Saturday, March 1, 2014


Power: Manipulate the World Through History
                                                           (by: Nofi Maryana)

            Musim literasi baru-baru ini, anda mungkin mengisi hari-hari dengan membaca buku milik Prof. Chaedar “Pokoknya Rekayasa Literacy”, buku milik Mikko Lehtonen “The Cultural Analysis of Text”, buku Ken Hyland “Second Langue Writing” atau mungkin anda rajin membaca buku sejarah, kemudian suatu hari dosen anda memberitahu bahwasanya buku-buku itu adalah fiksi atau sesat dan sejarah adalah kisah palsu. Bagaimana anda menanggapinya?
            Bagi anda yang belum mendalami buku-buku itu, anda mungkin akan berhenti mempelajarinya dan percaya pada ucapan dosen anda. Tapi bagi anda yang kritis tentu anda tidak akan percaya begitu saja. Anda akan mencari tahu kebenarannya lewat membaca bukan? Anda akan membaca buku apapun yang berkaitan dengan fakta buku tersebut. Anda tidak begitu saja percaya dengan perkataan orang lain meski itu dosen anda. Pertanyaannya sekarang adalah kenapa untuk membuktikan kebenaran suatu ucapan harus dengan membaca?
            Kegiatan mengapa mencari kebenaran sebuah perkataan harus lewat buku inilah bahan yang perlu dikaji. Seperti masterpice dari Howard Zinn “Speaking Truth to Power with Book”dalam buku Alisse Waterston and Maria D.Vesperi “Anthropology Off The Shelf” yang menjelaskan tentang powerful book yang dapat merubah pandangan pembacanya.

Howard Zinn

            Howard Zinn adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dramawan dan juga aktivis sosial. Dia juga seorang profesor di Boston University selama 24 tahun Ia banyak menulis buku tentang sejarah Amerika dan hampir keseluruhan karya-karya akademiknya, wawancara, dan tulisannya mengkritik AS. Salah satu bukunya yang terkenal adalah A People's History of the United States: 1492 to Present .Speaking Truth to Power with Book adalah salah satu masterpiecenya yang tidak diartikan dengan kebenaran ucapan dengan kekuatan buku, ini lebih seperti idiom yang berarti berbicara kebenaran kepada kekuasaan dengan perantara buku. Dalam artikel itu beliau menceritakan kisah hidupnya yang pada akhirnya menyadarkannya akan kekuatan buku yang mampu mengubah kehidupan banyak orang.
            Howard Zinn juga mengungkapkan bagaimana powerful book itu. Ia mengatakan bahwa ada sejumlah cara dimana buku dapat mengubah kesadaran pembacanya. Buku memperkenalkan sebuah ide yang belum terpikirkan sebelumnya dan ini sering terjadi pada banyak orang. Ia mencontohkan dirinya sendiri. Setelah dia membaca buku karya Herman Melville “Billy Budd”, dia mengetahui hukum dan keadilan. Hukum memang harus ditaati namun keadilan harus ditegakkan, bukan begitu? Manusia tumbuh diajarkan untuk menaati peraturan, menaati orang tua, guru, hingga presiden. Namun ada saatnya dimana dalam kehidupanya, manusia pasti pernah berpikir kenapa harus mereka menaati peraturan, melakukan ini dan itu, mengapa tidak memikirkan diri sendiri saja? Pertanyaan seperti ini timbul dari pemahaman yang mendalam yang hanya bisa didapat dari membaca buku. Meski pemahaman itu tersirat dalam stori tapi itu mempunyai powerful effect.
            Economic Interpretation of the Constitution by charles beard, buku selanjutnya yang Howard Zinn baca. Ia berkata bahwa kita tumbuh di negara dimana semua orang yang menjunjung para pendiri bangsa dan konstitusi. Konstitusi adalah dokumen suci sehingga tidak ada yang berani mengatakan apapun untuk melawan konstitusi. Namun semua itu palsu. Charles Beard membedah dan menganalisis 55 orang yang berkumpul di philadelphia untuk menulis konstitusi. Charles Beard memberitahu manusia siapa sebenarnya mereka, berapa banyak lahan dan budak yang mereka miliki, berapa banyak obligasi yang mereka pegang, kelas apa dimana mereka berada. Intinya mereka yang duduk di bangku pemerintah—white man membingkai semua keinginan dan kepentingan mereka dalam suatu bingkai indah bernama konstitusi.
            Disana ada pemahaman yang penting bahwa masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas dan pemerintah umumya mengikuti perintah dari orang-orang yang kaya dan berkuasa. Bagi anda yang tidak tahu, anda mungkin berpikir bahwa pemerintah itu baik dengan mewakili aspirasi atau kepentingan anda, sebenarnya mereka menyampaikan yang berbeda dengan anda. Anda akan mendengarkan dan mematuhi apa yang diperintahkan mereka dan anda mungkin akan berakhir. Jadi banyak wawasan penting yang berasal dari buku-buku. Semua apa yang dicontohkan oleh Howard Zinn adalah pengalamannya, bagaimana ia menyadari suatu kebenaran yang selama ini tidak ia ketahui dengan membaca.
            Sekarang yang patut dipertanyakan adalah mengapa kebenaran selalu kalah ketika menghadapi kekuasaan atau kekayaan? Bahkan sejarah yang merupakan silsilah sebuah negarapun bisa dipalsukan. Masih ingatkah akan kalimat “seseorang yang menguasai teks bisa menguasai sejarah, mengubah bahkan membolak-balikkan sejarah”. Dari sinilah Howard Zinn mendapat keberanian untuk mengungkapkan kebenaran sejarah. Lewat buku-bukunya ia mengungkapkan kebenaran yang umumya ditunjukan kepada yang berkuasa atau yang memiliki tahta. Ya  Amerika, salah satunya yang terkenal adalah tentang kebenaran sejarah Columbusnya.
            Columbus yang dikenal sebagai penemu benua Amerika ini. Sejatinya bukan manusia yang pantas dielu-eluhkan seperti itu. Dalam sejarah yang banyak diketahui, membumi bahwa Chistoper Columbus adalah pahlawan Amerika, Columbus seorang penemu yang besar, tapi seperti yang diungkapkan Howard Zinn, Columbus tak lebih dari seorang pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi, seorang yang munafik, tamak, dan tidak segan-segan mencincang orang-orang. Kenyataan yang diungkap oleh Howard Zinn ini tidak luput dari kritikan dari sana-sini bahkan sampai disebut seorang komunis. Namun kembali bahwasannya apa yang ia tulis adalah sebuah hasil analisis dalam kurun waktu yang lama dan banyak bukti lain yang menguatkan teori Zinn akan keaslian sejarah Columbus.
Sedikit akan dikupas tentang sejarah Columbus yang belum banyak orang tahu. Columbus sendiri tak tahu jika ia telah menemukan Amerika. Saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika,  ia masih mengira itulah tanah India. Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
"Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah.  Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki. Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu. Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan." Columbus juga menulis, "Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama."
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting:  di mana ada emas?
Helen Ellerbe, dalam "The Dark Side of Christian History" (hal. 86-88) menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka. Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Nah, kini apakah masih pantas  Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluruh dunia dengan "Columbus Day"? Setelah mengetahui fakta kekejaman dirinya?
Hingga kematiannya, Columbus mengklaim telah mendarat di Asia. Ditekankan kembali bahwa apa yang "ditemukan" oleh Columbus adalah kepulauan Bahama dan sebuah pulau yang kemudian dinamakan Hispaniola -- yang kini terbelah menjadi Haiti dan Republik Dominika. Columbus memang menjelajah lebih jauh ke selatan, ke Amerika Tengah dan Selatan. Tapi, dia tidak pernah mendekati wilayah, yang kini menjadi sebuah negara bernama Amerika Serikat. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Columbus bukan penemu Amerika.
Lalu mengapa Amerika Serikat (AS) merayakan hari seorang yang tidak beradab dan berperikemanusiaan seperti Columbus? Mengapa AS merayakan perjalanan seseorang yang mengira ia menemukan rute baru ke Asia dan tanah yang digambarkan Marco Polo ini? Jawabannya adalah karena di awal pendiriannya, Amerika Serikat beperang dengan Inggris, dan bukan Spanyol. Padahal, berdasarkan dokumen dengan paten kerajaan dari masa Henry VII mengungkap  bahwa orang yang pertama menemukan Amerika adalah pedagang asal Italia, John Cabot.
Di dokumen itu diketahui bahwa Cabot berlayar dari Bristol Inggris ke Amerika Utara pada 1497, tepatnya di Newfoundland. Cabot adalah peletak dasar kolonialisasi Inggris di Amerika utara, sedangkan perkembangan koloni merupakan hal yang buruk bagi penduduk asli Amerika. Mereka kehilangan negeri mereka, dan banyak dari antara mereka yang meninggal akibat variola, penyakit yang dibawa bangsa Eropa ke Amerika. Jadi bangsa jajahan lebih suka menjadikan Columbus sebagai pahlawan, alih-alih Cabot. Itulah mengapa ibukota AS adalah Washington DC -- District of Columbia, bukan District of Cabot. Jelaslah kini mengapa AS tidak menyebut Cabot sebagai penemu Amerika karena Cabot adalah peletak dasar kolonialisasi Inggris di Amerika. Sebagai bangsa yang berperang atau bahkan dijajah oleh Inggris. Amerika tidak sudi menamakan negaranya dengan nama penjajahnya.
Dengan ini mata anda mungkin sedikit terbuka, betapa kebenaran itu disembunyikan sebegitu rapihnya. Buku setidaknya dapat merubah paradigma juga cara berfikir anda dan pada akhirnya kesadaran anda akan muncul dengan sendirinya. Seperti yang dikatakan oleh Howard Zinn pada Rachel Carson yang menulis buku tentang The Sea Around Us bahwa untuk menyadarkan atau membuka kesadaran orang lain tidak perlu membuat penilaian (judgement) atau editorialize, tapi hanya harus mengatakan kebenaran atas apa yang terjadi. Kadang-kadang hanya dengan memberitahu orang-orang tentang sesuatu yang mereka tidak tahu itu lebih penting karena dengan itu saja akan mampu  mengerakkan orang-orang ke greater consciousness mereka.
Amerika. Bagi anda yang kritis, negara adikuasa dan adidaya seperti Amerika mampu menutupi kebenaran sejarah sebegitu rapihnya, ada apa dibalik itu semua? Apa lagi yang disembunyikan dari mereka dan lagi-lagi mengapa kebenaran kalah dihadapan kekuasaan? Dikatakan bahwa kebenaran selalu dan akan tidak terlepas dengan kekuasaan. Secara sederhana diartikan bahwa siapa atau apa yang berkuasa, ia lah yang benar. Buku karya James W. Loewen “Lies Across America: What Our Historic Sites Get Wrong patut dijadikan referensi berikutnya.
“If Americans would accept only perfection, it wouldn’t happen.
Zinn wouldn’t compromise, and while I admired him,
I couldn’t go along with him.”
David Mayers.

Dalam buku Lies Across America: What Our Historic Sites Get Wrong tersebut dijelaskan bagaimana sejarah di sembunyikan kebenarannya dari dunia, dan kebohongan-kebohongan Amerika atas perbudakan bangsa kulit hitam—bangsa afrika. Pada mulanya budak sebagai bentuk hukuman bagi orang-orang yang telah melakukan perbuatan kriminal dan melanggar hukum yang berlaku. Orang yang terhukum di hukum dengan cara dipaksa untuk melakukan apapun yang disuruh oleh tuannya atau penguasanya. Akan tetapi, lama kelamaan budak itu diperjualbelikan  secara umum. Maka timbullah perdagangan budak yang tidak mengenal perikemanusiaan dan laut-laut antara Amerika-Afrika penuh kapal-kapal budak. Perdagangan budak Negro (kulit hitam) memuncak pada awal pertengahan abad ke 18 (antara tahun 1720-1760) sesudah pada tahun 1713 terjadi perjanjian Asiento (el pacto del asiento de Negros) antara Spanyol dan Inggris yang memberi monopoli kepada Inggris untuk mengimport budak Negro dari Afrika ke Amerika.
Kaum Negro mendapatkan diskriminasi ras dan prasangka, yang terjadi terhadap imigran atau orang-orang yang berkulit hitam dari Afrika yang dijadikan sebagai budak pekerja dan merupakan satu-satunya etnis yang datang ke Amerika Serikat tanpa sukarela. Mereka dibawa secara paksa dari Afrika, bermil-mil jauhnya hanya untuk dijual dan dijadikan budak.  Middle Passage adalah sebuah perjalanan yang begitu mengerikan bagi para budak. Sebuah rute pelayaran para budak dari benua Afrika ke benua Amerika melewati samudera Atlantic yang juga terkenal dengan Transatlantic. Perjalanan dengan kapal laut yang membutuhkan waktu selama 8 hingga 10 minggu untuk sampai ke benua Amerika. Middle Passage adalah perjalanan yang dehumanis karena perlakuan para pedagang Eropa yang membawa budak diperlakukan secara menyedihkan dengan model “loose Pack”.
 Para Budak berdesak-desakan di dek kapal, diberi makan sedikit, tidak ada toilet, sehingga muntahan, berak, kencing dilakukan di tempat yang sama, sehingga banyak budak yang menderita sakit. Nah dari sinilah muncul sejarah yang mengatakan penyakit sifilis yang melanda Eropa terjadi setelah Columbus kembali dan ini mengubah jalannya sejarah. Orang asli Amerika yakni suku Indian—orang-orang kulit putih tidak jadi diperbudak oleh Columbus karena adanya orang kulit hitam Afrika. Dengan begitulah orang Amerika menyatakan Columbus sebagai penemu benuanya karena Columbus dapat menyebabkan revolusi dalam pemikiran seseorang.
 Kemudian masih ada jalan lain yang menunjukan bahwa buku memiliki powerful effect yakni sangat sering ditemukan orang yang meyakini bahwa mereka mengetahui sesuatu padahal mereka benar-benar tidak tahu apapun. Menanggapi ini kembali lagi ke pembahasan minggu lalu bahwa kebenaran yang ada dalam buku hanya bisa diketahui jika buku itu dibaca. Sedangkan orang yang gemar membaca adalah orang-orang yang berliterasi tinggi. Katakanlah Indonesia, tingkat literasi Indonesia bisa dikatakan rendah karena buku belum menjadi konsumsi wajib negara ini. Orang-orangnya tidak suka pada teks, membaca bukupun tidak, maka wajar bila mereka buta akan sejarah. Mungkin jika sejarah Indonesia dipropagandapun mereka  tidak akan tahu.
Contoh lainnya yang membuktikan bahwa kekuasaan dapat menutupi kebenaran sejarah adalah Perang Kedongdong yang terjadi di Cirebon. Perang kedongdong merupakan pemberontakan rakyat Cirebon yang melibatkan Pangeran Raja Kanoman, itu murni perlawanan rakyat terhadap penindasan Belanda. Putra mahkota itu menolak menjadi sultan, karena tidak mau tunduk kepada Belanda yang menarik pajak paksa kepada rakyat Cirebon. Akan tetapi, tidak semua orang bahkan masyarakat Cirebonpun banyak yang tidak tahu soal Perang Cirebon ini. Perang ini seolah-olah hanya menjadi sejarah lokal masyarakat padahal ini penting bagi perkembangan sejarah Indonesia sendiri.
Mirisnya lagi kecamuk Perang Kedondong ini, bahkan ditulis dengan gaya naratif-deskriptif oleh prajurit Belanda bernama Van Der Kamp. Buku Van Der Kamp itu, bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ejaan lama 1952. Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Belanda dan tersimpan rapi di perpustakaan di Negeri Kincir Angin itu. Dapat dilihat bahwa dalam kasus ini yang menguasai teks adalah Belanda, sedangkan belanda musuh Indonesia. Siapa tahu apa yang mereka tulis itu berbeda dengan sejarah aslinya, karena lagi-lagi orang yang menguasai teks adalah orang yang mampu membolak-balikkan sejarah.
Berbicara tentang sejarah, buku adalah salah satu sumber yang paling valid. Buku tidak hanya dapat menimbulkan social consciousness tetapi juga bisa mengubah dunia. Dalam islam ada satu buku yang masuk dalam 10 buku yang dapat mengubah dunia, yakni Canon Of Medicine, Avicenna. Why it changed the world: It brought together the knowledge and theories of Ancient Greek, Persian, and Indian medicine (largely forgotten otherwise) and combined it with contemporary 11th century understanding. It laid the foundations of modern medical science.
            Untuk menyadarkan atau menyatakan kebenaran kepada orang yang berkuasa atau tentang suatu yang berkuasa, haruslah dengan buku. Buku adalah bentuk tertulis sebuah informasi, ide, pengetahuan yang valid. Bagaimana buku bekerja merubah paradigma bahkan kehidupan pembacanya dengan powerful effect nya. Buku dapat dibaca dan diproduksi oleh siapa saja serta dapat menyebar kemanapun sedangkan ucapan atau perkataan sifat alaminya adalah fana (begitu dihasilkan akan langsung hilang) dan untuk menyebarkan kebenaran, manusia tidak mungkin pergi kesatu tempat ketempat lainnya apalagi itu di belahan dunia yang berbeda.
            Seperti yang dikatakan Howard Zinn bahwa jika ia menulis, ia kelak memiliki murid-murid yang akan membacanya. Perang yang sesungguhnya bukan di medan pertempuran tetapi di pikiran manusia yang akan menemukan kebenaran dan kepalsuan yang datang padanya lewat buku. Oleh karenanya Howard Zinn taught his colleagues to write with lucidity and accessibility and to use a sturdy anecdote to illustrate the point.
            Powerful book effect diantaranya adalah buku memberikan apa yang pembaca belum dapatkan, buku menyajikan sesuatu yang berbeda dari pengetahuan yang lebih dahulu didapat oleh pembaca dan membentuk pemahaman baru. Jadi pantas apabila seseorang berkata bahwa Book can changes my life karena Buku merupakan kebenaran yang sangat hakiki, tidak ada kebenaran yang paling benar selain buku, apa yang diungkapkan buku dapat menginspirasi banyak orang.
            Diatas dijelaskan banyak sejarah bukan tanpa tujuan. Berbicara kebenaran pasti berbicara tentang sejarah, tapi pada kenyataannya sejarah yang dianggap sakral justru mengandung kepalsuan yang notabene disebabkan karena faktor kekuasaan atau dengan kata lain disebabkan oleh orang-orang yang berkuasa. Jadi untuk melawan kekuasaan tersebut demi mengungkap kebenaran hakikinya perlu adanya strategi khusus, tiada lain dan tiada bukan adalah melalui buku. Dengan segala keistimewaan tulisan atau buku insya Allah kebenaran akan terungkap dengan sendirinya. Oleh karena itu, kesadaan akan pentingnya kebenaran dalam arti sejarah perlu ditanamkan. Sense of belonging akan suatu negara akan tercerminkan dari seberapa dekat ia dengan sejarahnya dan sejarah yang valid itu adalah sejarah yang dituliskan.

Content of Critical Review:

Dark Green : Introduction
Dark Blue : Summary
Black :Main Body
Red : Conclusion


Referensi

        New York: The New Press.


2 comments:

  1. It seems that you failed in identifying your PRIMARY AUIDENCE. I am your premimu customer, so you dont have to use some phrases like you talked to your friends

    ReplyDelete
  2. yes sir, i am forget about it and too focus on the content. i am sorry sir

    ReplyDelete