Sunday, March 2, 2014



Menguak Tabir Kepalsuan




      Masih hangat dibenak kita sebuah anggapan yang mengatakan bahwa “seseorang yang menguasai teks akan bisa mengubah sejarah”.  Hal inilah yang menarik perhatian saya untuk menjadikan sebuah patokan bahwasannya dengan menulis, kita dapat mengabadikan pengetahuan kita dan membaginya kepada orang lain, bahkan menulis itu adalah sebagai kegiatan awal untuk mengubah dunia.  Faktanya, sejarah yang ada atas jasa sang penulis pun dibuat sesuka hati si penulis.  Namun itu semua pastinya akan kembali diusut oleh seseorang yang kritis, yang ingin menguak kebenaran dibalik sejarah yang sudah ada, dan sudah terlanjur diketahui oleh public.  Sejarahwan menulis seakan setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal.  Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.  Membicarakan tentang menulis sepertinya tidak bisa terlepas dari berbagai buku-buku yang menjadi sumber bacaan.  Buku mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menciptakan pemikiran seseorang, asupan informasi yang didapat dari bacaannya akan berpengaruh pada paradigma dan cara berfikirnya.


            Berbicara mengenai sejarawan, adalah Howard Zinn, lahir pada tanggal 24 Agustus tahun 1992 dan meninggal pada tanggal 27 Januari 2010 di usia 87 tahun ini merupakan seorang sejarawan, dramawan, seorang Yahudi Anti Israel dan Anti zionis, dan aktifis.  Namanya ditulis sebagai seorang yang mengungkap sejarah dari Amerika Serikat dilihat dari berbagai sudut pandang.  Dalam artikelnya tersebut Howard Zinn memulai pembahasannya dengan buku dan tulisan yang tidak bisa terpisahkan. sang sejarahwan radikal Amerika, yang meninggalkan nama besar dari sebuah buku legendaris yang ia tulis; A People’s History of the United States.  Buku tersebut  yang ketika diterbitkan pertama kali di tahun 1980 hanya terjual empat ribu copy, kini telah terjual habis hampir mencapai dua juta kopi dan dicetak ulang lima kali. Ia menempatkan sang penulis, saat itu seorang profesor sejarah di Boston University, di jajaran elit tradisi kritis kaum liberal-progresif Amerika.  Kata Zinn, setiap penekanan tertentu dalam penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi, rasial ataupun nasional.
            Yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak, mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung, Christoper Colombus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis. Di dalamnya termasuk sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
            Inilah kritik pedas Zinn pada Samuel Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang menulis buku seminal Christoper Columbus, Mariner. Bahwasannya  fakta yang tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku Indian Arawaks  bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn. Kita seakan diajarkan sebuah imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu untuk sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita.
Mungkin beberapa dari antara kita sudah tahu soal fakta sejarah asli mengenai Columbus, tokoh yang selalu disebut sebagai penemu Amerika. Sudah saatnya kita meluruskan sejarah tentang kebenaran seorang Columbus yang pertama kali menemukan benua amerika.  Ada banyak fakta mengejutkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak Columbus.  Rasa penasaran ini berdasar kenyataan, bahwa setiap tahun ada satu hari khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya jadi penemu Benua Amerika.
Kita di Indonesia memang tidak terkena dampaknya secara langsung, namun pemahaman yang diterima dalam ranah pendidikan formal, “betapa hebatnya Columbus” tentu akan mengaburkan kebenaran pelajaran sejarah tentang Columbus.  Beberapa fakta di bawah ini bisa membuka mata kita dan mengerti betul kebenaran suatu sejarah.
Pertama adalah alasan Columbus pergi berlayar yaitu karena Columbus memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa pulang kembali.
Yang kedua yaitu saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India.  Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya yang ditulis Columbus dalam jurnalnya mengatakan ;  “Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang.  Mereka tidak memiliki besi.  Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak… Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.“  Bahkan, Columbus juga menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: di mana ada emas?
Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.
Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.  Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika.  Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88) menggambarkan keberingasan Columbus.  Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.  Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Nah, kini apakah masih pantas Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluas dunia dengan “Columbus Day”? Setelah mengetahui fakta kekejaman dirinya?  Inilah yang selama ini belum kita ketahui, dan baru sekarang bagi saya pribadi mengetahui sifat asli Columbus yang demikian.  Dari sini saja kita dapat mengetahui bahwasannya penulis itu dapat menguasai sejarah, seperti apa yang telah saya bicarakan di alinea awal, “seseorang yang menguasai teks akan bisa mengubah sejarah”, karena semua informasi yang diberikan itu sebagian besar bermula dari seorang penulis. 
Setelah kita menguak akan kisah Columbus yang menemukan benua biru amerika.  Dan tahukah anda? sebenarnya laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus.  Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana.  Laksamana Cheng Ho, terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371.  Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur.  Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam.

Fakta baru Penemu Benua Amerika : Ini Bukti Laksamana Cheng Ho Penemu Amerika, Bukan Columbus
Sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko buku loak mengancam status Columbus sebagai penemu Amerika. Juga menjadi kunci untuk membuktikan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua itu.  Klaim bukti bahwa laksamana China memetakan Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum Columbus, adalah salah satu klaim yang dimuat penulis Gavin Menzies dalam buku barunya, “Who Discovered America?”, yang diluncurkan jelang Hari Columbus tahun lalu.
“Kisah tradisional bahwa Columbus menemukan ‘dunia baru’ adalah fantasi belaka,”  kata dia seperti dimuat Daily Mail, 8 Oktober 2013.  Ia bahkan yakin, Columbus memiliki salinan peta Cheng Ho saat mengarungi samudera menuju Amerika.  Menzies juga mengatakan, armada megah kapal China yang dipimpin Cheng Ho berlayar di sekitar daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan (orang pertama yang berlayar dari Eropa ke Asia, orang Eropa pertama yang melayari Samudra Pasifik, dan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi bola dunia).
Menzies tak diakui sebagai sejarawan dan bukan lulusan universitas ternama. Dia adalah bekas serdadu di kapal perang milik Angkatan Laut Inggris. Tapi, ia bukan amatiran.  “Who Discovered America?” adalah buku keempatnya di mana ia berusaha menulis kembali sejarah dalam kaca mata Timur.
Namun teori-teorinya yang ‘pro-Asia’ tidak diterima oleh komunitas akademik.  Pada tahun 2008, profesor sejarah University of London, Felipe Fernandez-Armesto mengatakan, buku Menzies sekelas buku kisah hidup Elvis Presley yang dijual di supermarket atau kisah hamster alien.
Debut Menzies dimulai pada 2002 lalu dalam bukunya, “1421: The Year China Discovered the World,”  yang menyebut Laksamana Ceng Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga melintasi Samudera Pasifik, ke Belahan Bumi Barat.  Dia mengklaim Cheng Ho tak hanya menemukan dunia baru pada 1421, tapi meninggalkan koloni di sana.  Armadanya juga berlayar di sekitar ujung Amerika Selatan, melalui Selat Megellan sekitar Teluk Meksiko dan sampai Mississippi .
Sementara dalam buku barunya, Menzies fokus pada teori tentang orang Asia yang berhasil sampai ke Amerika Utara dan Selatan jauh sebelum Cheng Ho.  “Setidaknya 40 ribu tahun lalu,” tulis dia, dari laut.  Namun pernyataan itu menyalahi anggapan ilmuwan yang percaya bahwa manusia pertama menghuni Belahan Bumi Barat sekitar 13.000 sampai 16.500 tahun yang lalu.  Bahkan, teori universal di kalangan para akademisi adalah, manusia tiba di ‘dunia baru’ dengan menyeberangi ‘Jembatan Selat Bering’, melewati tanah menghubungkan antara Asia dan Amerika Utara.
“Semakin saya berpikir tentang teori Bering Straight, makin terasa konyol,” kata Menzies. Menzies mengatakan ide bahwa manusia mampu menyeberangi Samudra Pasifik di masa sekitar 40 ribu SM tak sedramatis kedengarannya.  “Jika Anda masuk ke bak mandi plastik, arus juga akan membawa Anda ke sana,” kata dia. “Kuncinya ada pada arus.” Jadi, siapa penemu benua Amerika?

Suku Indian yang sudah Muslim, jauh sebelum Columbus menginjakan kaki di Amerika
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New World’ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492.  Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah ‘Dunia Baru’.  Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika.
Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan.  Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus.  Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika.  ”Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,” (Fareed H Numan : American Muslim History A Chronological Observation).  Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]
Dari berbagai sisi sejarah yang menceritakan tentang Benua Amerika, kenapa hanya nama Colombus yang di sebut-sebut sebagai penemu daratan tersebut, sampai-sampai diadakannya Columbus day.  Sejarah Benua Amerika hanyalah contoh kecil dari manfaat kesadaran dan wawasan yang diperoleh melalui buku. Manusia bertambah cerdas dan kritis dalam menyikapi dan merespon apa yang dia dengar dan dia ketahui. Seorang pembaca kritis tidak akanbegitu saja menerima apa yang tersaji di depan matanya. Dia akan menemukan perfektif lain. Inilah yang akhirnya mendorong speaking truth. Lalu bagaimana jika sedari dini kita sudah di cocoki dengan sejarah-sejarah yang belum tentu kebenarannya? Apakah itu adalah contoh salah satu penyimpangan dari speaking truth atau ketidakkritisan si pembaca? Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah tantangan bagi kita sebagai calon orang tua dan guru dalam memeberikan fakta pada anak-anak kita.
Sudah saatnya kita untuk meluruskan sejarah dan tidak lagi mengajarkan yang salah kaprah. Banyak fakta yang mengejutkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak Columbus. Rasa penasaran ini berdasarkan kenyataan, bahwa setiap tahun ada hari khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu Benua Amerika. Peringatan ini berasawal dari tahun 1792 yang merupakan tanda 300 tahun kedatangan Columbus ke Amerika, kemudia dari kedatangannya itu adanya hari Columbus menjadi hari libur nasional di Ameriksa pada tahun 1937.

Terbantahya Teori Colombus
Secara logika setelah apa yang saya lihat dan baca mengenai penemuan benua amerika yang ditemukan oleh christopher columbus itu semua adalah tidak benar.  Pertama, ketika pertama kali colombus menginjakkan kaki ke benua amerika ternyata sudah ada suku yang menempati benua tersebut yaitu suku indian muslim.  Kedua, ketika colombus telah sampai pada benua tersebut dia terpana dan terpukau dengan bangunan yang sama yang ada pada daerah jajahannya sebelumnya.  Dia pun tidak habis pikir bahwa kedatangannya ke benua amerka bukanlah pertama kalinya melainkan sudah ada penghuni sebelumnya.
Pelaut dari spanyol itu memang telah sampai di tanah impian yaitu benua amerika.  Tetapi dia dengan berbagai cara ingin menciptakan sebuah peradaban baru dan ingin membuktikan kepada ratu isabella bahwa dia telah menemukan sebuah benua yang disebut dengan benua amerika, tetapi sayang sekali teori itu tidak benar adanya sama sekali, jauh sebelum kolombus menghampiri dan menginjakkan kaki di tanah impian itu ternyata sudah ada peradaban islam lima abad sebelumnya, dengan bukti banyak ditemukan berbagai artefak-artefak islam sperti adanya sebuah masjid dan tulisan “Muhammad” dalam bahasa arab.
Dan fakta yang tidak terbantahkan, adalah sebuah naskah perjanjian antara pemerintah Amerika dan Kepala Suku Indian Cherokee.   Naskah itu hingga kini masih tersimpan rapi di gedung Arsip Perpustakaan Nasional di ibukota Washington DC. Yang menarik, nama kepala Suku Cherokee adalah Abdel-Khak and Muhammad Ibnu Abdullah. Jelas itu nama muslim.  Nah disinilah teori-teori tentang kolombus sebagai penemu benua amerika sudah bisa dipatahkan bahwa sebenarnya yang menemukan benua amerika itu orang muslim dan bukan colombus.
Jika dapat kita tarik kesimpulan dari keseluruhan wacana diatas tentang pemikiran yang dikemukakan oleh Howard Zinn, sangatlah jelas dan benar akan pemikiran tentang penemu benua amerika yang mungkin secara global dengan kasa mata dan dengan pengetahuan yang sangat  awam bahwa penemu benua amerka adalah Christopher Colombus.
Tetapi itu semua tidak benar adanya.  Sebenarnya yang menemukan benua amerika adalah orang muslim bukanlah Christopher Colombus, teori tentang christopher colombus yang menemukan benua amrika sudah membohongi seluruh umat didunia ini, karena orang yang percaya akan teori colombus adalah orang yang tingkat literasinya masih datar.  Mereka hanya membaca atau mendengarkan dari satu pihak dan tidak pernah menggali karena rasa penasaran, padahal teori colombus yang menemukan benua amerika sudah membohongi seluruh orang.  Disinilah peran sejarah, dan sejarah bersifat dinamis tidak statis yang berarti akan berubah jika mengalami berbagai penemuan-penemuan baru seperti halnya dalam wacana diatas.
Sangat luar biasa Islam, jikapun fakta mengenai penemu Amerika tidak bisa berubah nantinya (tetap meyakini bahwa Columbus sebagai penemu benua Amerika) Islam tidak bisa dimarjinalkan, karena dalam proses Columbus menemukan benua Amerika, Islam sangat berkontribusi besar.
Subhanallah, 1 lagi bukti.
Dari ilmiah, Islam terbukti benar.
Dari nalar, Islam terbukti benar.
Dari Sejarah, Islam terbukti benar.
Dari Kitab agama lain pun, Islam terbukti benar.

Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

References

0 comments:

Post a Comment