Berliterasi
atau mati
Pada pertemuan
kali ini, pembahasan diawali dengan berbicara mengenai paragraf pertama.
Seperti yang telah dibahas pada semester 2, bahwa paragraf pertama itu
merupakan segalanya. Paragraf pertama akan membawa kesan pertama pada seorang
pembaca, begitu pun dengan judul. Sehingga, prinsip seorang penulis yaitu judul
merupakan segala-galanya dan paragraf pertama pun merupakan segala-galanya.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memberikan judul dan menulis paragraf
pertama.
Berliterasi itu
berarti mencintai pengetahuan. Bukan hanya itu saja, tetapi juga kaum literat
merupakan orang yang tercerahkan. Katanya, tugas mereka yang tercerahkan/kaum
literat adalah menelaah sesuatu yang baru yaitu tempat pengetahuan dan
keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya
sebagai bagian dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan.
Kemudian, mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah
bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan
meaning potential tanda-tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan
itu. Affordance berarti sanggup mengubah dan mencerahkan. Meaning potential
yaitu what to say/ apa yang dikatakan. Kata lain peniru yaitu
emulate-discover-create. Maka kita pun disebut emulator.
Writing is a matter of enlightening ourselves. Sehingga, kenapa
kita harus banyak menulis dan membaca (literasi)? Agar tercerahkan. Menulis itu
dipelajari, dipahami dan dimaknai. Aspek membaca merupakan aspek yang spiritual.
Orang literat harus kemana-mana, sehingga grammar dan pronounciation saja tidak
cukup. Menurut Pak Haidar pun, literasi itu merupakan modal hidup kita.
Membaca dan menulis (literasi) yaitu kemampuan dasar manusia untuk
bisa memahami sesuatu dengan baik, mengembangkan persepsi tersendiri dari yang
ia pahami tersebut, menyampaikannya (menulis) dan kemudian mewujudkannya dalam
sebuah tindakan nyata. Kira-kira mirip dengan tahapan era informasi:
data-information-knowledge-action, dimana data/informasi seperti buku. Bila
digambarkan makanan, informasi dikunyah dengan baik. Dari sana bisa didapatkan
pemahaman (knowledge) dan pengkhayatan kemudian menjadi dasar tindakan (action)
seorang manusia. Saat ini kita harus memiliki semboyan "berliterasi atau mati".
Hal ini karena merupakan jalan untuk kita bisa bertahan sebagai bangsa bila
kita memiliki pengetahuan. Pengetahuan itu diperoleh dengan membaca
(berliterasi).
Orang yang telah mempunyai kemampuan membaca dengan baik, memiliki
kemampuan menyerap makna tersurat dan tersirat, bisa memahami struktur sebuah
sistem yang baik, akan mempunyai keterampilan berpikir yang terstruktur pula
dalam menyampaikan pendapatnya. kemampuan membaca dan menulis tersebut, menhadi
kelengkapan dari kemampuan literasi dari seorang manusia. Masyarakat yang
memiliki budaya literasi yang baik, ajkan menjadi masyarakat yang maju.
Kemudian, penegasan bahwa histori memang selalu berkaitan dengan
literasi. Membuat histori itu dengan literasi. Literasi itu tidak netral dan
teks pun sama tidak netralnya. Menurut Fowler (1996:10), seperti sejarawan,
linguis kritis bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung sosial,
ekonomi, formasi politik, dan diakronis, perubahan nilai dan perubahan dalam
formasi. Sehingga, yang perlu digaris bawahi yaitu memahami nilai.
Teks itu dimotifkan karena ideologi. Yang mana, menurut Fowler
(1996:12), ideologi merupakan media dan instrumen dalam proses sejarah.
Ideologi ada dalam setiap teks. Sehingga, teks itu bukanlah sesuatu yang
netral, tetapi mengandung misrepresentasi dan ideologi tertentu.
Van Leuuwen (dikutip dalam buku analisis wacana hal.348 oleh
Eriyanto) juga memandang teks sebagai
wujud dari ideologi. Bedanya dengan model yang dipakai oleh Fowler, Van
Leeuwen meletakkan analisisnya bukan pada kosakata, sintaksis, atau tata bahasa
yang dipakai dalam teks. Van Leeuwen secara lebih luas melihat teks itu sebagai
suatu strategi wacana, bagaimana penafsiran atas realitas, penggambaran
seseorang, atau kelompok dalam masyarakat itu bukan hanya terjadi pada pemakaian
kosa kata atau kalimat tetapi juga pada elemen wacana lain.
Kalau Fowler dan Van Leeuwen memandang ideologi tercermin dalam
teks, agak sedikit berbeda dengan model yang diperkenalkan oleh Van Dijk dan
Fairclough. Dikutip dalam buku Analisis Wacana oleh Eriyanto (hal.348), Van
Dijk dan Fairclough lebih meletakkan perhatian pada bagaimana ideologi itu
tersebar di antara anggota kelompok, dan ideologi yang tersebar itulah yang
menentukan bagaimana teks itu dibuat. Jadi hubungan antara teks dan ideologi
bukanlah bersifat langsung, tetapi di mediasi lewat praktek sosial yang terjadi
dalam masyarakat.
Menulis dalam perguruan seringkali mengambil bentuk keyakinan
persuasi orang lain bahwa kamu itu menarik, sudut pandang logika dalam
pelajaran yang dipelajari. Persuasi merupakan keterampilan berlatih secara
teratur dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk persuasi sering disebut dengan
argumen akademis, mengikuti pola prediksi secara tertulis. Setelah pengenalan
topik, kemudian menyatakan sudut pandang pada topik secara langsung dalam satu
kalimat. Kalimat ini adalah pernyataan tesis, dan berfungsi sebagai ringkasan
argumen.
Tesis dalam essay merupakan ide pertamanya. Pernyataan tesis
mengidentifikasi topik penulis dan pendapat penulis sekitar suatu topik. Fungsi
tesis statenent yaitu:
1. Untuk fokus pada essaynya
2. Membantu pemahaman pembaca
Tesis statement itu pertama, menceritakan kepada pembaca penafsiran
mengenai pentingnya hal yang dibahas itu. Kedua, sebagai peta untuk memberitahu
pembaca mengenai pembahasan selanjutnya. Ketiga, secara langsung menjawab
pertanyaan yang diminta dari kita. Keempat, membuat klaim bahwa orang lain
membantah. Kelima, menyajikan argumen kepada pembaca.
Tesis merupakan hasil dari proses yang panjang. Sebelum
mengembangkan argumen, kita harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari
kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui (seperti kontras mengejutkan
atau kesamaan), dan berpikir tentang pentingnya hubungan ini.
Jadi, paragraf pertama itu segala-galanya. Di sana harus tertera
tesis statement agar kita dapat fokus pada essay kita dan juga membantu
pemahaman pembaca. Kaum yang literat merupakan kaum yang tercerahkan. Bahkan,
literasi itu merupakan modal hidup kita. Kita harus memiliki semboyan
berliterasi atau mati. Hal ini karena merupakan jalan untuk kita bisa bertahan
sebagai bangaa bila kita memiliki pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri kita
dapatkan dari berliterasi. Apa jadinya seseorang tanpa berliterat. Kemudian,
histori itu selalu berkaitan dengan literasi, karena orang-orang yg
berliterasilah yang dapat membuat histori. Media dan instrumen dalam proses
sejarah yaitu ideologi. Ideologi selalu ada dalam teks. Sehingga, teks itu
bukanlah sesuatu yang netral, tetapi mengandung misrepresentasi dan ideologi
tersebut.
0 comments:
Post a Comment