The 1st
Class Review
03 February
2014
A Highlight on
the Syllabus
From Ordinary become Extraordinary
Hari pertama memasuki dunia
perkuliahan, memang sangatlah menyenangkan. Dimana di semester 4 ini, kita
harus menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari kemarin, tentunya dengan
semangat baru dan niat yang baik. Akan tetapi, rasa panik dalam diriku
sangatlah kuat ketika mendengar bahwa hari senin pada jam 07.30 WIB merupakan
Mata Kuliah Writing 4 yang diampu oleh bapak Lala Bumela, M. Pd. Dalam benakku,
sepertinya “The First War Will Begin Again.” Dan tentunya, hal ini akan
membutuhkan anything yang bersifat extraordinary karena tantangan-tantangannya
pun akan more than extraordinary.
The first meeting, masih dalam
bahasan “A highlight on the syllabus” yang tentunya berisikan learning contract
dan secuplik materi pembuka untuk tugas pertama kita. Tak pernah terlewat dan
ketinggalan, class review masih tetap berjalan seperti biasanya namun
dikarenakan semuanya serba extraordinary, maka minimal batasan untuk halaman
class review adalah 5 halaman. Selain itu, beliau memberikan kami beberapa
karangan karya opa Chaedar Al-Wasilah. Dimana artikel tersebut akan dijadikan
sebagai the 1st appetizer essay.
Mengapa the 1st appetizer
essay? Karena dalam hal ini beliau tidak lagi memberikan passport yang berupa
chapter review, walaupun ada di pertemuan kedua nanti. Setelah itu, seterusnya
kami akan membuat critical review dan argumentative essay dimana yang
terakhirlah yang akan dijadikan sebagai dessert dalam UAS nanti. Oleh
karenanya, saya sendiripun membutuhkan waktu yang extraordinary pula untuk
menyelesaikan tantangna besar ini.
Terkait dengan apa yang beliau
ucapkan, bahwasannya kami adalah Golden Generation untuk PBI
selanjutnya. Beliau juga mengatakan bahwa sebenarnya kami juga memiliki potensi
yang sama seperti yang lainnya. Oleh karena itu, potensi tersebut harus diasah
dengan baik, bak sebuah pisau yang sering diasah, maka akan semakin tajam.
Sebagai generasi penerus bangsa, kami harus bisa menjadi Resourceful yang
bermakna sebagai sumber yang memiliki banyak informasi, yang akan membentuk
komunikasi satu sama lain. Seperti contoh, mahasiswa ingin belajar atau
menanyakan hal tentang English Phonologi, maka mahasiswa semester 5 tersebut
harus bertanya pada mahasiswa semester 3.
Berlanjut pada pembahasan yang ada
di power point beliau, yang sedikit mengulas tentang hasil akhir keseluruhan
semua team dalam Mata Kuliah English Phonology. Bahwasannya team PBI-B berada
pada kedudukan ketiga terakhir dengan nilai 82,87, sedangkan ekspetasi beliau
adalah team kami berada di posisi kedua. Meskipun demikian, hal tersebut harus
bisa dijadikan motivasi untuk diri kita sendiri dan team untuk to be better.

Dalam writing 4 ini, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan disoroti adalah ihwal “learning how to write in
a second language is one of the most challenging aspects of a second language
learning (Hyland: 2003). Yang berarti bahwa belajar menulis bahasa inggris sebagai
bahasa kedua kita adalah salah satu tantangan yang berat. Mengapa? Karena
kemampuan menulis yang efektif adalah suatu hal yang memerlukan keluasan
(Extensive) dan petunjuk yang dispesialkan (Spesialised Instruction). Disebut
demikian, karena pada dasarnya seseorang menilai kemampuan bahasa kedua itu
dari segi atau aspek speakingnya. Padahal akan lebih baik jika kemampuan
speaking dan writing terlihat seimbang.

Mengapa demikian? Mengapa Extensive?
Dan kenapa harus specialized instruction? Kenapa harus dua-duanya demikian?
Extensive, yang berarti keluasan. Menurut pendapat saya, hal ini disebabkan
karena menulis adalah bukanlah hal yang mudah, membutuhkan idea tau imajinasi
yang biasanya dating atau muncul ketika kita sedang membaca. Dari membaca
tersebutlah fikiran dan mindset kita menjadi lebih creative dan extensive.
Terkait dengan specialized instruction, dikarenakan menulis tidak hanya
membutuhkan membaca ataupun ide-ide yang creative, akan tetapi trik-trik yang
jitu pun kita butuhkan. Hal tersebut demi tulisan kita menjadi karya yang
bermakna dan dihargai oleh masyarakat. Meskipun pada awalnya tulisan tersebut
biasa saja, sedikit demi sedikit akan menjadi extraordinary seiring berjalannya
waktu.
Setelah mengulas gambaran belajar
writing 4 untuk kedepannya, inilah sebagian point dalam my big challenges: Examining
how theories of writing and the teaching of writing have evolved. Dalam hal
tersebut, “Evolved” bermakna evolusi. Hal ini dapat diartikan bahwa teori dan
pengajaran writing akan berubah setiap masanya, dikarenakan hal tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan perbaikan untuk generasi selanjutnya. Dan
tentunya, tantangan yang dihadapi dalam setiap masa akan terus berubah pula.
Dengan adanya revolusi tersebut,
secara otomatis tanpa kita sadari bahwa curriculum dalam writing itu sendiri
akan terus berkembang. Oleh karenanya, istilah writing 4 ini sedikit berubah
menjadi “Writing for academic purposes.” Mengapa demikian? Karena dengan ini,
cara menulis kita akan berbeda karena resepnya pun berbeda. Resep menulis kita
ini menggunakan critical review dan argumentative, yang tentunya kita akan
terus dilatih untuk menjadi orang yang kristis.
Salah satu tantangan besar lagi
adalah “The uses of computer in writing instruction”, yang berarti bahwa setiap
apapun yang kita tulis akan di post ke dalam blog. Tentunya sebelum mengepost
ke blog, kita harus mengetik terlebih dahulu, kemudian mendesign tulisan
tersebut agar lebih indah dan berwarna. Inilah salah satu hal yang berat,
karena kita harus menyiapkan mata kita agar tidak mengantuk, serta jari-jari
kita yang akan menjadi keriting dan kaku setelah menulis dan mengetik di
computer.
Setelah mengetahui beberapa
tantangan yang harus dihadapi, beliau menjelaskan bahwa guru yang efektif
adalah guru yang dapat membuat informasi pilihan tentang metode, materi, dan
cara yang akan digunakan di dalam ruangan kelas yang berbasis pada pemahaman
serta praktiknya. Guru yang kuat juga adalah guru yang reflektif dan memerlukan
pantulan pengetahuan untuk mengkombinasikan aktivitas yang ada did lam kelas
untuk di sangkutpautkan dengan teori dan penelitian.
Apabila kita sadari, bahwa
sebenarnya menulis itu seperti halnya “Craftmanship” = keterampilan yang akan
berkembang baik dengan praktik. Memang pada dasarnya kita membutuhkan teori
untuk formulanya, setelah itu kita akan bisa memahami setelah terjun langsung
dan memahami lebih dalam. Seperti contoh, apabila kita sedang menjahit, maka
terlebih dahulu seseorang harus bisa menguasai teori dan menghitung tentang
ukuran kain yang dibutuhkan dan sebagainya. Oleh karenanya, teori itu sangat
penting dalam praktikumnya.
Terkait dengan nama “writing and
composition 4”, yang sebenarnya di dalam writing itu sendirisudah terdapat
composition. Lalu kenapa harus writing and composition 4? Kenapa tidak writing
for academic purposes? Sebenarnya di dalam writing itu sendiri, terdapat tujuh
hal penting, diantaranya: Struktur bahasa, fungsi teks, tema atau topic,
ekspresi yang kreatif, komposisi, isi, serta genre dan koteks writing. Yang
mana writing tersebut terdidi dari skill dan pengetahuan tentang teks, konteks,
dan readers.
Writing teaching includes:
·
Language Structures,
·
Text Function,
·
Theme or Topics,
·
Creative Expression,
·
Composing Processes,
·
Content,
·
Genre and Contexts of writing.
Sedikit mengulas ke pembahasan sebelumnya yang berkaitan dengan L1
(first language) dan L2 (second language). Dimana dalam hal tersebut beliau
mengatakan bahwa “your first language is the foundation for your second
language.” Dengan demikian, hal ini dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia yang
sebagai “our mother tongue” harus bisa kita kuasai dengan sebaik mungkin, karena
akan dijadikan sebagai fondasi dalam mempelajari bahasa kedua, yakni bahasa
Inggris.
Berlanjut ke slide akhir yang ada di power point, beliau menanyakan
kepada kami bahwa “Are you guys ready for this?” dan dalam benak saya menjawab
“Yes, I am surely ready.” Karena apapun
tantangan yang ada di depan kita, “willy nilly, ready or not, must be ready.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa apapun tantangan kita, harus tetap
kita jalani dengan enjoy. Dan mulai dari sekarang kita harus memperbaiki niat
kita untuk belajar, bukan karena hanya mengerjakan tugas dan mendapat nilai
yang baik. Mengapa? Karena usaha dan kerja keras yang lebih, biasanya akan
memuaskan hasilnya. Oleh karenanya, belajar kita yang awalnya ordinary harus
bisa menjadi extraordinary.
لا َتَطْلُبْ مِنَ الْجَزَاءِ اِلاَّبِقَدْرِ
ماَصَنَعْتَ
“janganlah engkau meminta balasan kecuali sebesar apa yang kamu
kerjakan.”
0 comments:
Post a Comment