiap manusia memiliki keterbatasan yang telah ada sejak mereka lahir dari rahim sang Ibu, begitu dia sangat menyayangi anak-anaknya tanpa ada perasaan yang tidak senang dengan kelahiran seorang bayi yang dititipkan kepada ibunda dan ayah. Sejarah selalu terus menerus tidak memiliki batasan samapai mana akhirnya, ia akan tertoreh terus-menerus pula oleh pena sang ahli bahasa yang akan memberikan pengetahuan yang tidak terbatas pula, bahkan tulisannya itu dianggap sebagai puisi indah  yang selalu diagung-agungkan kehebatan peristiwanya, kisahnya, dan juga seninya.
          Mengulang pada minggu kemarin perihal yang penting, pertama, satu tugas utama seorang penulis adalah mengungkap kemungkinan-kemungkinan yang dipahami. Kedua, ada tiga tingkatan penting untuk mencapai sebuah pemahaman bentuk-bentuk yang baru: emulate-discover-create. Ketiga, menulis adalah cara  menciptakan affordances (kesempatan) dan menyelidiki potensi-potensi yang dimaksudkan. Keempat, menulis adalah semogenesis. Kelima, thesis statement adalah tonggak mil yang sangat penting untuk menciptakan permulaan sebuah dialog dengan pembaca yang diinginkan.
          Milan kundera mengomentari (dalam L’Art duroman, 1986): ‘untuk menulis. Maksudnya untuk sebuah puisi yang menghancurkan dinding di belakang sesuatu yang mana selalu tersembunyikan adanya. Untuk merespek hal ini, tugas sebuah puisi adalah tidak berbeda dari tugas sejarah, yang mana juga selalu menemukan kejadian-kejadian kemudian. Jadi, sejarah layaknya seorang puisi, yang mengungkap di setiap situasi-situasi yang baru, yaitu kemungkinan-kemungkinan manusia yang sampai sekarang tersembunyikan.
          Selanjutnya, ada beberapa hal yang membuat bapak Lala memperoleh inspirasi, yaitu apa permasalahan sejarah sebenarnya, apakah sebagai sebuah misi bagi para puisi. Untuk mengangkat misi ini, seorang puisi mesti menolak pelayanan untuk kebenaran-kebenaran yang sebelumnya diketahui, kebenaran itu sudah jelas karena mengapung di atas permukaan. Jadi memanglah tugas seorang puisi sejarah begitu rumit, karena mesti mengungkap hal-hal yang tidak mengapung di atas permukaan. Bukankah begitu?
          Didalam kelas saya beserta teman-teman melakukan instruksi dari bapak Lala untuk meninjau kembali tugas-tugas kami dengan ketentuan-ketentuan sebagai beriktu: untuk peer review diberikan waktu sebanyak 45 menit, yang dinilai ada dua basic yaitu, mengenai unity dan coherence, kemudian yang diajukan oleh bapak Lala untuk peer review kali ini adalah 40% untuk Unity dan 60% untuk Coherence. Namun di akhir evaluasi saya dan teman-teman belum bisa membuat hati bapak Lala terhibur dengan tulisan-tulisan kami, namun hanya satu orang saja yang mampu menampar anak-anak satu kelas yaitu Qois Ghoziyudin, yang mana memberikan sebuah cahaya bagi saya dan teman-teman Malang memang, namun itulah sebuah acuan saya untuk lebih berhati-hati dalam mengerjakan sebuah tugas dari sang dosen tercinta, semoga bisa lebih baik lagi.
          Setelah menjabarkan hal-hal di atas, selanjtunya adalah perihal sebuah critical review yang diinginkan oleh bapak Lala yaitu: Pertama, di dalam introduction mahasiswa mesti menawarkan sebuah pandangan dan wawasan yang kritis terhadap artikel Howard Zinn “Speaking Truth to Power with Books”. Kedua, ada beberapa point yang dituliskan oleh Zinn dalam artikelnya mengenai Columbus, yang mana secara absurd kita merasakan sebagai pahlawan atau penemu America. Ketiga, di dalam bagian kritik, ada empat point terhadapa Columbus yang diabaikan dalam artikel Howard Zinn. Keempat, di dalam kesimpulan dikatakan ada dua point dasar yang dapat disimpulkan dari artikel Howard Zinn.
          Lebih lanjut saya akan sedikit menjelaskan mengenai sejarah itu sendiri,  Sejarah sebagai Ilmu, Ismaun (2002: 13) menguraikan tiga komponen pengertian atau konsep tentang sejarah, yaitu: sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni. Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah nyata yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba objek). Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba subjek). Sejarah sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah memerlukan pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak saja mempelajari segala sesuatu gerakan dan
perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan.
          Pengaruh Positivisme dalam Sejarah Menurut Kuntowijoyo (2000), setidaknya ada tiga pengandaian dalam ilmu-ilmu sosial positivis. Pertama, prosedur-prosedur metodologis dari ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial. Kedua, hasil-hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam. Ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni, netral dan bebas nilai. Dalam pengaruh filsafat positivisme abad 19, sejarah objektif dapat direkonstruksi melalui pengamatan empiris, pengukuran, dan deskripsi.
          Selanjutnya mengenai beberapa ilmu sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang dijelaskan yaitu; ilmu Politik, antropologi , sosiologi ,ekonomi , dan psikologi.
a.        Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik
          Ilmu politik dalam perkembangannya sangat dibantu oleh sejarah dan Filsafat, Dua kajian ini turut mengembangkan kajian ilmu politik baik dari segi pencarian konsepsi fundamental maupun penelusuran titik-titik penemuan data dan fakta dan masa-masa sebelumnya. Dalam buku pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh apa, kapan dan bagaimana.
b.        Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
          Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan lingkungannya. itulah kenapa di SMP, pelajaran ekonomi dan sejarah itu digabung. karena berasal dari rumpun ilmu yang sama, terkadang materinya pun berkaitan bahkan terkadang tumpang-tindih. Misalnya, pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga  ada. di sejarah disebutkan bahwa bangsa eropa pergi ke indonesia utk mencari rempah-rempah.Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya perekonomian dapat lebih baik.
          Banyak Kebijakan pemerintah kolonial di masa lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekonomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad ke XVI sampai abad XVIII,maka tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni VOC  ( Verenigde Oost Indische Compagnie).
c.         Hubungan Sejarah dengan Sosiologi
          Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya, secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan sejarah tidak jauh berbeda, namun sejarah membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara sejarah dan sosiologi Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan studinya pada gejala-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau(supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas menggunakan beberapa konsep dari sejarah untuk menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi Industri di Inggris Karya Smelzer, serta Asal Mula Sistem Totalitier dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering disebut Sejarah Sosilogi.(Kartodirdjo dalam Supardan, 2008: 325)
          Sejarawan juga terkadang melakukan pendekatan sosilogis dalam melakukan penlitian, bahkan pada bias dikatakan mulai terdapat kecendrungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensioanl dan naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah pembahasan masalah.
d.        Hubungan Sejarah dengan Antropologi
          Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah, simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.
          Titik temu antara Antropologi budaya dan sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila sejarah menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambaran itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya . unsur-unsur itu antara lain, kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi. Hasil rekonstruksi yang memadukan antara sejarah dan antropologi menghasilkan karya sejarah kebudayaan.
e.       Hubungan Sejarah dengan  Psikologi
          Ilmu Psikologi sangat berkaitan dengan mental dan kejiwaan manusia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu?mengapa seseorang melakukan tindakan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
          Kemudian mengenai pegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial adalah sebagai berikut:
1.      Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya:  Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentang hydraulic society.
2.      Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya:  Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa,  Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord and Peasant in the Making of the Modern World.
3.      Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis
Contohnya: Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an Indonesian Town.
          Jadi dapat saya simpulkan dari penjelasan-penjelasan di atas bahwasannya kaitannya dengan sejarah memang bukan sesuatu yang ada pada kurun waktu dulu saja, melainkan juga yang sekarang pun dikatakan sebagai sejarah. Pena para ahli bahasa selalu dapat menggoyang-goyangkan tangannya dikala menemukan periwtiwa, kisah, dan seni yang baru. Dengan begitu hasilnya adalah sebuah puisi indah yang lahir dari sudut pandang sang penulis. Thank you.




Referensi:
Angkersmit,F.R. 1987 . Refleksi tentang sejarah : pendapat-pendapat modern tentang filsafat sejarah.( terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia
Madjid,M. Saleh dan Abd. Rahman Hamid.2008. Pengantar Ilmu Sejarah. Makassar : Rayhan Intermedia.
Kuntowijoyo . 2005 . Pengantar Ilmu Sejarah .Yogyakarta: Bentang Pustaka

http://www. ardiyansarutobi.blogspot.com diunggah pada tgl 19-03-14 pkl 14.00 WIB












0 comments:

Post a Comment