Saturday, March 1, 2014



Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.

Menurut Pranoto (2004; 9) menulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989; 1) writing is one of the most important things you do in college (menulis merupakan salah satu hal terpenting yang kamu lakukan di sekolah).
Menurut Eric Gould, Robbert DiYanni, dan William Smith (1989; 18)writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to interpert or make sense of something: a experience, a text an event (menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf heiroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
 Sejarah mencatat bahwa bahasa telah berkembang secara berbeda pada tiap peradaban manusia. Awal mula tulisan diketahui pada masa proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemoik. Penemuan tulisan ditemukan pada dua tempat yang berbeda: Mesopotamia (khususnya Sumer kuno) sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno Mesoamerika diketahui berasal dari Zapotec, Meksiko. Sementara itu, tempat berkembangnya tulisan masih menjadi berdebatan antara di Mesir yaitu sekitar 3200 SM atau di China pada 1300 SM.
Di indonesia sendiri terjadi dua periodisasi yaitu dari zaman pra-aksara menuju zaman sejarah. Zaman pra-aksara yaitu zaman di mana manusia belum mengenal tulisan dan zaman sejarah adalah zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan.
Pada masa itu manusia di Indonesia mengukir sejarah dengan cara menulis di batu, daun, pelepah pisang dan di pohon-pohon. Sangat kontras dengan era sekarang ini, perkembangan teknologi telah mengubah cara menulis. Penemuan pena, komputer, mesin cetak serta telepon genggam merupakan perkembangan teknologi yang mempengaruhi cara menulis dimasa modern. Kini penulisan dengan cara menekan tombol, tidak lagi dengan menggerakkan tangan. Semenjak itulah kegiatan menulis berkembang pesat, dengan diciptakannya teknik percetakan,  menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.
Seperti yang kita tahu dalam kurun waktu yang tidak begitu lama negeri ini sedang dihujani karya tulis. Banyak penulis senior dan pemula yang saling berlomba membuat karya terbaik. Sebenarnya apa sih gunanya menulis di dunia ini? Apa efek yang dimilikinya? Apakah itu dapat membantu mengubah dunia? Keputusan menulis itu seperti keputusan seorang guru yang akan bertanya, “Kenapa saya harus melakukan semua ini? Apa cara itu akan membantu semua orang? Ataukah melakukan semua itu hanya ingin memperkaya diri dan ataukah hanya untuk menghasilkan buku yang terbit tanpa ada makna dan tujuan dari tulisan yang kita hasilkan?”
Mengetahui tujuan menulis sangat penting, karena menulis merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran, bukan suatu permainan atau rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan, harus dilakukan dengan dorongan yang kuat. Dorongan yang kuat muncul karena adanya tujuan yang jelas. Keraf (1993: 34) mengemukakan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.
Secara umum, Semi (1990: 19) membagi tujuan menulis sebagai berikut:
a.     Memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, misalnya petunjuk cara menggunakan mesin, merangkai bunga, dan sebagainya.
b.    Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui orang lain, misalnya menjelaskan mengenai manfaat lari bagi kesehatan jantung.
c.     Menceritakan kejadian, yakni memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, misalnya menjelaskan tentang masa G30S/PKI.
d.    Meringkaskan yakni membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat, misalnya dari 150 halaman menjadi 10 halaman, maupun ide pokoknya tidak hilang.
e.     Meyakinkan, yakni tulisan berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.
Menulis adalah alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dilihat dari sudut pandang tersebut, fachrudin (1994: 3) mengemukakan kegunaan menulis secara rinci sebagai berikut.
a.     Menulis monolog menemukan kembali apa yang pernah diketahui. Menulis mengenai suatu topik merangsang pemikiran pembaca mengenai topik tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan  dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar.
b.    Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran untuk mencari pertalian, dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya tidak dimulai menulis.
c.     Menulis membantu mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri, hanya karena menulis.
d.    Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi; dapat dibuat jarak dengan ide sendiri dan dilihatnya lebih objektif pada waktu ditulis.
e.     Menulis membantu menyelesaikan masalah dengan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual sehingga dapat diuji.
f.     Menulis tentang suatu topik menjadikan seorang pelajar aktif.
Howard Zinn dalam bukunya yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books” mencoba membongkar suatu kebenaran yang ditutupi oleh topeng malaikat. Zinn akan memulai dengan memperkenalkan isu yang paling penting dari semua yang berkaitan dengan menulis. Ia bertanya, apa gunanya menulis bagi dunia ini? Apa efek yang dimilikinya? Apakah menulis dapat membantu mengubah dunia?
Seorang penulis sebelum memulai membuat suatu tulisan harus memiliki suatu keputusan yaitu: mengapa aku harus menulis? Apakah menulis dapat membantu seseorang ataukah hanya untuk meningkatkan kepropesionalan diri kita, atau hanya untuk memperoleh buku yang diterbitkan?
Zinn berpikir bahwa kita dapat menemukan era di mana tulisan-tulisan muncul dan kesadaran masyarakat dibesarkan dan kebijakan akan berubah setelah puluhan tahun berlalu. Menurut pendapatnya bahwa umur berkisar 15, 16, dan 17  memiliki efek yang sangat kuat ketika membaca buku-buku tertentu.
   Di dunia ini ada buku yang benar-benar akan mempengaruhi pola pikir kita, yang akan mengubah hidup kita. Pertanyaannya adalah bagaimana membuat suatu hubungan antara bagaimana para penulis mempengaruhi kita, dan apa yang kemudian kita lakukan, lantas koneksinya antara apa yang akan kita lakukan dan apa yang akan orang lain lakukan, selanjutnya apa hubungan dari apa yang orang lain lakukan dengan apa yang akan terjadi di dunia.
   Jadi pada dasarnya kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan dunia ini jika kita terus berdiam diri tanpa mau memulai untuk terjun dalam lintasan yang sangat membingungkan ini.
   Seperti yang dikatakan oleh Zinn ketika ia membaca Herman Melville, Billy Budd. Ia mengatakan bahwa ia dihadapkan dengan situasi di mana semua orang mematuhi hukum, semua orang patuh pada aturan. Billy Budd adalah seorang pria tak bersalah yang dihukum mati. Kita harus berpikir pada saat itu. Mungkin ada perbedaan antara hukum dan keadilan.
   Kita tumbuh dengan diajarkan bahwa kita harus mematuhi aturan, taat pada kedua orang tua, guru dan pada kepala negara. Namun ketika kita merenungi hidup, maka kita akan bertanya demikian, “Mengapa kita harus melakukan ini? Mengapa kita harus memikirkan mereka bukan memikirkan diri sendiri?” ini adalah wawasan yang kita dapatkan dari sebuah buku, mungkin itu hanya sebuah tulisan, namun siapa sangka jika tulisan itu bisa memiliki efek yang sangat besar.
   Terdapat wawasan penting yaitu masyarakat dibagi ke dalam berbagai kelas, dan pemerintah daerah umumnya mengikuti perintah dari orang-orang dengan kekayaan dan kekuasaan yang tinggi.
Banyak sekali ketimpangan politik dan hukum yang terjadi di negeri ini, yang kaya hidup nyaman dan yang miskin semakin tertindas. Bisa kita bayangkan manipulasi hukum yang terjadi di depan mata kita, Putra bungsu Hatta Radjasa itu pada 1 Januari silam, mengemudikan mobil BMW dengan kecepatan tinggi lalu menabrak mobil Luxio di Tol Jagorawi. Dalam kecelakaan tersebut dua orang meninggal. Dalam kasus ini polisi tidak berani terbuka soal kecelakaan maut BMW tersebut. Memang Rasyid sudah menjadi tersangka, tapi diistimewakan. Rasyid dijerat pasal 283, 287 dan 310 UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009, dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Setelah kejadian, polisi tidak menahan pria yang menimba ilmu di London, Inggris itu dengan alasan trauma, dan pihak keluarga memberi jaminan Rasyid akan kooperatif. Ternyata Rasyid kembali mendapat perlakuan khusus. Saat pelimpahan berkas tahap kedua dari Polda Metro Jaya ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, Rasyid tidak ditahan.
Pada dasarnya apapun yang terjadi di dunia ini bisa dimanipulasi, rakyat kecil di manapun tidak bisa melawan kalangan atas karena merekalah yang memegang kendali atas segalanya. Istilahnya bisa dikatakan “Fakta-fakta tidak ada, tapi fakta!” jadi di dunia ini tidak ada yang kita sebut sebagai fakta murni tanpa ada campur tangan kelompok tertentu.
Berbicara kebenaran melalui buku sebagai bukti yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya atau valid ( referensi yang jelas ). Buku mengoperasikan dalam banyak cara untuk mengubah kesadaran seseorang. Dengan membaca, seseorang dapat mengetahui bahkan menemukan realita atau fenomena kehidupan.
Seseorang tahu tidak hanya dari mendengar saja, melainkan harus mengetahui fakta, yakni dengan cara membaca teks. Menulis dan membaca merupakan suatu media yang dapat membuat perspektif atau pandagan seseorang terbuka.
 Salah satu contohnya ketika suara diproduksi maka akan langsung hilang pada saat itu juga kecuali jika suara tersebut direkam, ia akan bisa diperdengarkan kembali. Hal tersebut bisa diimplikasikan pada Sejarah. Sejarah jika hanya direpresentasikan melalui mulut ke mulut tanpa ditulis, ia akan hilang. Ilmu pun jika tidak diikat dengan tulisan, ia akan hilang, jadi tulisan merupakan suatu media untuk mengikat pengetahuan yang diperoleh baik melalui komunikasi verbal (lisan) maupun dokumental (tulisan).
Menguasai teks dapat memanipulasi atau memutar-balikkan sejarah (dunia). Menurut Howard zinn bahwa christopher Colombus itu bukanlah pahlawan. dia adalah orang yang berfaham komunis. Dia juga bukan penemu benua amerika. Dia adalah penjahat, orang yang serakah, pembunuh, penindas kelompok ras hitam yang ada di benua amerika.
Ketika kita mempelajari sesuatu dengan informasi maupun fakta-fakta yang tidak utuh maka akan mempengaruhi pemikiran kita, kita akan termakan oleh sesuatu informasi yang belum tentu kebenarannya. Sama halnya ketika kita membahas bahawa Colombus itu adalah penjahat bertopeng malaikat, maka kita harus membuktikannya dengan mengumpulkan berbagai data dan fakta yang akurat.
Katika kita belajar mengenai sesuatu, maka kita tidak boleh mempelajarinya dengan sepotong-sepotong karena itu akan menghasilkan dampak yang begitu besar. Mari kita lihat dari sejarah awal Colombus, dari sana kita bisa menarik kesimpulan apakah Colombus itu adalah seorang pahlawan ataukah penjahat besar?
Melalui teori Afrika Barat, di sana tercatat bahwa  ada dua bagian dunia Islam yang mengadakan kontak dengan orang-orang di benua Amerika sebelum Colombus. Di Afrika barat terdabat sebuah kerajaan islam terbesar yang disebut kerajaan Mali dengan raja yang paling terkenal yaitu raja Mansa (Musa). Pada saat itu kerajaan Mali yang dipimpim oleh adik dari raja Mansa yaitu Abu bakar pernah berlayar menyebrangi samudra Atlantik dengan 400 awak kapal. Namun dari  jumlah yang besar itu hanya satu kapal yang kembali dan melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah daratan luas tanpa nama. Kemudian raja Mansa dan adiknya melakukan ekspedisi dengan 2000 awak kapalnya menuju daratan tersebut.
Walaupun tidak ada catatan spesifik yang kuat tentang sejarah kerajaan Mali yang bersinggah di benua Amerika, namun badan arkeologi di daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan membuktikan bahwa kerajaan Mali memang pernah datang ke sana. Orang Spanyol saat datang menjajah wilayah Amerika, mereka menemukan sebuah prasasti di wilayah Brazil dengan menggunakan bahasa Mandalika (bahasa Mali). Lebih dari itu, prasasti dalam bahasa Mandika juga ditemukan di wilayah Amerika Serikat; di wilayah Misissipi dan Arizona. Di Arizona prasasti tersebut mengabarkan tentang gajah-gajah sakit, padahal gajah bukanlah hewan asli Amerika. Ini pun menjadi indikasi kesuksesan perjalanan Mansa Abu Bakar menuju daratan Amerika.
Data-data historis di atas adalah bukti shahih yang menunjukkan ekspedisi kaum muslimin dilakukan sebelum keberhasilan Columbus menginjakkan kakinya ke benua Amerika di tahun 1492, bahkan mungkin Columbus sendiri mengetahui bahwa dirinya bukanlah orang yang pertama melakukan hal itu. Columbus berlayar dari Spanyol di tahun yang sama dengan runtuhnya dinasti Islam terakhir di tanah Iberia. Selain itu banyak masyarakat Iberia yang beragama Islam dan sangat mengenal sejarah masa keemasan Islam. Pelayaran Columbus juga banyak diawaki oleh orang-orang Islam yang dipaksa memeluk Katolik atau dibunuh, Columbus pun bisa dengan mudah mendengar kisah tentang dunia baru tersebut lalu terinspirasi untuk menuju ke sana.
Setalah Columbus tiba di Amerika, ia mencatat beberapa hal syi’ar-syi’ar Islam di daerah tersebut. Ia berkomentar mengenai emas yang dimiliki oleh penduduk asli, dibuat dengan paduan dan tata cara yang sama dengan yang dibuat oleh kaum muslimin dari Afrika Barat. Columbus juga mencatat bahwa kata asli untuk emas di daerah tersebut disebut dengan ghunain, yang sangat mirip dengan bahasa Mandika untuk menyebut kata emas, yaitu ghanin, sangat mirip sekali dengan bahasa Arab ghina yang berarti kekayaan.
Ini memang sangat miris, keotentikan sejarah diputar balikkan demi kepentingan individu dan kelompok, kebenaran ditutupi dari kenyataannya. Jika saja Columbus itu memang pembohong? Lalu bagaimana dengan yang terjadi di negara kita?
Peristiwa yang terjadi pada negeri ini pada tanggal 30 September 1965. Peristiwa yang kita kenal dengan G 30 S/ PKI, ini masaih sangat misterius. Peristiwa tersebut adalah peristiwa yang merusak keutuhan Pancasila di mana terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap 7 orang jendral yaitu jendral TNI Ahmad Yani, Letjen TNI MT Haryono, Letjen TNI S Parman, Letjen TNI Suprapto, Mayjen TNI Sutoyo, Mayjen TNI DI Panjaitan dan Jendral AH Nasution.
Selang hanya satu hari yaitu pada 1 Oktober 1965 para pelaku pemberontakan itu berhasil diringkus dan ke 7 korban penculikan dan pembunuhan berhasil ditemukan di kawasan Lubang Buaya, Halim, Jakarta Timur dibawah komando seorang perwira tinggi yang lolos dari target penculikan dan pembunuhan yaitu Mayjen TNI Soeharto. Benarkah peristiwa ini ?
Beberapa puluh tahun lalu di era orde baru ada sebuah film dokumenter yang berjudul Pemberontakan G 30 S PKI yang wajib disaksikan oleh murid sekolah dasar bahkan beberapa kali diputar di TVRI pada setiap tanggal 30 September. Namun beberapa sumber menyatakan bahwa film dokumenter tersebut tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya bahkan justru terjadi pemutarbalikan fakta. Dalam film tersebut ada istilah Resolusi Dewan Jendral yang berencana untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno serta pengambil alihan kekuasaan atau mungkin lebih tepatnya dengan kudeta militer. Rencana ini terdengar oleh para pemimpin PKI yang merasa sangat khawatir apabila Soekarno digulingkan maka akan mengancam posisi PKI yang saat itu mendapat dukungan penuh dari Soekarno. Para pemimpin PKI melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah penggulingan kekuasaan tersebut dengan menumpas dewan jenderal tersebut sebelum mereka melakukan aksinya.
Berita di atas memang membuat kita bingung karena kita tidak lahir pada masa itu sehingga kita tidak tahu betul kebenaran yang terjadi pada masa kelam saat itu.
Seperti yang terjadi baru-baru ini perihal pelarangan bedah buku Tan Malik disebuah perpustakaan yang ada di kota Surabaya. Ini menjadi pertanyaan besar karena bukan hanya masyarakat yang menolak adanya acara bedah buku tersebut, melainkan didukung oleh pihak kepolisian dan ormas pemuda Indonesia. Pertanyaannya adalah ada apa dengan isi buku itu? Apakah mengadung unsur fakta yang selama ini telah ditutupi oleh para sejarawan hingga tidak boleh didirikan diskusi buku Tan Malaka tersebut?
Penulis memanglah orang yang bisa memutarbalikkan fakta, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Namun kita sebagai pembaca pun tidak boleh begitu saja percaya pada apa yang disajikan oleh penulis, kita sebagai pembaca harus memiliki wawasan yang luas pula agar tidak tersesat di hutan kata tanpa fakta.
Kesimpulannya adalah semua yang terjadi di dunia ini adalah pilihan, di mana kita sebagai penulis akan berjalan digaris yang benar ataukah kita sebagai penulis akan berada digaris yang salah dan menjadi pembohong terbesar sepanjang sejarah. Maka mulai lah menulis untuk sebuah kebenaran dan merubah dunia. 


Reverensi 

1 comments:

  1. di 9-10 paragraf pertama kamu terlalu memberanikan diri untuk mengungkap sesuatu yang semestinya tidak kamu bahas segamblang itu, karena pada akhirnya kamu nampak gagal menghubungkan isu mengenai writing dengan isu besar yang diungkap oleh Zinn. Kenapa tidak menegaskan saja posisi sejarah dengan literasi misalnya? atau kenapa kamu tidak mengungkap ulang apa yang diteorikan oleh Lehtonen tentang teks?

    ReplyDelete