1st Class Review
Pada tanggal 3 Februari 2014 adalah merupakan hari dimana para mahasiswa kembali aktif belajar dan mulai bergelut kembali dengan perkuliahan yang super padat. Pada hari itu diawali dengan mata kuliah writing and composition 4. Tentu kita tidak asing lagi dengan mata kuliah writing ini, yang selalu mendorong para mahasiswanya untuk giat dalam menulis, karena sekecil apapun kejadian yang terjadi di sekitar kita haruslah dengan membiasakan menulis. Bahkan beliau pernah memberikan life motto dalam syllabusnya yaitu, “what really matters in a pencil is not its wooden exterior, but the graphite inside. So, always pay attention to what is happening inside you.”
Kegiatan menulis dalam mata kuliah writing and
composition ini bukanlah merupakan hal yang asing lagi bagi para mahasiswa,
namun hal yang tidak asing ini masih saja dianggap sebagai beban. Dalam
syllabusnya Mr. Lala Bumela menuliskan bahwa hal yang mungkin terjadi dalam
mengikuti mata kuliah writing ini yaitu, sleepless night, sore eyes, back pain,
strained fingers, books scatteter all over the room, a lengthy talk with
colleagues, and of course, a handful bar chocolate and cups of coffee. But
above all, writing makes you a better student, a better individual, and of
course a better citizen. Enjoy!
Dalam metode writing ini beliau masih tetap
menggunakan metode sebelumnya yaitu menulis menulis dan menulis. Diwajibkan
pula harus ada weekly class review and chapter review sebagai passport untuk
mengikuti pelajaran. Ada sedikit perubahan pada metode beliau ini yaitu
penambahan halaman pada catatan log book kita. Kita juga akan dilatih untuk
berfikir kritis serta memberikan argumen. Kesemuanya itu telah terangkum dalam
syllabus beliau.
Pada pertemuan pertama Mata Kuliah
Writing ini akan membahas seputar motivasi dalam menulis. Mengapa menulis itu
perlu motivasi? Jelas sekali karena bangsa kita ini terancam keliteratannya,
dan kalah saing dengan Negara-negara lain, khususnya dengan negara Malaysia yang penduduknya lebih sedikit ketimbang
negara Indonesia. Namun bangsa mereka mampu menghasilkan karya tulis yang lebih
banyak dan lebih baik. Hal itu tentu tidak sebanding dengan jumlah penduduk
bangsa kita, bahkan bangsa kia di cap sebagai akademisi yang miskin karya
tulis. Untuk itu dalam upaya penanganannya, kita perlu memberi motivasi
terhadap bangsa ini dan menyadarkan akan pentingnya baca-tulis khususnya di
tingkat pergurua tinggi.
Mr. Lala Bumela pun dalam upayanya tlah
mengganti persepsi menulis ini dengan lebih ke arah menulis untuk tujuan
akademik (writing for academic purposes). Hal serupa juga pernah digagas oleh
Guru Besar Bahasa yakni Prof. A. Chaidar Alwasilah yang mengganti nama mata
kuliah bahasa Indonesia menjadi menulis akademik di kampus. Mengapa demikian?
Karena mayoritas dari para guru menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia
sudah lebih cukup untuk mengakomodasi kebutuhan akan keterampilan menulis. Maka
cara berfikir yang demikian dianggap sebagai cara berfikir yang menyesatkan dan
berbahaya.
Dalam prakteknya ini, tentu kita menghadapi
berbagai macam tantangan-tantangan. Apa saja tantangan kita saat ini? Berikut
ini adalah pembahasannya.
1. Examing how theories of writing and the
teaching ofwriting have evolved.
Kita harus meneliti bagaimana teori-teori penulisan dan
pengajaran dalam menulis itu apakah berkembang atau tidak. Sebab, mungkin
standar bagus yang kita raih sekarang-sekarang ini belum tentu bagus dan
memuaskan selamanya. Tentu harus ada perubahan dari waktu ke waktu, karena
standar dari waktu ke waktu itu mungkin akan berbeda-beda. Menurut Mr. Lala
Bumela guru atau dosen yang baik dan yang berkwalitas adalah yang dinamis, yang
selalu mau berkembang dalam pengajarannya.
2. The nature of good writing.
Tantangan kedua kita yaitu harus memiliki sifat menulis
yang baik, karena penulis yang baik akan mengetahui kepada siapa tulisan
tersebut akan ditijukan dan maknanya untuk siapa, tentu sebagai penulis yang
baik harus bisa mempertanggung jawabkannya.
3. The uses of computer in writing instruction.
Di era sekarang ini teknologi semakin berkembang pesat. Tentu saja kita
harus bisa mengoprasikan komputer dengan sebaik mungkin. Bagi yang belum bisa diharapkan
untuk bisa, karena perkembangan teknologi yang begitu canggih ini memaksa kita
untuk mempelajarinya, dan bahkan banyak lembaga-lembaga yang menyediakan jasa
kursus komputer. Dengan memanfaatkan penggunaan komputer dalam instruksi
menulis ini akan semakin memudahkan kita dalam berbagi tulisan-tulisan kita
dengan pembaca. Contohnya seperti menulis di blog, forum-forum kajian, group,
dan lain sebagainya sebagai penunjang penulisan. Demikianlah
tantangan-tantangan yang mungkin terjadi dalam menghadapi mata kuliah writing,
dan jika dikupas lebih lanjut mungkin masih banyak lagi.
Jadi
kesimpulannya, menulis ini melibatkan keterampilan dan juga pengetahuan tentang
teks, konteks, dan reader. Kegiatan menulis ini diharapkan seperti dalam
membuat sebuah kerajinan, karena dalam menulis hanya dapat ditingkatkan dengan
praktek atau pembiasaan. Writing is like craftmentship, maka jangan jadikan
sebagai beban.
0 comments:
Post a Comment