Introduction
Seringkali kita merasa terbiasa
dengan situasi dan hiruk pikuk dunia sekeliling, merasa bahwa segala hal yang
kita dengar dan lihat disekitar lewat berita dan surat kabar adalah hal yang
biasa. Wajar dan santapan sehari-hari. Kita tak sadar akan adanya suatu usaha
menyetir dan membatasi gerak pengetahuan dan fakta di dunia ini. Layaknya
sebuah mafia raksasa yang membatasi dan memoles sejarah sesuai kebutuhan
mereka, mereka tak terlihat, tak terdengar dan rahasia. Bergerak universal dan
saling mempengaruhi sehingga secara tidak sadar, kita menjadi korban pembodohan
massal yang akan terus berlanjut jika tak ada yang menyadarkan atau lahirnya
kesadaran dari diri sendiri.
Howard Zinn dalam artikel ‘Speaking Truth to Power with
Books’ menggugah pembacanya tentang kesadaran sosial mengenai keotentikan
sejarah, berita dan fakta yang dilahap semua orang di seluruh dunia. Dan
bagaimana reaksi tentang pengungkapan kebenaran yang disembunyikan dari
masyarakat. Dan tentang tujuan seorang penulis dengan tulisannya.
Summary
Howard Zinn mencoba membuka
pembahasan artikelnya tentang hal-hal yang krusial berhubungan dengan menulis,
seperti apa efek yang terlahir dari tulisan kita, mampukan ia mengubah dunia,
lalu memulai dari keputusan penulis tentang tulisannya. Seperti kenapa ia
melakukannya (menulis), lalu dengan cara apa tulisan ini mampu membantu
masyarakat ataukah tulisan ini dibuat agar mengembangkan kemampuan secara
profesiona saja, bahkan mungkin sekedar berharap bukunya segera dipublikasi
(untuk tujuan finansial).
Ia
menceritakan pengalamannya tentang ‘kekuatan’ sebuah buku yang efeknya mampu
merubah cara pandang dan kehidupan seseorang, termasuk dirinya. Buku mampu
merubah kehidupan sesorang dengan merubah kesadarannya, dimana setiap orang
pernah mengalaminya. Dan saat ‘kekuatan magis’ sebuah buku mampu mengubah
kesadaran seseorang, bayangkan perubahan yang dibuat orang tersebut, perubahan
yang terjadi di lingkungan dan masyarakat sosialnya, lalu koneksi antara apa
yang dilakukan setiap orang dengan perubahan dunia.
Ya, buku
mampu merubah dunia. Tidak salah bahwa siapa yang menguasai teks maka ia mampu
merubah sejarah, bahkan dunia. Dengan cara apa buku mempengaruhi kesadaran
seseorang? Pertama, dengan menyuguhkan ide yang tak pernah dipikirkan
pembacanya, yang terkesan asing bahkan aneh mungkin. Namun ia memiliki pengaruh
terhadap pembacanya, memberikan cara pandang baru, pemahaman baru dan
kewaspadaan lebih.
Contohnya.
Saya pernah membaca kumpulan cerpen karya Leila S Chudori berjudul “Malam
terakhir”. Salahsatunya ada cerpen yang mengkritik cara pandang tentang
kehidupan dimana banyak orang memaksakan kebenaran dan idealitas pada orang
lain. Menceritakan akhir kehidupan yang tragis untuk seorang pemuda panutan
masyarakat, dimana semasa hidupnya ia selalu di tuntut sempurna dan tanpa cela
layaknya seorang panutan, dipaksa hidup sesuai dengan aturan dan keinginan
masyaraktanya. Kehidupan yang kaku namun terhormat, terkenal namun tertekan, tampak
sempurna diluar, namun penuh kehampaan dalam hatinya. ia harus selalu tampak
‘putih’ tanpa noda, tapi bukankah ‘hitam’pun manusiawi? Disini Leila mencoba
merubah kesadaran kita bahwa kesempurnaan absolut adalah hal yang terlalu
mustahil bagi seorang manusia, ia menggambarkan bahwa kesalahan atau dosa
adalah ‘hitam’ yang telah digariskan tuhan pada manusia. Maka salah dan dosa
adalah hal yang sulit dipisahkan dari manusia,‘karna hitam pun manusiawi’. Sebuah
gagasan yang terasa ‘nyeleneh’ bagi pembaca sebelum mampu menafsirkannya dari
gaya bahasa beliau yang rumit.
Ide-ide yang
disisipkan penulis dalam bukunya akan membawa pembaca berfikir lebih jauh dan
kritis. Sering kita mendengar atau melihat para pejabat atau pemegang kuasa
bangsa ini menghamburkan dana “demi kepentingan nasional”. Korban peluru nyasar
dari kepolisian bahkan densus yang berdalih “ demi keamanan nasional”. Dan
celoteh para petinggi militer yang membeli barang rongsokan Negara lain “demi
pertahanan nasional”. Andai satu saja buku yang mengkritisi ketiga hal tersebut
lalu dibaca 150 juta penduduk Indonesia, memicu mereka untuk berfikir tentang
kebenaran alasan-alasan diatas, hasilnya bukan hanya penambahan wawasan dan
kesadaran, bahkan bisa juga aksi nyata dari para pembacanya.
Begitupun
pendapat Zinn tentang UUD Amerika yang kontrofersial menurut pembaca (saya).
Beliau hidup dinegara yang mana para penduduknya begitu taat akan hukum
konstitusi. Kitab hukum ibarat kitab suci, tidak ada yang bisa kita lakukan
untuk melawan hukum, tak ada kata yang sanggup mengalahkan UUD. Siapa orang
dibalik UUD yang begitu sacral ini? Apakah sesakral UUD nya? Charles Beard membedah tuntas ke 55 orang yang berkumpul di
Philadelphia saat menuliskan dasar konstitusi. Tentang berapa luas lahan
mereka, berapa banyak budak yang mereka miliki, berapa besar obligasi yang
mereka pegang dan seperti apa strata kehidupan mereka. Mereka adalah orang
kulit putih yang kaya, dan mereka membentuk konstitusi yang akan melayani
kepentingan mereka.
Dari paparan tadi, ada wawasan yang melahirkan
kesadaran bahwa kelas sosial dibagi dua, si lemah dan si kuat. Dan pemerintah
umumnya akan mengikuti si kuat yang memiliki kekuasaan dan kepentingan
tersendiri. Jika kita tidak tahu akan kemampuan pemerintah yang sangat baik
dalam hal merepresentasikan dan mengutamakan kepentingan satu kelompok yang
berbeda dari kepentingan seluruh rakyatnya, maka kita akan mendengarkan dengan
seksama, mematuhinya dan melakukan apa yang mereka pinta. Sekalipun dengan
taruhan nyawa,beranggapan bahwa “demi kepentingan nasional”maka matipun dengan
terhormat. Padahal kita hanya bidak catur yang terpaksa atau tidak, mesti mau
mati kapanpun demi rajanya yang rakus. Dimana letak kehormatan dari kematian
seperti itu?
Yang kedua
dari cara buku mempengaruhi seseorang, yakni suguhkan fakta. Hanya fakta dan
fakta. Dari sinilah kita sadar bahwa begitu sulitnya mendapatkan fakta yang
murni. Karena disaat fakta itu lahir kedunia, mereka akan menggambarkan
penilaian, yang mana yang pantas anda ketahui dan yang mana yang tak perlu anda
tahu. Banyak hal yang dirahasiakan dari hampir seluruh penduduk bumi tentang
sesuatu yang sangat krusial. Bahkan orang yang membocorkan rahasia tersebut
akan diteror, dipenjara hingga dibunuh demi menjaga ‘rahasia negara’ baik
rahasia yang memang sangat penting hingga rahasia berupa aib dan persekongkolan
busuk para penguasa.
Buktinya.
Ketika kejadian hancurnya gedung WTC tanggal 11 september dan penyerangan ke
pentagon yang katanya didalangi ‘‘teroris’’ Saat sang penguasa berkoar mengutuk
kejadian tersebut dan mengajak rakyatnya untuk bergabung memerangi ‘teroris’,
banyak fakta-fakta kejanggalan yang “dipaksa’’
untuk tak muncul kepermukaan. Seperti kesaksian seorang pemadam
kebakaran yang mendengar ledakan beruntun di setiap lantai WTC yang mampu
meruntuhkan gedung pencakar langit tersebut dimana ledakan itu terjadi belasan
menit setelah pesawat tersebut menabrak gedung. Stetmen ini mengundang banyak
pertanyaan tentang bagaimana ledakan itu terjadi? Apakah hasil dari tabrakan
pesawat? Bila iya mengapa butuh waktu lama hingga ledakan berikutnya muncul?
Bagaimana tentang kesaksian sang pemadam kebakaran tentang ledakan beruntun
dari tiap lantai,yang mampu meratakan gedung tersebut seolah ledakan tersebut
telah direncanakan dan diletakkan di sudut-sudut paling lemah dari gedung ini
hingga mampu merobohkannya? Dikarenakan telah mengungkap fakta yang “berbahaya”
bagi konsumsi public, maka sehari paska kejadian tersebut sang petugas pemadam
kebakaran ini dibebas tugaskan.
Tak cukup
hanya kesaksian seorang warga, rekaman CCTV dari sebuah pom bensin di depan
gedung Pentagon yang “katanya” di tabrak oleh pesawat sipil, tidak nampak
tampak disana rekaman atau gambar pesawat yang terbang rendah lalu menabrakkan
diri ke gedung lima lantai ini, yang terekam hanya sebuah ledakan besar yang
menghancurkan dua lapis gedung yang di klaim paling aman ini. Rekaman ini
sempat diberitakan sekali saat hari kejadian, lalu apa yang terjadi kemudian?
Berita ini tak pernah ditayangkan lagi hingga hari ini dan video rekaman ini
tak pernah dipublikasikan ke publik. Lalu sehari sesudah peristiwa ini, kamera
CCTV tersebut disita pihak keamanan.
Fakta lagi,
sebuah situs milik seorang wartawan yang memotret tempat kejadian penghancuran
Pentagon sekitar 30 menit setelah kejadian menyajikan foto-foto yang berlawanan
dengan statemen pemerintah bahwa gedung ini di tambrak pesawat sipil. Dalam fotonya,
terlihat sebuah lubang besar di dinding gedung yang diperkirakan hasil dari tabrakan
tersebut. Tetapi kejanggalan muncul ketika mengamati daerah sekitarnya bahwa di
gambar tersebut tak ditemukan bangkai pesawat yang hancur sama sekali. Idealnya
dengan kekuatan yang mampu mendobrak dua pelat baja tebal yang melindungi dua
lapis gedung ini, pasti akan ada sisa tabrakan yang tercecer berserakan
disekitar tempat kejadian dan mengingat besar pesawat yang setara jenis Boeing
737 yang tidak memungkinkan bangkai pesawat dapat dibersihkan dalam waktu
singkat, sangat aneh bila dalam gambar tersebut tak didapati bangkai pesawat
meskipun hanya kursi penumpang dan koper-kopernya. Dari ukuran pesawat yang diperkirakan
digunakan untuk menabrak pentagon, lubang yang dihasilkan terlalu kecil dan
rapih. Bayangkan diameter badan pesawat hingga rentang sayapnya yang luas hanya
mampu menghasilkan lobang sebesar 16 meter, dan tanpa ada sisa pesawat
sedikitpun. Sungguh diluar logika. Apa yang terjadi selanjutnya? situs ini ditutup
tanpa ada alasan yang jelas.
Ya, demi
kepentingan suatu golongan, fakta bahkan nyawa bisa dimanipulasi sesuai
kebutuhan, dengan kemasan yang indah dan menggugah seolah semua manipulasi
kepentingan ini menyangkut hak banyak orang. Maka dengan membacalah kita
membuka kerangkeng yang membatasi gerak informasi, lewat bukulah penulis mampu
menularkan cara pandangnya yang tak banyak diketahui orang, memperluas
pandangan dan cara berfikir.
Namun
ketika fakta yang dihadirkan bersinggungan dengan apa yang sudah melekat dan
menjadi tradisi di masyarakat, bukan hal mudah untuk membuka kesadaran sosial
mereka. Saat suatu fakta yang terasa kontrofersial dan asing ditelinga
disuguhkan kehadapan masyarakat, ‘‘kekuatan’’ buku ini akan menghasilkan reaksi
yang bermacam-macam dari pembacanya. Mulai dari kaget, tak percaya hingga
masalah yang lebih ekstrim lagi. Seperti dijelaskan pengalaman Howard Zinn saat
buku tentang A People’s History of the United States dimana beliau
menyinggung tentang sisi lain dari Cristoper Colombus yang berbeda jauh dari
yang banyak diketahui dan dipelajari selama ini. Sejarah umum yang banyak
dipelajari di Amerika menyatakan bahwa Colombus yang adalah seorang
pahlawan,penemu pulau Amerika,petualang hebat dan orang yang taat injil. Ketika
dihadapkan dengan fakta bahwa Colombus adalah penjahat bengis pelaku genosida,
hypocrite, seorang yang tamak pencari emas, berkeinginan membunuh dan
memutilasi, siapa yang tak kaget?
Bahkan bagi orang yang baru membaca
satu bab dari buku ini mereka mulai bereaksi,
seorang guru mengirim email pada Zinn mengenai pengaruh bukunya bahwa
karena bukunya lah ia bisa dalam masalah karena orang tua siswaa yang membaca
buku tersebut akan datang ke sekolah dan melaporkan bahwa guru tersebut seorang
komunis. Bayangkan, dengan hanya membuka satu
sajafakta tersembunyi bisa terjadi sebuah revolusi. Ketika mempelajari
satu saja informasi yang disembunyikan dari public, akan menuntun kita untuk
menemukan pecahan teka teki lainnya yang berusaha dipendam dalam-dalam oleh
beragam oknum. Contohnya fakta bahwa Cristoper Colombus bukanlah penemu Benua
Amerika akan menuntun pembaca untuk menelusuri siapakah penemu sebenarnya dari
Benua Amerika hingga akhirnya munculah nama Laksamana Cheng Ho dari Cina yang
menemukan Benua Amerika 500 tahun lebih awal dari Colombus. Kesadaran yang
dihasilkan dari fakta yang selama ini dibungkam seperti dicontohkan
Rebecca, seorang siswi sekolah menengah. Ia berkata
“jika saya harus berbohong tentang Colombus, kebohongan apalagi yang harus saya
buat?’’ Ia sadar bahwa untuk menutupi satu kebohongan, memerlukan kebohongan
lain. Maka tidak mungkin kebohongan tentang Colombus hanya satu-satunya
kebohongan yang dibuat para antek bangsanya.
Satu
lagi hal yang membuat membaca dan menulis memiliki effek. Yang tata bahasa yang
tidak masuk akal, konyol,perlu penafsiran dan tak bisa langsung di cerna.
Dicontohkan seperti dalam buku karangan Joseph Heller “Catch-22” dimana
disuguhkan adegan Yossarian, seorang bombardier diperang dunia kedua tengah
bercakap dengan seorang kakek tua di tempat lacur di Italia. Sang kakek berkata
“ Kau tahu? Italia akan menang karena ia terlalu lemah, dan USA dalam jangka
panjang akan kalah karena ia terlalu kuat.” Suatu ide yang terdengar konyol,
namun akan membuat kita berfikir mencari maknanya.
Satu
penulis yang saya kagumi karena keanehan bahasanya yang absurd dan tak mudah
dicerna, Leila S.Chudori, sering menggunakan analogi yang aneh dan rumit.
Seperti halnya dalam cerpen “Paris”berceritakan seorang seniman psikopat yang
terobsesi dengan hal – hal yang berbau nafsu bertemu gadis Indonesia yang
polos. Sang seniman sering berteriak kesakitan sendiri di kamarnya disertai
suara cambukan dan teriakan wanita. Sang gadis yang iba berusaha membantu
memperbaiki keadaan psikologis seniman gila ini. Namun apa daya. Dianalogikan
seperti dua ekor tikus besar yang berlari saling kejar diselokan, karena rasa
iba sang gadis mengambil satu ekor tikus itu dari selokan dan melepasnya di
tanah luas. Keesokannya, si tikus dalam got masih hidup dengan terus berusaha
berenang dalam arus air hujan di selokan. Tikus satunya, ia mati entah
kedinginan atau dimangsa mahluk lain. Dari analogi tersebut pembaca berfikir
untuk mencari makna yang berusaha disampaikan penulis lewat dua tikus itu,
yakni tiap orang memiliki dunianya sendiri. Meskipun terlihat mengerikan dan
menderita seperti si tikus diselokan yang sempit nan bau, namun itulah yang
membuatnya tetap hidup. Dibalik keterbatasannya, ia sudah terbiasa nyaman di
dunianya. Sedangkan si tikus besar yang bebas, ia tak mampu bertahan dalam
kebebasannya itu. Seringkali kesempitan dan ujian yang kita terima adalah
hal terbaik yang mampu membuat kita
bertahan. Sedangkan kebebasan dan kebahagiaan yang di idamkan tak jarang
mengandung bencana mematikan. Intinya sukuri apa yang ada.
Critique
Dalam
artikel ini Howard Zinn menjelaskan dengan rinci efek-efek positif dari buku
bacaan. Tapi dalam kehidupan nyata, buku tak semuanya berefek positif. Sering
kita dengar di berita mengenai buku pelajaran yang berisi konten-konten yang
tidak pantas bagi siswa sekolah. Seperti sara, salah konten, dan gambar-gambar
yang tidak senonoh yang bahkan sampai ke sekolah-sekolah dan dibaca siswanya.
Meski akhirnya dapat ditanggulangi, tapi mengingat efek yang ditimbulkannya
akan bertahan lama.
Belum lagi
buku-buku yang ditulis untuk tujuan saling menghujat atau menyesatkan. Dengan
bahasa yang kuat dan memprovokasi, bayangkan seberapa kuat efeknya pada pembaca
dan akibat lebih jauhnya lagi, seperti apa perubahan yang terjadi di masyarakat
akibat dari buku-buku semacam ini.
Buku akan
memberikan pengaruh bila pembaca belum memiliki dasar terhadap isi yang
dibicarakan dalam buku, bila sang pembaca sudah punya pendirian dan keyakinan,
pengaruhnya tidak sebesar yang dialami pembaca awam. Pembaca yang memiliki
background yang cukup untuk menelaah isi sebuah buku, ia tak akan asal telan
semua pemikiran dan pendapat sang penulis. Ia akan membandingkan dengan
pemahaman dan pengalamannya dan memperkuat referensinya hingga jelas makna dan kebenaran
semua fakta dan opini dalam buku tersebut.
Conclusion
Buku, dengan
segala kekuatannya yang mampu menciptakan sebuah revolusi lahir dari penulis
yang luar biasa pula. Seperti yang di bahas di awal, sebelum mulai menulis,
sebelum tulisan ini memberi kekuatannya pada pembaca, memberikan manfaat dan perubahan
terhadap pembacanya bahkan dunia, yang pertama dipertanyakan adalah kenapa kamu
menulis? target yang diharapkan dari tulisan kita ini mesti di pertimbangkan
terlebih dahulu, apakah untuk membantu orang lepas dari belenggu pembodohan
missal yang tidak mereka sadari? Bila ya, dengan cara seperti apa? Bila tidak,
apa tujuan sebenarnya?.
Kekuatan
yang muncul dari buku dan menyentuh hati pembacanya, tentunya lahir dari
kekuatan hati sang penulis yang dengan apiknya melukiskan apa yang ada dalam
pikirannya agar pembaca mampu meraih pesan yang coba penulis sisipkan. Mampu
membangunkan kesadaran sosial yang selama ini di dikurung dan dipendam demi
kepentingan satu golongan.
Orang yang
mampu menguasai teks, ia akan mampu merubah dunia. Itulah mengapa adanya
ketakutan yang berlebih dari pemerintah terhadap para penulis yang kritis,
karena pemerintah takut segala kebobrokan yang selama ini di tutupi dari
rakyatnya akan muncul dari tulisan-tulisan orang yang baik hati, mencoba
menyadarkan rakyat bahwa mereka dimonopoli, segala yang mereka dengar dan lihat
adalah hasil manipulasi dengan menutupi sebagian informasi, menyebarkan
sebagiannya lagi dan memoles bagian lainya. Fakta bahwa ketakutan sebuah bangsa
korup terhadap para penguasa teks salah satunya kasus Munir, seorang aktifis
HAM yang giat mencari kebenaran dan menuliskan bukti kebohongan public, tewas
tanpa diketahui pelakunya. Shakespears dengan puisinya bisa menghasilkan ketakutan
di tubuh pemerintahnya. Dan banyak para tokoh revolusioner dunia yang juga menuliskan
buku yang mampu membuka mata para pembacanya tentang apa yang sebenarnya
terjadi, tak hanya apa yang mereka
dengar dari beritaa dan lihat dari Koran.
Lewat
artikel ini, Howard Zinn membuka mata kita bahwa banyak fakta yang tertukar,
atau ditukar. Banyak kisah yang salah, atau sengaja disalahkan. membuka
kesadaran sosial lewat membaca bahwa kebohongan demi kebohongan secara tak
sadar menjadi santapan sehari-hari, menjerumuskan pada pembodohan missal.
Reference
ebook [Alisse_Waterston,_Maria_D._Vesperi]_Anthropology_(BookFi.org)
kumpulan cerpen “malam terakhir” Chudori,Leila S.
Video "Teori Konspirasi Dibalik Peristiwa 911"
harunya kamu memberi lahan yang lebih banyak untuk critique. Ada berapa hal yang menjadi poin penting untuk dikritisi dan fakta baru apa saja yang bisa kamu tambhakan mengenai Columbus
ReplyDelete