Ngomongin Ideologi
6th meeting
of writing and composition. Pada class review kali ini akan membahas mengenai Writing is a matter of lightening
ourselves, permasalahan makna idelogi, dan arti literasi
menurut miko lehtonen. Untuk pembahasan yang pertama mengenai literasi dalam
perspektif Lehtonen (2000).
Dalam
sejarah umat manusia, bagi orang barat kegiatan membaca dan menulis menjadi hal yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan menulis dipertimbangkan sebagai skill
khusus yang benar-benar tergantung pada pelatihan yang disengaja dan
belajar sadar. Skill khusus tersebut khusus diperoleh hanya melalui kerja
keras yang serius.
Fakta yang bagus untuk meningkatkan bakat khusus tersebut adalah praktek literasi. Ada berbagai macam kegiatan
dalam praktek literasi,
misalnya saja objek membaca, diibaratkan
dapat mencakup barometer pada
daun teh atau ekspresi wajah. Dalam
hubungan ini, ada juga berbagai jenis keterampilan membaca. Seseorang dengan
kemampuan membaca fasih dapat memiliki keterampilan memadai dalam setiap membaca.
Menurut Lehtonen
(2000), Literasi adalah
kegiatan sosial dengan karakter. Hal ini dapat
digambarkan sebagai praktek dimana orang yang membaca dapat menarik situasi yang berbeda. orang-orang memiliki
berbagai jenis keterampilan membaca, orang memanfaatkan hasil pemikirannya dari cara yang berbeda dan dari berbagai bidang kehidupan. Namun, segala bentuk literasi mencakup kemampuan untuk
mengontrol sistem yang berbeda dari simbol-simbol di mana
realitas diwakili oleh pembaca.
Sebagai
individu , kita semua telah mengembangkan literasi melalui berbagai tahapan
dan pengalaman. Kemampuan untuk memahami teks ilmiah.
Misalnya,
membutuhkan pelatihan yang
berbeda-bedadalam membaca teks sastra, dan itu harus
belajar secara terpisah. Jika orang yang
memiliki literasi, berarti sedang
mentransfer pemikirannya dari satu dunia kedunia lain. Dalam keterampilan membaca dan menulis, caranya
lebih metodis
dalam interaksi linguistik informal,
dan interaksi formal interaksi yang
muncul dibandingkan dengan interaksi spontan. Aturan bahasa memperoleh lebih penting
dari sebelumnya , dan sekaligus transfer dari pribadi ke
wilayah publik membutuhkan
suatu tepat atau waktu.
Menurut Lehtonen
(2000), sudut pandang
sejarah penyebaran literasi juga dapat diperkirakan telah berdampak pada konsepsi perubahan manusia. Dalam budaya
lisan, diri belum tentu dipahami suatu entitas, seperti dalam
budaya sastra. Kemudian kebiasaan seperti membaca oleh
diri sendiri dan menulis catatan harian telah signifikan
dalam penciptaan gagasan tentang diri yang solid. Mengubah diri menjadi teks juga
berarti bahwa diri dapat diserahkan kepada pemeriksaan dan dapat dialami sebagai
permanen kesatuan. Oleh karena itu, lahirnya modernisasi dapat dianggap tidak hanya terikat dalam pengembangan ranah diri pribadi, tetapi juga untuk
penciptaan kurang lebih bahasa umum yang berlaku, untuk
itu seperti dalam buku harian
dan autobiographies.
Selanjutnya pembahasan mengenai Writing is a matter of
lightening ourselves, menulis merupakan tindakan yang dapat mencerahkan diri
manusia. Sebagai seorang yang berilmu, orang tidak akan bisa membawa perubahan
terhadap orang lain, jika diri pribadi belum mampu tercerahkan. Seseorang tidak
akan bisa menulis sebelum orang tersebut meniru (emulate) terlebih dahulu, karena meniru
merupakan bagian terpenting dari menemukan, dan kemudian menciptakan.
Emulating => Discovering =>
Creating.
Kemudian mengenai ideology, dalam penulisan sejarah selalu
berkaitan dengan pemenuhan ideologi (sense of belief). Penulisan sejarah bisa
bersifat dari yang ada menjadi tidak ada, dan yang dari tidak ada hingga
diada-ada seperti permainan sulap. Pemahaman mengenai sejarah dan literasi
merupakan pemahaman yang
value atau makna dari peristiwa
sejarah tersebut. Jadi pada setiap teks, seharusnya akan selalu berbau ideologi.
Tulisan selalu memiliki pengaruh yang besar dalam cara berfikir dan cara bertindak seseorang. Pemahaman dan pemaknaan
mengenai teks, memiliki
keanekaragaman dengan berbagai style dan background pengetahuan yang dimiliki oleh
masing-masing pembaca. Seorang pembaca bisa menjadi
radikal-fundamental (konservatif-konvensional), dan bisa juga menjadi
liberal-plural dalam memaknai sebuah teks. Tergantung pada
pemikiran-pemikiran pembaca. Mengapa dalam tulisan atau teks selalu melibatkan pemenuhan ideologi
penulis atau pembacanya, karena di dalamnya selalu melibatkan kepentingan penulis
atau pembaca, baik kepentingan sosial,
politik, ekonomi, agama dan lain-lain. Bahasa tulis merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan kepentingan penulis dan pembaca. Terkadang apa yang ditulis oleh
penulis tidak selalu selaras dengan pembaca, hal itu disebabkan oleh
pemenuhan ideologis sang penulis dan pembaca berbeda, ideologi
merupakan pandangan tentang individu atau kelompok.
Menurut Fowler (1996: 12) mengatakan bahwa
“Ideology is of course both a medium and an instrument of historical processes”. Ideologi itu
merupakan media dan juga intrumen dari proses sejarah tersebut. Media direalisasikan sebagai perantara, dan instrumen
direalisasikan sebagai sikap penulis dalam menulis. Kemudian menurut Fowler (1996), Ideologi itu
selalu ada dalam setiap
teks, baik dalam bentuk lisan,
tulisan, audio, visual atau kombinasi. Sedangkan menurut Lehtonen (2000), dan Fairclough (1989;
1992; 1995; 2000),
menjelaskan bahwa produksi teks itu tidak pernah netral. Terlebih lagi Prof. Chaedar
Al-wasilah, juga mengatakan bahwa literasi
itu tidak pernah netral, tetapi
selalu memiliki
cita rasa yang berbeda.
Kemudian statement “Writing
in college often takes the form of persuasion—convincing others that you have
an interesting, logical point of view on the subject you are studying”, menulis dalam kampus merupakan suatu bentuk ajakan imtik
meyakinkan orang lain dalam
menarik minat yang sedang dipelajari. Ajakan tersebut
dipraktekkan pada kebiasaan seseorang dalam aktifitas kehidupannya. Such as, in college, course assignments often ask us to make a
persuasive case in writing.
Biasanya
sebuah hanya
memenuhi kepentingan ideologi penulis saja. Terlihat dalam tulisan howard zinn mengenai
penceriteraan columbus. Pemenuhan ideologis atau kepentingannya, yaitu hanya
menyorot kebengisan columbus saja,
tanpa melihat sisi yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment