Tidak boleh terlupakan ataupun terlewatkan untuk mengaplikasiakn peraturan
yang sudah disampaikan sejak semester kedua yaitu paragraf pertama adalah
segalanya. Akan teringat kembali pada konsep prima facie prinsiple yang
sangat menentukan dalam memberikan kesan kepada pembaca untuk membaca suatu
tulisan sampai selesai. So, make
something best in first paragraph, please !!! Hal lain yang juga tidak
boleh terlupakan yaitu selalu cantumkan nomor halaman pada tulisan yang lebih
dari satu lembar. Itulah sedikit ulasan dalam mengawali pertemuan ke enam ini
dan tetap gunakan ilmu yang sudah didapat untuk diterapkan dalam academic
writing.
Dalam persembahan quote of the day, disitu
highlight nya “Meniru
adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan”, dari
memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang
dibaca dengan teori ini dan itu. Dengan adanya proses meniru (emulate) diharapkan akan terjadi proses
menemukan (discover) lalu menciptakan (create). Meniru disini jangan diartikan
sebagai plagiat tapi hanya meniru untuk mengeksplor pengetahuan. Namun, proses
meniru saja tidak cukup apalagi sampai berlaku sombong dan mengklaim segala
sesuatu salah atau benar tanpa suatu pendalaman terhadap hal yang ditanggapi.
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari
alasan menjadi sombong sebab apa yang baru sedikit diketahui.
Proses membaca juga tidak bisa diabaikan begitu saja karena membaca merupakan
suatu proses yang wajib atau tidak boleh absen ketika ingin memahami tulisan. Nabi
Muhammad Saw menerima wahyu pertama surat Al-Alaq: 1-5 yaitu yang berisi lafad ‘iqra !’ yang berarti bacalah.
Jadi, dalam agama islam pun membaca adalah hal yang sngat penting bahkan
membaca bisa jadi sebagai salah satu bagian dari kegiatan spiritual / keimanan
seseorang (wallahu'alam bishawab).
Menurut Fowler (1996: 10): “Like the historian critical linguist aims to
understand the values which underpin social, economic, and political
formations, and diachronically, changes in values and changes in formaitons.”
Menulis terkait dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan perubahan bentuknya,
baik yang terkait sosial, ekonomi, maupun politik.
Suatu
tulisan akan selalu terkait dengan pandangan dari penulisnya. Tidak heran jika Bapak
Alwasilah
(2001; 2012) mengatakan bahwa “Literacy is
NEVER neutral”. Didalam tulisan berisi
ideologi-ideologi dari penulisnya termasuk mengenai sejarah karena sejarah
merupakan salah satu aspek yang dalam perkebangannya sangat didukung oleh
literasi. Menurut Fowler (1996: 12): “Ideology is of course
both a medium and an instrument of historical processes.” Berbicara
ideologi tidak akan terpisah jauh dari kepercayaan penulisnya (sets of
believes) sebagai suatu media dalam proses penyampaian informasi tetrmasuk
sejarah. Unsur subjektivitas dalam tulisan merupakan sesuatu yang tidak dapat
di pisahkan juga, karena penulis tidak mungkin bisa lepas dari nilai-nilai atau
ideologi yang di yakininya. Mereka tidak bisa lepas dari nilai politik
dan etnis dimana penulis tersebut berada. Jadi, membaca maupun menulis selalu
didorong oleh ideologi dari penulisnya.
Pada
dasarnya, menulis mempunyai sifat persuasif, berusaha meyakinkan pembaca untuk
tertarik pada pendirian logis yang sedang dipelajari. Persuasi ini selalu
dilakukan secara rutin dalam kegiatan sehari-hari. Tulisan mempunyai sifat
mempengaruhi pembacanya agar terbawa dalam atmosfir yang sedang dibicarakannya.
Contohnya, para penulis buku akan selalu mengharapkan pembaca untuk mengikuti
atau meyakini apa yang dia tuliskan dalam bukunya yang secara langsung ataupun
tidak didalam buku tersebut terdapat unsur subjektivitas dari penulis.
Bentuk
dari persuasi berkaitan dengan meyakinkan pembaca tentang pandangan dari
penulis atau yang sering disebut academic argument, mengikuti pola yang dapat
diprediksi dalam tulisan. Setelah penyampaian ringkasan topik pada pengantar,
pernyataan mengenai pandangan terhadap topik tersebut disampaikan secara
langsung pada satu kalimat. Kalimat tersebut adalah ‘thesis statement’, dan
didalamnya menyajikan sebuah ringkasan dari argumen atau alasan yang ingin
dikemukakan oleh penulis dalam tulisannya.
Thesis
dalam sebuah karangan bisa disebut juga sebagai ide pokoknya (main idea).
Thesis statement dalam sebuah tulisan berisi satu atau dua kalimat pernyataan
yang mengekspresikan ide pokok yang terkandung dalam tulisan. Pada thesis
statement memperkenalkan topik dari penulis dan pendapat seorang penulis
mengenai topik yang sedang dibicarakannya.
Adapun
fungsi dari adanya thesis statement mencakup dua fungsi yaitu : pertama,
penulis membuat thesis statement untuk memfokuskan pada hal atau permasalahan
yang sedang dibahas dalam tulisan tersebut. Kedua, adanya kehadiran thesis
statement yang bagus agar dapat membantu pembaca dalam memahami tulisan.
Thesis statement memberitahu pembaca dalam hal bagaimana
menafsirkan pentingnya materi permasalahan yang sedang dibahas. Bisa diibaratkan thesis
statement ini adalah sebagai peta
jalan untuk tulisan tersebut. Dengan kata lain, ia memberitahu pembaca mengenai apa
yang diharapkan dari sebuah tulisan agar pembaca dapat
memahai isinya. Tesis
merupakan interpretasi dari pertanyaan atau subjek, bukan subjek itu sendiri.
Subyek, atau topik dari sebuah karangan contohnya seperti Perang
Dunia II atau Moby Dick, maka tesis harus menawarkan cara untuk memahami perang
atau novel yang bersangkutan sesuai dengan alur yang
dibicarakan.
Thesis statement biasanya
terdapat dalam satu kalimat di suatu tempat di paragraf pertama
yang menyajikan argumen penulis kepada
pembaca. Sisa dan tubuh suatu tulisan berguna untuk mengumpulkan
dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca dengan logika
penafsiran. Bisa dikatakan selain thesis
statement, sisa tulisan yang lainnya digunakan sebagai penjelas atau
informasi pendukung untuk menguatkan
thesis. Penguatan thesis tersebut bisa didukung dengan adanya pemaparan
bukti-bukti ataupun informasi lain sebagai penunjang.
Sebuah thesis adalah hasil dari proses berpikir yang panjang. Bagaimana
tidak ? dalam menentuka thesis harus mencakup keseluruhan dari tulisan yang
dibuat sehingga dalam menentukannya pun butuh telaah dan pendalaman yang
panjang. Sebelum membangun sebuah argumen pada topik pembahasan, seorang
penulis harus mengumpulkan dan mengorganisir bukti. Tidak hanya itu, harus
dicari pula mengenai hubungan dintara fakta-fakta yng diketahui (seperti
mengungkapkan perbedaan dan persamaan), dan memikirkan mengenai hubungan yang
penting dari pembahasan itu.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bisa dimulai
dari tahap meniru dulu tetapi bukan berarti plagiat. Begitu banyak yang harus
dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari pada alasan menjadi
sombong sebab apa yang baru sedikit diketahui. Selain itu, diketahui pula bahwa
setiap tulisan tidah pernah netral artinya
Suatu tulisan akan selalu terkait dengan pandangan
dari penulisnya yang bersifat persuasif. Mengenai thesis statement, agar dapat
membantu pembaca dalam memahami tulisan, biasanya terdapat dalam satu
kalimat di suatu tempat di paragraf pertama yang menyajikan argumen penulis kepada
pembaca.
0 comments:
Post a Comment