Hampir
tak terfikirkan ku arungi bersama sepinya angin malam yang tak terasa merasuk
bergemuruh ke dalam persendian urat nadi ini. Bersemayam pula jiwa dan fikiran
nan sepi yang tak dapat kupungkiri bahwa hati ini butuh kejernihan dini.
Bernaung mencari arti yang sebenarnya tentang apalah arti sejarah pada sosok
kehidupan dan literasi masa depan. Kebimbangan tak jua redup bergegas menuju
seluruh sel di otak. Namun jawaban pun tak kunjung menghampiri setelah denting
jam melaju untuk yang ke sekian kalinya.
Rasanya
kalau hanya terus difikirkan tanpa melakukan apapun hanya akan membuat diri
kita semakin tertinggal untuk menuju garis finish. Kinilah saatnya kita
bergelayut dalam dunia yang sudah semakin modern. Ladang masa depan ada
digenggaman kita, dan sekarang tinggal bagaimana cara kita mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan
literasi pun tak lepas dari baca-tulis yang di dalamnya juga menyinggung
mengenai Classroom discourse.
Menurut
Betsy Rymes (2008) dalam bukunya yang berjudul “Classroom discourse Analysis”
yang membahas tentang Discourse, yakni bahwa discourse ialah suatu bahasa
(language) in-use. Di sini menegaskan kembali bahwa setiap orang memiliki
keunggulan berbahasa yang baik dan beberapa orang pula mempercayai bahwa
komponen utama bukan hanya bahasa, akan tetapi suatu praktek yang dapat
diterapkan sebagai bukti pengaplikasian suatu discourse.
Masih
ingat dibenak kita bahwa suatu kemajuan sangat penting untuk kita raih, baik
itu dalam intelektual, peradaban bahkan pola tingkah laku terhadap literasi.
Pendidikan pulalah sebagai salah satu penunjang kesuksesan itu. Literasi dapat
dilakukan dengan cara apa saja karena itu merupakan suatu upaya tiap individu
untuk merekayasa literasinya sendiri. Dalam dunia pendidikan peran guru
sangatlah penting dalam mengarahkan dan membimbing siswanya menjadi siswa yang
berliterate. Masih seputar pendidikan, terdapat suatu penegasan dari Ken Hyland salah seorang
penulis buku “Teaching and Researching
Writing” yang memaparkan mengenai literasi, yaitu :
Ken Hyland |
|
Di sini dapat diambil poin bahwa literasi merupakan suatu pola
aktivitas individu yang membuktikan apakah dia dapat melakukan baca-tulis atau
tidak sesuai dengan konteks yang ada di dalamnya dan juga bagaimana cara mereka
memahaminya. Dan yang lebih penting adalah bahwa lading kita yang sebenarnya
adalah discourse, bukan composition. Tidak hanya dalam pendidikan saja,
literasi pun berkecambah dalam sejarah, ekonomi, psicology, dan sebagainya.
Teks merupakan suatu artefak. Akan tetapi berkaitan dengan sejarah,
artefak maupun non-artefak selalu berkesinambungan dan biasanya akan terus
berkembang berdasarkan arus zaman. Negara kita bukanlah Negara yang kaya akan
penutur asli sebagai saksi sejarah, karena sekarang kita dapat mengakses segala
sumber dari manapun yang kita inginkan, baik itu dari internet, media surat
kabar, jurnal, dan sebagainya. Buku, dan tumpukkan buku, mungkin kata itulah
yang tepat sebagai sumber media segala informasi dari berbagai buku.
Mari segarkan kembali dibenak kita tentang Howard Zinn salah seorang
dosen, penulis dan lebih dari 20 buku yang telah di terbitkan, bahkan aktifis
social, Beliau adalah asli berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 24
Agustus 1922- 27 Januari 2010. Seseorang yang benar-benar dapat dijadikan
contoh buat kita semua, tentang arti penting sebuah romance kontekstual dalam
buku yang terdiri dari puluhan, ratusan, bahkan ribuan lembaran . Bagi pembaca
pemula, mungkin pada awalnya enggan untuk membaca, akan tetapi semua kembali
pada kemauan dan potensi pemahaman yang dimiliki tiap individu. Howard Zinn
juga mengungkapkan ekspresinya pada saat membaca salah satu buku karya
mahasiswanya dan beliau mengatakan bahwa dengan membaca buku dapat merubah
dirinya.
Ketika kita dihadapkan dengan sejumlah lembaran kertas bertemakan
sejarah, sejarawan, apa yang kita fikirkan? biasanya kita cuek, dan acuh tak
acuh. Padahal dari membaca sejarah tersebut kita seolah-olah dapat terjun ikut
bersama sejarah yang dibahas di dalamnya. Orang yang menuliskan sejarah adalah
orang yang berliterate dan begitupun sebaliknya. Sejarah dan literasi merupakan
bahasa yang terkait. Literasi tanpa knowledge yang cukup akan sejarah dan
pengetahuan lainnya sama saja seperti tong kosong nyaring bunyinya. Dan
sebenarnya sejarah dan literasi itu merupakan suatu social practice.
Salah satu yang menjadi permasalahan besar bagi seorang reader ialah
ketika ia kesulitan menempatkan posisinya sebagai reader dan bingung dengan apa
yang ia baca. Dan adapun upaya yang dapat reader lakukan ialah dengan membaca
berulang-ulang sehingga ia benar-benar menuju titik terang sebagai salah
seorang reader yang mengerti akan keterkaitan antara teks, konteks,
reader-writer dan meaning yang ada dalam teks tersebut.
Ada beberap aspek penting yang akan dibahas di sini yanag mengenai
bahwa literasi tidak dapat lepas dari kehidupan kita, di antaranya:
·
Writing and
context
·
Literacy and
expertise
·
Writing and
culture
·
Writing and
technology
·
Writing and
genre
·
Writing and
identity
Mikko Lehtonen |
Menurut Lehtonen
menerangkan bahwa dalam unsure-unsur yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki
pengertian yang berbeda apabila diposisikan sebagai reader dan writer, yaitu:
The World of Texts : (Lehtonen :2000)
·
Texts as
physical beings (Lehtonen :2000: 72)
“…that texts are communicative artefacts.”
“…texts have been produced through the assistance
of various technologies.”
“Texts created by these technologies have also left
their mark on the conceptions of the ‘text’ that prevail in our culture”
·
Texts as
semiotic beings
“Texts are characterized by three features:
materiality, formal relations and meaningfulness.”
Writing and Contexts
Berdasarkan buku Lehtonen yang
mengutarakan bahwa posisi konteks di sini yaitu sebagai sesuatu pemisah yang
melatar belakangi antara teks dan reader.
“… Contexts are seen as separate
‘backgrounds’ of texts, which in the role of a certain kind of additional
information can be an aid in understanding the texts themselves.” (Lehtonen :2000: 109)
Contexts juga
mencakup 8 komponen, di antaranya :
1)
1) Substansi (substance):
Materi fisik yang membawa atau relay teks
2)
2) Musik dan
gambar (music and pictures)
3) 3) Paralanguage
(paralanguage): suatu aktifitas atau perilaku yang berarti bahasa yang
telah menemani dirinya (reader), seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi
wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran
huruf (secara tertulis)
4)
Situasi (situation):
Sifat dan hubungan ojek dan orang-orang di sekitarnya dengan sebuah teks,
seperti yang dirasakan oleh para penggemar teksnya
5) 5) Co-text: teks
yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan readerlah yang
menilai apa yang ditulis writer berdasarkan wacana yang sama
6) 6) Intertext:
teks dimana yang telah diterima oleh reader sebagai suatu wacana yang lain,
akan tetapi teks tersebut sudah dipertimbangkan terlebih dahulu dan juga yang
akan mempengaruhi interpretasi mereka sebagai reader
7) Peserta (participants):
niat dan interpretasi mereka, berdasarkan pengetahuan dan keyakinan, sikap
interpersonal, afiliasi dan perasaan.
8)
8) Fungsi (function): apakah
teks tersebut sudah tersampaikan kepada pembacanya
Menurut Ken Hyland:
2009: 45, contexts merupakan “…is rarely analysed in its own right and is
usually taken for granted or defined rather impressionistically” dan juga
menuliskan bahwa dalam konteks memiliki 3 (tiga) aspek, yaitu:
o a) Situational context : apa
yang orang ketahui tentang apa yang mereka dapat lihat di sekeliling mereka
o b) Background knowledge context : apa yang orang kehahui tentang dunia, aspek dalam kehidupan, apa yang
mereka tahu tentang sesama
o
c) Co-textual context : apa
yang orang ketahui tentang apa yang akan mereka katakana
Halliday |
Selain dari Lehtonen, Ken Hyland,
sekarang kita coba ingat kembali mengenai konteks yang diungkapkan oleh Halliday: 1985, yaitu :
·
-- Field : Refers to
what is happening, the type of social action
·
-- Tenor : Refers to who
is taking part, the roles and relationship of participants
·
-- Mode : Refers to what part the language is
playing, what the participants are expecting is to do for them
Adapun mengenai konteks berdasarkan pandangan Betsy Ryme (2008)
dalambukunya yang berjudul “Cloassroom Analysis Discourse” menyatakan bahwa
konteks merupakan penentu dalam penggunaan kata. Pada buku tersebut pula
menegaskan bahwa konteks yang paling penting dan paling jelas untuk menelaah
discourse. Meskipun demikian, Konteks untuk classroom discourse analysis juga
menggambarkan sisi laindari classroom dan dalam perbedaan dari
komponen-komponen pembicaraan classroom.
Meningkatkan gemar baca-tulis tak
semudah menorehkan tinta di atas kertas, akan tetapi bagai batu karang yang
tiada henti diterjang ombak. Setelah membahas sedikit mengenai text-context
yang saling terkait dan berawal dari sinilah literasi seseorang dapat tercipta,
karna tanpa teks dan pemahaman yang baik, literasi akan sulit tercipta. Menjadi
manusia yang berliterate dapat menjalar juga keberbagai aspek, yaitu seperti
literasi social, ekonomi, budaya dan sebagainya. Berbicara mengenai literasi,
ada beberapa pendapat berkenaan dengan hal ini, yaitu :
“ Literacy is not simply knowing how
to read and write a particular script but applying this knowledge for specific
purposes in specific contexts of use.”
-As Scribner and
Cole (1981:236)-
-From Ken Hyland: 2009: 48-
“Literacy is seen as a set of
discrete, value-free and technical skill which include decoding encoding
meanings, manipulating writing tools, perceiving shape-sound correspondences,
etc.”
-Ken Hyland :2009:
48-
“Literacy events are observable
episodes where literacy has a role. Usually there is a written text, or texts,
central to the activity and there may betalk around the text. Event are
observable episodes which arise from practices or are shipped by them. The
notion of events stresses the situated nature of literacies, that it always
exists in a social context.
-Barton and Hamilton (1998: 7)-
Writing and Culture
Menulis merupakan suatu wujud
sekumpulan ide yang ditorehkan oleh writer sebagai bentuk praktek literasi
terhadap perbedaan suatu kelompok yang kemudian akan mempengaruhi linguistic
mereka. Dan pada akhirnya peran gurulah yang akan terlibat di dalamnya yang
akan menerangkan beberapa bagian budaya (culture) dan dimainkan di lingkup
siswanya. (Ken Hyland:
2009: 54)
Suatu budaya
adalah pemahaman umum sebagai transmisi sejarah dan suatu pekerjaan yang
sistematis dan menambah wawasan kita mengenai dunia. (Lantolf: 1999, from Ken Hyland :2009: 54)
Bukan hanya secara umum bahwa
literasi itu dipandang sebagai seperangkat nilai baca-tulis, seperangkat nilai
untuk menambah wawasan, akan tetapi literasi juga dapat dipandang dari sisi
sejarah dan social. Mengenai literasi dalam dalam pandangan social yaitu:
ü
* Literasi ialah
suatu aktifitas social dan suatu penggambaran atau perwujudan terbaik dalam
pandangan atau istilah umum terhadap orang-orang yang berliterasi
ü * Orang-orang yang
memiliki perbedaan berliterasi yang mana mereka terkait dengan perbedaan
terhadap domain hidup mereka
ü * Orang-orang yang
melakukan literasi biasanya pada kondisi hubungan social yang jauh, an
membuatnya memerlukan suatu penjelasan yang jelas mengenai kejadian apa yang
sebenarnya terjadi di lingkungan
ü * Orang-orang yang
melakukan literasi mulanya berpola pada institusi social, dan adanya hubungan
atau relationship yang kuat, dan beberapa literasi yang lebih dominan dari pada
yang lainnya
ü * Literasi adalah
suatu sistem pada suatu symbol sebagai cara untuk menunjukkan kembali tentang
dunia kepada yang lainnya dan kepada diri kita sendiri
ü
* Kebiasaan kita
dan nilai-nilai yang ditangkap untuk menguatkan literasi kita dalam berkomunikasi
ü * Sejarah
kehidupan kita mengandung begitu banyak peristiwa literasi from which we learn
and which contribute to the present
ü
A * literacy event
also has a social history which help create current practices.
-Barton (2007: 34-5)-
-From Ken Hyland Book:
2009: 49-
Terdapat pula pendapat lain mengenai literasi,
yaitu:
“…literacy can
consist of wide range of activities.”
“Literacy is a social
activity by character. It can best be described as a practices on which people
draw in different reading situation.”
-Lehtonen: 2000 :53-
“From the historical
point of view the spread of literacy can also be thought to have had an impact
on the changing conception of the human self.”
-Lehtonen :
2000 :53-
Writing and Technology
Tekhnologi seolah sudah menjadi teman bahkan
kerabat dekat dalam dunia pendidikan. Perkembangan zaman yang sudah semakin
canggih membuat orang semakin mudah dalam melakukan yang diinginkan, terutama
dalam menulis. Tak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia. Semuanya serba
mudah, seperti efek terhadap writing dalam menggunakan technology menurut (Ken Hyland: 2009: 58) ,
di antaranya:
1. Change creating, editing, proofreading, and formatting processes
2. Combine written texts with visual and audio media more easly
3. Encourage non-linear writing and reading processes through hypertext
links
4. Challenge traditional nations of authorship, authority and intellectual
property
5. Allow writer access to more information and to connect that information
in new ways
6. Change the relationships between writers and readers as readers can often
‘write back’
7. Expend the range of genres and opportunities to reach wider audiences
8. Blur traditional oral and written channel distinctions
9. Introduce possibilities for constructing and projecting new social
identities
10. Facilitate entry to new on-line discourse communities
11. Increase the marginalization of writers who are isolated from new
writing technologies
12. Offer writing teachers new challenges and upportunities for classroom
discourse.
Berdasarkan (Mikko
Lehtonen: 2000: 49) mengungkpkan mengenai writing and technology, yaitu:
“A
medium or media” can therefore be understood as a social vehicle or institution
of general communication. Media are essential elements in the formation of
meanings.”
Writing and Genre
Dalam genre ini ialah merupaka suatu proses komunikasi
dimana adanya suatu partisipasi dari eberapa pihak social yang terlibat seperti
writer dan reader. Terdapat tiga pandangan mengenai writing and genre berdasarkan
(Hyon, 1996; Johns, 2002 Dari Ken Hyland 2009: 63-69), yaitu:
a) Systematic
functional views
Dalam model aliran
fungsional sistemik dipandang sebagai 'dipentaskan, berorientasi pada tujuan proses
sosial' (Martin, 1992: 505
dari Ken Hyland: 2009: 63).
Genre adalah proses sosial karena anggota dari budaya berinteraksi untuk mencapai apa yang mereka harapkan, berorientasi pada tujuan karena makna mereka heve berevolusi untuk mencapai hal-hal; dan dipentaskan karena makna yang dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.
Genre adalah proses sosial karena anggota dari budaya berinteraksi untuk mencapai apa yang mereka harapkan, berorientasi pada tujuan karena makna mereka heve berevolusi untuk mencapai hal-hal; dan dipentaskan karena makna yang dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.
b) English
for Specific Purposes
Bukannya melihat genre sebagai
sumber daya yang tersedia dalam budaya
yang lebih luas, itu menganggap mereka sebagai milik masyarakat wacana tertentu yang berati reader pun ikut terjun berdasarkan tujuan utama sebelum membaca teks tersebut.
a) The
‘New Rhetoric’
Genre merupakan suatu yang termotivasi, hubungan fungsional antara jenis teks dan situasi
retoris. Artinya, genre bukanlah jenis
teks atau situasi, melainkan hubungan functioanl
antara jenis teks
dan jenis situasi. Teks bertahan karena mereka
bekerja, karena mereka merespons
secara efektif terhadap situasi yang berulang
-Coe (2000) dari
Ken Hyland 2009:68-
Writing and Identity
Writing and identity merupakan suatu koneksi atau kesatuan
yang menciri khas kan antara identitas dari writer yang menjelaskan bagaimana proses
ia menulis dan menciptakan suati identitas yang baru kepada reader terhadap apa
yang telah ditulis.
Bukannya mencari
bukti tekstual dari
diri pribadi penulis,
identitas terletak di umum, kelembagaan yang didefinisikan sebagai peran orang yang disengaja menciptakan secara
tertulis sebagai anggota masyarakat, termasuk perwakilan mereka dari penonton, materi
pelajaran, dan elemen lainnya konteks '. (Cherry, 1998: 269)
Howard Zinn |
Berbagai kontroversi pun berdatangan silih berganti
berkenaan dengan siapa sebenarnya penemu Benua Amerika? Selama ini selalu
dianggap oleh sebagai khalayak umum bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Columbus pada 12 okteber 1492. Menurut berbagai versi Ia adalah
orang pertama kai menginjakkan kakinya di daratan semenanjung Hindia, sehingga
penduduk sekitarnyapun di sebut “Indian”. Akan tetapi menurut para ahli yang
merupakan peneliti barat mengemukakan terhadap beberapa artikel mereka bahwa
yang pertama kali menginjakkan kakinya ialah dari kalangan muslim, dan
menganggap merekalah penjelajah muslim sekitar 603 tahun sebelum Columbus
menginjakkan kakinya di Benua Amerika.
Menurut pakar sejarah dan geographer, Abdul Hassan Ali Ibn al-Masudi
(871-957 M) dalam bukunya yang berjudul “Muruj Adh-Dhahhabwa Maad al-Jawhar”
atau “The meadows of Gold and Quarries of Jewels” telah menuliskan bahwa Khaskhas
Ibn Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil
mencapai Benua Amerika pada 889 M jauh sebelum Columbus. Pada saat itulah
pelayaran penjelajah muslim ini menembus Samudera Atlantik yang saat itu
dikenal sebagai “lautan yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa
lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang tak dikenal itu dan
aneh. Dalam pelayaran itu ada sejumlah kaum muslimin yang tinggal bermukim di
sana, dan mereka inilah imigran muslim gelombang pertama yang menginjakkan
kakinya di negeri baru itu. Tidak cukup sampai di sini, karena masih banyak
lagi arumen-argumen dari para peneliti yang mengungkapkan beberapa fakta
mengenai penemuan Benua Amerika, dan mengenai Christopher Columbus, dan
mengenai dua pendapat berbeda antara penemu Benua Amerika adalah orang
penjelajah muslim dan satunya lagi ialah bahwa penemunya ialah orang muslim
yang berkependudukkan China.
Bebeberapa argument pun mulai bermunculan dari para
ahli berkenaan mengenai bahwa orang muslim lah yang sebenarnya menemukan benua
itu, inilah sumber-sumber dan perspektif barat yang mengemukakan bahwa Muslim
lah sebagai penemu Benua Amerika :
·
== Dalam bukunya Saga America (New York,
1980), Dr. Barry Fell seorang arkeolog dan ahli bahasa menunjukkan
bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum
muslimin dari AfrikaUtara dan Barat di Benua Amerika. Maka tidak heran jika
bahasa Indian Prima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari
bahasa Arab.
·
== Di Negara bagian
Inyo dan California, juga ditemukan beberapa kaligrafi islam yang ditulis dalam
bahasa arab, salah satunya bertuliskan “Yesus Anak Maria” yang artinya “Isa
anak Maryam”. Dan Dr. Barry juga mengungkapkan bahwa usia kaligrafi tersebu
ialah beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat itu sendiri.
·
== Ditemukannya
kembali sisa reruntuhan peralatan, tulisan, diagram, dan beberapa ilustrasi
pada bebatua untuk keperluan pendidikan di sekolah Islam, dan semua tulisannya
ditulis dalam bahasa Arab Kufi dari Afrika Utara.
o
Kedua, dalam bukunya “Africa and the Discovery of
America (1920), seorang pakar sejarah dari Harvard University, Loe
Weiner, menulis bahwa Columbus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran
orang-orang islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan,
termasuk Kanada. Akan tetapi memang dari akal licik Columbus yang bermaksud
untuk menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat islam datang untuk
berdagang.
o
Columbus juga
mengakui dalam pelayaran antara Gibara dan Pantai Kuba 21 Okteber 1492, ia
melihat masjid telah berdiri di atas bukit dengan indahnya. Namun pada saat itu
tinggalah sisa reruntuhannya yang ditemukan di Kuba, Mexico, Texas, dan Nevada.
· == Ketiga, John Boyd Thachery dalam bukunya
Christopher Columbus yang terbit di Newyork pada tahun 1950, menunjukkan
bahwa Columbus telah menulis pada hari senin, 21 oktober 1492, ketika sedang
berlayar di dekat Cibara, bagian tenggara pantai Kuba, ia menyaksikan masjid di
atas puncak bukit yang indah.
·
== Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya
“Islam in Early North and South America” yang diterbitkan pada juli 1977:60
menyebutkan bahwa setelah dilakukan penelitian oleh para arkeolog telah
ditemukannya sejumlah prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan
Arizona.
·
== Kelima, ahli
sejarah Jerman, Alexander Von
Wuthenon memberikan bukti pula bahwa orang-orang muslim sudah berada di
Amerika tahun 300-900 M. Ditemukan pula beberapa ukir kayu yang setelah
diteliti ternyata itu adalah gambar dari orang mesir.
·
== Terakhir ialah
salah satu buku karya Gavin
Menzeis, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya,
menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahu 1424 dan ditanda
tangani oleh Zuanne Pissigano, kartogafer dari Venezia. Dan peta tersebut dibuat
68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika.
Abu Raihan Al-biruni |
Dan yang lebih terkejutnya lagi
ialah ternyata nama orang muslim itu ialah Abu Raihan Al-Biruni yang merupakan salah satu
nama muslim sebagai penemu benua Amerika, hal ini diungkapkan oleh sejarawan S. Frederick Starr. Ketika
Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 oktober 1492, pulau itu telah
diberi nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari bahasa Arab
ikhwana (saudara). Akan teteapi Columbus mengganti seenaknya dengan nama San
Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik awalnya.
Pada saat Howard Zinn
mengungkapkan bahwa bukan Columbuslah penemu Benua Amerika, dan Ia hanya
mengungkapkan bahwa Columbus merupakan orang yang bengis, kejam, jahat
manipulator dan sebagainya, akan tetapi Howard Zinn tidak menegaskan siapa
sebenarnya penemu yang sebenarnya. Selama ini di tengan gelombang arus yang
berkembang mengenai apa yang dimaksud dengan cerita resmi yang telah terjadi
berabad-abad, dan berusaha meyakinkan dunia bahwa yang terjadi memang
benar-benar ituloh yang terjadi. Jadi sebagai orang awam yang mengetahui tidak
merasa dibodohi.
Masih menyangkut mengenai
pengungkapan jejak penemuan Benua Amerika sebenarnya. Berdasarkan S. Frederick
juga mengungkapkan kembali bahwa Al-Biruni tidak meletakkan batu di Amerika
sebagai penemuannya. Akan tetapi Al-Biruni adalah seorang imigran muslim yang
datang untuk tujuan tertentu yaitu berdagang. Ia menguasai dua bahasa yaitu
India tengah dan Timur.
Peta kuno yang di duga ada pada zaman Dinasti-Ming masa pelabuhan Cheng Ho di Benua baru |
Kasus tersebut masih menjadi
kontroversi di rana para ilmuwan. Ada lagi hal yang mengejutkan bahwa ternyata
pendapat lain mengemukakan tentang orang yang pertama kali menemukan benua
Amerika ialah laksamana China yang bernama Cheng Ho. Pernyataan ini dikuatkan dengan
ditemukannya sebuah salinan peta yang berusia 600 tahun yang ditemukan disebuah
toko buku loak. Dan dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di abad
ke-18, yang merupakan salinan peta 1418 yang dibuat oleh Laksamana Cheng Ho
yang beragama Islam.
Laksamana Cheng Ho |
Salah satu klaim lagi yang
mengungkapkan bahwa Cheng Ho sebagai penemu Benua Amerika ialah dari salah
seorang penulis artikel yang bernama Gavin Manzeis. Ia mengklaim bahwa armada
China yang dipimpin oleh Cheng Ho telah berlayar terlebih dahulu di sekitar
daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan. Ia juga
mengungkapkan bahwa dalam bukunya yang berisikan tentang Cheng Ho sebagai
penemu Benua Amerika, Ia mencantumkan salinan peta yang ditemukan seorang
pengacara Beijing, Liu Gang di buku loak. Dan peta itu dibuat pada masa Dinasti
Ming, periode pemerintahan di China yang berlangsung tahun 1368-1644. Ia
bersikukuh kembali dalam bukunya yang berjudul “The Year China Discovered the
World” yang menyebut bahwa laksamana Cheng Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga
melintasi Samudera Pasifik, ke belahan Bumi Barat. Menzies juga menambahkan
bahwa banyak istilah China yang digunakan disejumlah wilayah di Peru. Misalnya
Chawan yang apabila disemaikan menjadi ‘Chulin’ yang artinya adalah kayu atau
hutan.
Serangkaian perjalanan yang
panjang ini menjadi topic penelitian oleh sejumlah peneliti dan sejarawan, akan
tetapi masih saja menjadi topic tren permasalahan mengenai siapa sebenarnya
penemu benua amerika? Al-Biruni, Cheng Ho, atau bahkan tetap Columbus bagi
orang-orang yang masih mempercayai bahwa Columbus penemu yang sebenarnya.
Columbus dan para awak kapalnya |
Christopher Columbus menyebut
Amerika sebagai ‘The New World’ ketika pertama kali ia menginjakkan kakinya di
Benua itu pada tanggal 21 Oktober 1492. Akan tetapi pernyataan itu pun
tergoyahkan oleh sejumlah temuan sejarah yang dilakukan oleh para ilmuwan dan
sejarawan. Kali ini kita benar-benar dalam kebimbangan harus mengetahui sejarah
yang bagaimana yang sebenarnya benar-benar terjadi? Tidak hanya masalah
penemuannya saja yang diperbincangkan, akan tetapi juga sifat-sifat bengis yang
dilakukan oleh seorang Columbus, bahwasanya perlu kita ketahui bahwa Columbus
ialah penjelajah ulung yang :
v
== Ketika Columbus
dan navigator lain mendarat di Benua Amerika, para orang-orang Indian
menyambutnya dengan rasa ingin tahu sehingga mereka menyuguhi bangsa Spanyol
itu dengn berbagai makanan dan minuman serta memberikan berbagai macam hadiah,
hal ini ditulis pula oleh Columbus dalam Buku hariannya :
“Mereka membawakan kita beo dan bola kapas dan
tombak dan banyak hal lainnya, yang mereka ingin pertukarkan dgn manik-manik
kaca dan lonceng elang '. Mereka rela menyerahkan segala yang mereka miliki.
Mereka tegap, dengan tubuh yang baik dan wajah tampan .... Mereka tidak
memanggul senjata, dan tidak mengenal senjata, karena aku menunjukkan kepada
mereka pedang, mereka memegang bagian yg tajam dan melukai tangan mereka
sendiri akibat ketidaktahuannya itu. Mereka tidak mengenal besi/iron. tombak
mereka dibuat dari tebu. Mereka akan menjadi budak yg baik. Dengan hanya lima
puluh orang, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan
apapun yang kita inginkan."
v == Sepulang dari
Amerika, Columbus dan anak buahnya menyebarkan penyakit sipilis ke Eropa,
sebaliknya Eropa juga menyebarkan penyakit smallpox (cacar) ke orang-orang Indian.
Tindakan bengis Columbus |
v
== Columbus
penyebab salah satu kasus Genosida terbesar di dunia, karen Ia melakukan
pembantaian, juga pembunuhan secara besar-besaran kepada penduduk Indian dan
juga kaum muslim yang berada di sana.
v == Columbus
meninggal dalam keadaan miskin disebuah kota kecil bernama Velladodid.
Terlalu berambisi untuk menemukan
rute perjalanan laut ke Asia dan Timur, Columbus dan anak buahnya akhirnya
menemukan rute mana yang harus ditempuh. Columbus dengan kapal ‘Enterprise
Hindia’ pada tahun 1492 berlayar ke laut lepas, dengan adanya dukungan keuangan
yang lebih dari cukup yang diberikan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari
Spanyol. Sayangnya, Columbus tidak mengemban amanat dengan baik untuk menemukan
daerah perdagangan yang kaya di bagian timur,
justru Ia malah menghampiri salah satu benua yang ia perkirakan belum
ada orang lain yang mendarat untuk pertama kalinya. Dan dengan segera Ia
menundukkan bahkan membunuh penduduk setempat dan menjadikannya sebagai budak
untuk depekerjakan mengumpulkan rempah-rempah yang mereka miliki. Columbus
adalah seorang navigator yang bengis dan tidak berperikemanusiaan.
Banyaknya peristiwa kejam yang
dilakukan oleh Columbus, yang akhirnya menjadi sebuah teka-teki siapa
sebenarnya sosok Columbus. Pembela Columbus berpendapat bahwa sejumlah besar
korban tewas akibat penyakit namun gagal untuk mengenali bahwa sebagian besar
penyakit disebabkan oleh buruknya tatanan hidup penduduk di sana.
Mereka
pula kehilangan hasil panen dan banyak di antara mereka yang menderita penyakit
disentri dan tifus, akan tetapi mereka tetap di pekerjakan secara paksa sampai
mati.
Ada
beberapa fakta di bawah ini yang mingkin bisa membuka mata kita dan mengerti betul kebenaran
suatu sejarah mengenai misteri penemuan Benua Amerika, yaitu:
v %
Alasan
Columbus pergi berlayar
Columbus memperkosa salah satu
bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. I Pengadilan tidak bisa
memutuskan dia harus dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya
dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India)
v %
Jurnal
Columbus
Saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di
Benua Baru Amerika, Ia masih inilah tanah India, Saat itu para penduduk asli
menyambut Columbus dengan gembira. Namun sebaliknya apa yang ditulis Columbus
dalam jurnalnya :
“Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak
dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang
mereka miliki … Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan
pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka
akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak…. Dengan lima puluh orang saja,
kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang
kita inginkan. “
Columbus juga menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan
mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”
v % Dalam
catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat Ia tiba di Hindia (Ia saat itu
masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), Ia menyiksa penduduk
pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: di mana
ada emas? yang selama ini banyak yang mengemukakan bahwa Columbus datang dan
merampas harta yang ada di sana.
v
% Helen
Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88) menggambarkan
keberingasan Columbus. Selain menyiksa, Ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
v %
Koloni
yang dibawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab
atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Nah, kini apakah masih pantas
Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluas dunia dengan
“Columbus Day”? Setelah mengetahui fakta kekejaman dirinya?
Walaupun
telah banyak sumber referensi sebagai rujukan bagi reader untuk meggali
informasi sebanyak-banyaknya, akan tetapi itu semua kembali pada diri kita
masing-masing. Rupanya Howard Zinn mengungkapkan perihal mengenai Christopher
Columbus itu tidak asal bicara melainkan karena memang dari sisi antropoligist.
Akan tetapi yang masih menjadi pertanyaan di sini ialah masih seputar siapa
sebenarnya yang dapat dinobatkan sebagai penemu Benua Amerika? Dalam segi inilah reader benar-benar diajak
berdialog langsung dalam hatinya mengenai kasus Columbus dan misteri penemuan Benua
baru itu. Walaupun begitu, masih saja masyarakat dibodohi, sebagian besar
masyarakat Amerika masih merayakan 12 Oktober sebagai hari pahlawan
(memperingati Hari Columbus). Di benak mereka, walaupun banyak mencuak
kontroversi mengenai hal ini, tapi bagaimanapun juga tetap Columbuslah yang
menemukan rute perjalanan perdagangan menuju rute Asia. Itu pandangan mereka,
bagaimana dengan kita?
Dari semua
yang telah dijelaskan di atas, tentunya dapat disimpulkan bahwa orang-orang
jangan pernah takut untuk mengungkapkan tabir kebenaran walaupun akhirnya akan
dicemooh. Padahal sesungguhnya manusia yang berliterai lah yang akan memahami
dan benar-benar mengerti persoalan apa yang tengah di perbincangkan. Orang-orang
yang berani menulis sejarah ialah mereka yang tinggi akan literasi ,akan tetapi
sebaliknya bagi mereka yang tidak mengetahui apa-apa tentang sesuatu, maka
dapat dikatakan bahwa ia rendah akan literasi. Itu semua akan terlihat dalam
kehidupan sosial kita.
Created by : Nurisah
Referensi :
Hyland,Ken. 2009. Teaching and Researching Writing. United Kingdom: PEARSON
Lehtonen. 2000. The Cultural Analysis of Texts. London: SAGE Publications
Inilah Fakta Nyata Kebringasan Columbus si Penemu
Benua Amerika | Muslimina
http://wahw33d.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment