Sunday, March 9, 2014



Seperti Tangan (Text) dan Sarung Tangan (Context)
5th meeting of writing and composition 4. Pada class review kali ini, pembahasan akan pokoknya ber genre rock banget, karena mencakup beberapa materi yang sangat kompleks. Seperti konteks, delapan parameter dalam konteks, writing and culture, writing and technology, writing and genre, writing and identity, juga hubungan antara literasi dan sejarah, dan sekilas pandang mengenai sosok howard zinn.
Menurut Ken Hyland, cara untuk memahami tulisan dikembangkan melalui pemahaman konteks. Perlu disadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang di tulis, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena keduanya memahami kata-kata dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain.
Quotes 2.1 Van Dijk (2008) mengenai konteks, “Ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi ( atau dipengaruhi oleh ) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan seperti situasi sosial. Konteks demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau terjadi secara langsung, melainkan ( inter ) konstruksi subjektif dirancang dan secara bersambung diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks merupakan peserta konstruksi.”
Jadi, bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi penggunaan bahasa, tetapi harus melihatnya sebagai status sosial, interaktif berkelanjutan dan terikat waktu (Duranti dan Goodwin, 1992). Konteks mungkin bersifat intuitif meliputi segala sesuatu. Hal ini diungkapkan oleh Cutting (2002: 3) yang menyatakan bahwa ada tiga aspek utama dalam menafsirkan konteks, sebagai berikut:
Ø Situational context: Apakah orang tahu tentang mereka yang bisa melihat disekitar mereka;
Ø Background knowledge context: Apakah orang tahu tentang dunia, tentang aspek kehidupan dan tahu tentang satu sama lainnya;
Ø Co-textual context: Apakah orang tahu tentang apa yang mereka bicarakan.

Ini berarti bahwa semua penggunaan bahasa tertulis dapat dilihat sebagai dimana tempat-tempat dan waktu yang tertentu: di rumah, sekolah, tempat kerja, atau universitas, dan di komunitas tertentu yang berhubungan dengan kombinasi tertentu seperti konteks, literasi, genre, kultur, teknologi, dan identity. Analisis yang berorientasi pada bahasa lebih memahami konteks dengan cara yang berbeda dan mengenal teks. Dalam pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik menunjukkan bagaimana konteks disajikan dalam pola penggunaan bahasa. Menurut Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam tertentu konteks situasi (Malinowski, 1949). Artinya, bahasa bervariasi sesuai dengan situasi di mana bahasa digunakan. Konteks situasi adalah situasi secara langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan variasi bahasa dalam konteks tersebut bervariasi dengan konfigurasi field, tenor dan mode.
Dimensi konsep 2.1 Halliday tentang konteks sebagai berikut:
·      Field : merujuk pada subjek, topik dan peristiwa atau aktifitas.
·      Tenor: merujuk pada orang yang terlibat (partisipan), jarak, status dan hubungan partisipan.
·      Mode: merujuk pada kode bahasa baik lisan maupun tulisan, saluran komunikasi.
Mengenai Writing and Context, dapat dketahui bahwa makna teks terjadi melalui perantaraan interaksi antara penulis dan pembaca, karena keduanya yang melakukan negosiasi makna. Konteks adalah suatu cara untuk mengetahui makna teks itu sendiri.
Writing and Literacymembaca dan menulis merupakan bentuk literasi. Dengan literasi membantu orang untuk mengetahui bagaimana merasakan kehidupan orang lain melalui kegiatan membaca dan menulis.
Writing and Culture, budaya adalah suatu jaringan yang memiliki nilai makna yang tinggi untuk dapat dikembangkan, disampaikan, sebagai pengetahuan, dan ungkapan perasaan kepada dunia
Writing and Technology, untuk menjadi orang yang literat, kita dituntut untuk menguasai teknologi. Pada zaman modern ini, sebuah tulisan lebih banyak dalam bentuk media elektronik seperti artikel, e-book, dan lain-lain daripada media tulis. Genre dan komunitas bermunculan sebagai contoh inovasi dari bagian teknologi.
Writing and Genre, genre merupakan bagian yang paling penting dari konsep pembelajaran bahasa, karena suatu peristiwa social yang berbeda-beda dalam pengucapan bahasa disetiap daerah-daerah.
Writing and Identity, merupakan cara untuk membangun jati diri seseorang dalam menulis, dan bagaimana orang dalam menampilkan atau mengeskpresikan jati dirinya melalui tulisan atau menulis.
Sedangkan menurut Lehtonen (2000), text dan context tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keduanya memiliki fungsi untuk mencapai tujuan yang sama yaitu meaning, dan teks itu berfungsi sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh manusia atau alat komunikasi, yang dapat di tulis di segala benda seperti kayu, pelepah kurma, batu, dan lain sebagainya.
Menurut Lehtonen, dalam menjelaskan mengenai teks, dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi fisik (teks as physical being), dan dimensi semiotik (teks as semiotic being). Teks merupakan bentuk fisik, namun hadir dalam beberapa bentuk dalam semiotik. Teks dikaitkan dengan bentuk fisik, digambarkan dalam beberapa bentuk fisik yang jelas seperti tinta, kertas, dan lain-lain. Menurut Lehtonen, teks adalah artefak yang bisa berbicara (cummunicative artefact). Teks dihasilkan dari bantuan beberapa tekhnologi, seperti pesan E-mail, teks yang diartikan sebagai artefak adalah keyboard computer, monitor, display dan lain-lain.
Sedangkan teks sebagai semiotik, teks dijelaskan dalam bentuk tulisan (writing), picture, pidato (speech), music, dan simbol-simbol lainnya. Menurut Lehtonen teks sbagai semiotic memiliki 3 karakteristik yang khas, yaitu materiality, formal relation, dan meaningfulness. Ciri yang pertama teks secara material (materiality), merupakan teks yang digambarkan seperti gelombang radio yang memancar selama pembicaraan berlangsung (act of speech). Kemudian teks secara formal relation, teks yang dijelaskan dalam bentuk grammatical function seperti fonem, suku kata, klausa, kalimat, dan lain sebagainya. Lalu teks dalam artian meaningfullness, teks dideskripsikan pada suatu keadaan yang ada di luar dirinya.
Kemudian teks itu selalu berkaitan dengan konteks. Konteks merupakan suatu bagian dari teks yang berhubungan dengan teks, atau sesuatu yang mengelilingi atau diluar teks. Secara tradisional, konteks diartkan sebagai background dari sebuah teks yang bertujuan untuk tambahan informasi, konteks juga digunakan untuk membantu memahami teks itu sendiri. Konteks tidak akan hadir sebelum hadirnya author (penulis) atau teks, karena konteks hadir diluar teks. Konteks dalam proses terjadinya formasi pembentukkan makna, terjadi karena adanya penulis dan pembaca yang melibatkan semua faktor, terutama karena kemampuan keduanya yang tidak bersambungan satu sama lain dan dalam kerangka nilai pendapat. Menurut Guy Cook, konteks mencakup semua faktor sebagai berikut:
ü Substansi, materi fisik yang membawa atau relay teks
ü Music and Picture
ü Paralanguage, perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
ü Situation, sifat dan hubungan objek dan orang-orang di sekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta
ü Co-text, teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan yang peserta menilai milik wacana yang sama
ü Intertext, teks yang peserta anggap sebagai milik wacana lain, tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka
ü Participant, niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan.
ü Function, apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addressers, atau dianggap dilakukan oleh penerima dan addressees.
Kemudian pembahasan mengenai hubungan antara literasi dengan sejarah adalah, literacy is central history. Literacy menyediakan kendaraan yang sempurna untuk history, seperti tangan dan sarung tangan. Literasi bisa dijadikan strategi untuk menguak kebenaran sejarah yang memberikan fokus untuk berpikir kritis dan menulis. Sejarah menghasilkan berbagai macam jenis teks, dan sejarah tersebut menyediakan konteks yang komprehensif.
Mengenai artikel howard zinn, “Speaking truth to power with books” yang menceritakan sosok kekejaman dari seorang Christoper Columbus adalah penjahat kemanusiaan, pelaku genosida yang menyebabkan puluhan juta suku asli Indian musnah olehnya, seorang penindas, penyiksa, dan pemerkosa. Berbanding terbalik dengan beberapa artikel sejarahwan lainnya yang menuliskan tentang Christopher Columbus yang dianggap sebagai penemu benua amerika. Howard Zinn, adalah seorang sejarahwan yang radikal dan seorang aktivis oposisi yang terkait keterlibatan Amerika di Vietnam.
Akibat artikel yang ditulisnya tersebut, Noam Chomsky sampai –sampai mengatakan, “tulisan-tulisan zinn telah banyak merubah kesadaran satu generasi penduduk amerika, dan membantu membuka jalan baru dalam memahami serta memberikan makna yang penting bagi kehidpuan”.
Kemudian mengenai konteks yang digunakan dalam penceriteraan Christoper Columbus merupakan konteks bersifat non-linguistik, karena yang dijelaskan merupakan peran dan kebenaran yang ada dalam teksnya. Teksnya berkaitan dengan aroma-aroma konteks antropologi, yang menyangkut agama, politik, sosial, sejarah, dan lain-lain. Howard Zinn menggambarkan Christopher Columbus melihat hanya dari sudut pandang tindakan negatif saja, dan tidak menjelaskan Columbus sebagai seorang pahlawan.
Dengan demikian, mengenai pembuatan sejarah sangatlah terkait dengan praktek literasi, karena hanya orang yang berliterasilah yang dapat membuat sejarah maupun memutarbalikkan sejarah. Howard Zinn adalah orang yang paham dengan situasi dan kondisi bahkan fakta-fakta yang ada dalam sejarah Amerika karena beliau sejarahwan dari Universitas Boston, Amerika. Melalui tulisannya, beliau mampu mengubah suatu kesadaran generasi tulisan.

Referensi:
Miko Lehtonen (2000). The cultural Analysis of Text
Ken Hyland (2009). Teaching and Researching writing, second edition
Vesperi D. Maria, Waterston Alisse (2009_). Anthropology off The Shelf: Anthropologists On Writing.
http://www.history.org.uk/resources/primary_resource_3638,3656_130.html diunduh pada tanggal 7 maret 2014 pukul 15.58 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Howard_Zinn diunduh pada tanggal 7 maret 2014 pukul 16.01 WIB

http://teachinghistory.org/nhec-blog/25172 diunduh pada tanggal 7 maret 2014 pukul 16.05 WIB

0 comments:

Post a Comment