Sunday, March 9, 2014

11:48 PM


5th Class Review
Dapur Writing
Dapur writing adalah tempat penyajian masakan yang menghasilkan tulisan yang kreatif dan kritis. Writing yang di hasilkan oleh critical reading akan menghasikan akses informasi yang normatif, artinya normatif itu adalah teori yang dihasilkan bisa dipakai dalam waktu-waktu tertentu karena informasi normatif bukan sekedar memberikan informasi yang telah terjadi kemudian dijadikan sejarah, tetapi sebagai informasi yang menjadi landasan dalam praktik kehidupan selanjutnya.
Dalam dapur writing, di didik untuk bisa menghasilkan menu makanan yang berbeda, yang kaya dengan cita rasa, untuk itu dapur writing harus mempunyai cetakan yang mumpuni sehingga akan menghasilkan cetakan yang dapat diperhitungkan dunia.
Menciptakan karya tulis adalah program kerja dapur writing, bagaimana dapur writing, bisa membangun sumber daya manusia dan menyiapkan menu-menu yang bisa bersaing di antarnasional dan internasional, bukanlah hal yang mudah dilakukan. Untuk itu seorang master dalam menulis harus membuat masakan dan menciptakan menu-menu secara sistematis dan berkelanjutan.
Menurut Ken hyland dalam bukunya yang berjudul Teaching and Researching writin (2009/44) kunci menulis itu terdiri dari:
1.      Writing and Context
Menulis tidak akan terlepas dari konteks, konteks sangat menentukan meaning sebuah tulisan, konteks menaungi sebuah teks, jika teks hanya salah satu ruangan dalam rumah, konteks adalah bangunan rumah itu sendiri, jadi sebuah teks tidak bisa berdiri tanpa adanya konteks.
Seperti menurut Vand Jick (2008) yang termuat dalam buku Hyland, he says “it is not the social situation that influences (or influenced by) discourse, but the way the participants define such a situation. Context thus are not some kinds of objective condition or direct cause, but rather (inter)subjective contructs designed ongoingly update in interaction by participant as members of group or communities. If they were, all people in the same social situation would speak in the same way. Contexts are participants contructs.”
Maksudnya konteks mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemikiran penulis. Namun, konteks bukanlah hal objektif yang dijelaskan oleh penulis dalam tulisannya, melainkan hal yang subjektif atau yang berada di belakang layar dari cerita yang disampaikan oleh penulis, bagian abstrak yang terdapat dalam tulisan dan akan terlihat oleh imajinasi dari pembaca.
Konteks akan dipengaruhi oleh budaya penulis, bahasa yang digunkan penulis, karena situasi dan suasana dalam diri seorang penulis akan mencampur kepada tulisannya, seperti yang dikatakan Hyland “contexts of situations the influence of the context of culture on language use is more diffuse and indirect, operating at a more abstract level.”
2.      Literacy and expertice
Konsep Literasi adalah praktek menulis dan membaca secara bersamaan dan penggunaan bahasa yang dikuasai oleh seseorang. Hyland says “Modern conceptions of literacy encourage us to see writing as a social practice rather than as an abstract skill separable from people and the places where they use texts” (2009/48). Menurutnya konsep literasi yang pas untuk saat ini yakni di masa modern ini, orang literat bukan hanya bisa membaca dan menulis, tetapi literasi sangat berkaitan dengan aspek sosial yang terjadi di masyarakat, jika seorang peduli dengan sosial dia adalah seorang yang literat.
Karena dari kemjemukan yang terjadi di masyarakat membuat banyak konflik, tetapi orang literat dia akan bersikap plural dan terbuka, sebagaimana seorang bisa memposisikan dirinya di dalam berbagai situasi dan golongan, bisa beradaptasi dan menjadi diri orang lain, imajinasi yang digunakannya sangat bagus.
Every time a student sits down to write for us, he has to invent the university for the occasion – invent the university, that is, or a branch of it, like History or Anthropology or Economics or English. He has to learn to speak our language, to speak as we do, to try on the peculiar ways of knowing, selecting, evaluating, reporting, concluding, and arguing that defines the discourse of our community. Bartholomae (1986: 4)
Dari pandangan bartholomae academic writing di tuntut untuk menulis dengan sistematis, mencantumkan sumber referensi, kemudian menyeleksi dengan penyeleksian yang ketat dan mengevaluasi, teks dievaluasi oleh tim yang profesional, dan disembunyikan penulisnya agar kebenaran tulisan objektif dan sistematis.
3.      Writing and culture
Culture is generally understood as an historically transmitted and systematic network of meanings which allow us to understand, develop and communicate our knowledge and beliefs about the world (Lantolf, 1999). As a result, language and learning are inextricably bound up with culture (Kramsch, 1993).
Dari pendapat Lantolf dan Kramsch yang terdapat pada buku nya Hyland (2009/54), sangat jelas mengungkapkan keterkaitan culture dengan writing, budaya adalah hasil dari sejarah, sejarah yang dituliskan dan sebagai sumber ilmu. Budaya yang membuat pandangan dan perspektif baru, dalam writing budaya sangat penting untuk membangun gaya bahasa dan penjelasan dalam mengkomunikasikan informasi melalui writing. Menurut Connor, retorika atau gaya bahasa yang digunakan dalam menulis menggunakan second language (L2). Dalam academic writing peningkatan menggunakan bahasa asing dalam menulis memberikan poin lebih terhadap penulis, melalui tulisan yang dihasilkan dengan native-language bisa di ekplore kembali dengan menggunakan second language.
Menulis dengan L2 sangat dipengaruhi oleh pengalaman menulis dengan L1 (first language), penyampaian pendapat, pengaruh budaya, dan pengalaman yang membuat tulisan menjadi kaya dengan cita rasa. Pengalaman menulis akan menimbulkan perspektif baru, dengan terus berlatih menulis akan menghasilkan tulisan yang bagus.
Jadi, tulisan adalah hasil dari sejarah dan budaya yang mempengaruhi pikiran penulis sehingga menghasilkan perspektif-perspektif baru.
4.      Writing and technology
Sekarang, orang yang tidak mengerti dengan teknologi akan sangat tertinggal oleh kemajuan-kemajuan dunia, tetapi apakah kemajuan yang dibawa oleh teknologi yang modern membuat perdamaian, banyak membawa keuntungan dan kemaslahatan umat. Jika melihat dari sisi yang berbeda, kemajuan teknologi yang muncul dari bangsa barat membuat sikap hegemoni terus berkembang, penjajahan moral terus terjadi, pembodohan intelektual tak bisa terkendali. Akibat-akibat ini yang sekarang terjadi di bumi pertiwi ini. Namun, dari sisi yang berbeda dampak dari teknologi yang modern ini, seseorang bisa dengan mudah mengakses informasi dunia, dan bisa mempengaruhi dunia dengan cepat, seperti menulis dan membagikannya ke dalam blog yang kemudian orang lain akan dengan mudah melihat dan mengapresiasi karyanya.
Hyland (2009/62): Many teachers today use commercial course management systems such as Blackboard or WebCT to display all course materials and messages in one place and to encourage students to post on-line. Increasingly, however, teachers are recognising the value of supporting students to develop and publish their own websites so they can practice new on-line literacy skills.
5.      Writing and genre
Genres are recognised types of communicative actions, which means that to participate in any social event, individuals must be familiar with the genres they encounter there. (Hyland/63). Genre sangat penting dalam konsep menulis saat ini. It is customary, however, to identify three approaches to genre (Hyon, 1996; Johns, 2002):
1)    Systemic Functional Linguistics
2)    English for Specific Purposes
3)    The new Rhetoric
6.      Writing and identity
Identity adalah penampilan seseorang dalam menulis, cara seseorang dalam menyampaikan informasi atau ciri khas yang dimiliki seseorang. “Identity is therefore seen as constructed by both the texts we engage in and the linguistic choices we make, thus moving identity from the private to the public sphere, and from hidden processes of cognition to its social and dynamic construction in discourse” (Hyland/70).
Identiti melihat menulis adalah konsep pluralisme, sosial, dengan menulis identitas sosial menjadi ideologi yang mendominasi pemikiran penulis. Literacy membuka pemikiran penulis terhadap identitas dari konteks yang akan di tulis.
Jadi writing and identity adalah identitas terhadap konteks yang dituliskan oleh seorang penulis, identitas dari sosioculture yang akan mempengaruhi tulisan.
Kesimpulannya, dapur writing adalah tempat dimana akan mencetak penulis-penulis yang hebat dan diperhitungkan oleh dunia, di dalam dapur writing terdapat cara untuk membuat perkembangan terhadap kegiatan menulis. menulis dan hubungannya dengan konsep yang sangat mempengaruhi tulisan, seperti konteks, budaya, bahasa, teknologi, genre, dan identitas dari seorang penulis. Untuk itu pengaruh-pengaruh di atas harus dioptimalkan agar menghasilkan perspektif-perspektif dan pemikiran baru.

0 comments:

Post a Comment