Thursday, March 6, 2014



Class Review 4
Penerapan Classroom Discourse
Hari berganti hari, begitu cepat berlalu melesat begitu saja tanpa mau memperdulikan individu yang sedari tadi menantinya, di tengah suasana hujan kembali lagi dengan aktivitas mingguan yakni bertempur dengan buku dan pulpen. Berpikir lagi tentang apa yang harus saya tulis dibuku ini. Terkadang kebingungan datang ketika saya menulis paragraf pertama. Yah karena di paragraf pertama pulalah kita kan menciptakan bagaimana rasa tulisan tersebut.
Pada minggu yang lalu, ketika membuat critical review ternyata tulisan saya salah masuk gerbang. Kenapa bisa seperti itu, yang seharusnya membahas tentang classroom discourse dan analyzing religion harmony keduanya malah tidak menjadi pokok bahasan di paper saya. Melainkan berbelok ke pendidikan multikulturalisme.
Classroom discourse adalah wacana kelas untuk merujuk pada bahasa yang guru dan siswa gunakan untuk bekomunikasi satu sama lain di daalam kelas. Berbicara atau bercakap adalah media dimana sebagian besar mengajar berlangsung. Sehingga studi wacana kelas adalah studi tentang proses pengajaran tatap muka didalam kelas.
Studi sistematis wacana kelas dilaporkan pada tahun 1910 dan digunakan stenograf untuk membuat rekor. Penggunanaan pertama dari perekam kaset di kelas dlaporkan pada tahun 1930-an dan selama tahun 1960.
Salah satu yang ada di dalam komponen classroom discourse adalah interaksi bagaimana hubungan antara guru dan murid, begitu juga murid dengan murid. Itu semua harus ada keselarasan dan keseimbangan di dalam kelas.
Praktek pemakaian bahasa walaupun kegiatan kelas berpusat pada pelajar, guru tetap harus menjadi “ahli” yang menentukan dan mengawasi pemakaian bahasa di kelas, ragam bahasa apa yang akan digunakan, jawaban yang akan diharapkan para pelajar, aspek mana dari materi yang akan dibicarakan, dan sebagainya. Dalam hal ini guru yang bertanggung jawab terhadap kemampuan dalam berbahasa yang sedang dipelajari atau apakah pelajaran bahas yang mereka pelajari itu baik, benar, wajar, dan sesuai dengan konteks penggunaanya.
Banyak guru yang beranggapan bahwa kemampuan dan keterampilan pelajar bisa dikembangkan dengan memberi kosakata yang lebih banyak kata, tentu lebih banyak pula yang bisa dituturkan. Hal ini tidak benar, karena sulitnya mengingat banyak kata tanpa konteks dan juga karena pelajar tidak tahu bagaimana kata-kata tertentu dipakai dalam bahas yag mereka pelajari. Maka pelajar akan menggunakan peraturan atau sistem bahasa mereka sebagai pedoman.
Guru dapat mengembangkan kemampuan berbicara para pelajar dengan memberi mereka contoh untuk mengungkapakan hal yang sama. Pelajar umumnya hanya tahu ungkapan yang ada dalam buku teks.
Terkadang seorang guru juga menemui hambatan-hambatan, kesuliatan, dalam mengajar. Karena dilatar belakangi oleh background yang berbeda oleh karena itu seorang guru harus flexibel dalam memanage kelasnya. Agar tercipta sapek kognitif, afektif, psikomotorik.
Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. Setiap mata pelajaran yang diajarakan akan selalu mengandung tiga aspek tersebut, namun penekananya selalu berbeda. Mata pelajaran yang diajarkan secara praktek lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut sama.
Menurut bloom (1979) ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang mencapainya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuaan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya : menulis, memukul, melompat, dsb.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi, sedangkan
Interaksi melalui berbicara making meaning praktis dapat menghasilkan mutual understanding. Yang pada dasarnya manusia buth berkomunikasi dan hakikatnya tujuan dari komunikas itu membangun si mutual understanding. Jika itu semua sudah terpenuhi maka akan tercipta suatu harmony.
Jadi, seorang pengajar hendaknya harus mampu mengondisikan kelasnya dengan latar belakang yang berbeda, mau dibawa kearah mana? Ataupun ke arah apa? Itu adalah tugas seorang guru untuk bisa mamanage kelasnya jug aakan tercipta suatu pendidikan yang harmony.


0 comments:

Post a Comment