Nama : Maftuhah Rizqiyah
Kelas : PBI-B
NIM : 14121310315
CRITICAL REVIEW 2
MENUMBUH KEMBANGKAN MINAT BACA
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah
satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut
sebuah halaman. Buku adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya
cakrawala dunia.
Minat
baca masyarakat Indonesia termasuk siswa-siswi kita masih rendah. Masyarakat
kita lebih senang budaya lisan atau tutur. Kita belum menjadi society book reader.
Kondisi ini berbeda dengan Negara-negara di sekitar kita yang telah
menjadikan membaca sebagai aktivitas rutin setiap hari. Kondisi ini tentu
memicu rendahnya kemampuan membaca masyarakat kita.
Sekolah
termasuk dalam masyarakat ilmiah, seharusnya didesain untuk menumbuhkembangkan
kegemaran membaca. Siswa sebagai kaum terpelajar dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan informasi terkini, oleh karena itu sangat dibutuhkan
pembiasaan membaca yang memadai. Tetapi, kenyataannya tidak demikian. Dalam sebuah
penelitian terungkap bahwa kebanyakan siswa lebih mementingkan membeli pulsa HP
daripada membeli buku. Banyak ditemui, siswa lebih suka menikmati komunikasi
dengan HP daripada membaca dan menambah koleksi bukunya. Banyak bukti lagi yang
menunjukkan bahwa di kalangan siswa belum terbentuk budaya atau kegemaran
membaca. Banyak siswa yang hanya membaca atau mencari buku jika ada tugas dari
guru. Tidak banyak siswa yang secara sadar dan mandiri melakukan kegiatan
membaca untuk memperluas pengetahuan mereka. Ini menunjukkan betapa masih
rendahnya minat baca mereka. Belum terbentuknya kebiasaan atau kegemaran
membaca di kalangan siswa, diduga tentu ini berimplikasi pada kemampuan mereka
dalam membaca. Kemampuan membaca merupakan saah satu ciri masyarakat literat.
Secara sederhana, masyarakat literat adalah masyarakat yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis atau melek
aksara. Hal ini sejalan dengan pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang mengartikan literacy sebagai mampu untuk
membaca dan menulis (able to read
and write), sedangkan orang yang mampu keduanya disebut literat.
Kemampuan
membaca merupakan kemampuan dasar dalam belajar karena hampir semua kemampuan
untuk memperoleh informasi dalam belajar bergantung pada kemampuan tersebut.
Melalui membaca, seseorang dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan,
memperkaya pengalaman, mengembangkan wawasan, dan mempelajari segala sesuatu.
Oleh karena itu, rendahnya minat baca dan rendahnya kemampuan membaca oleh para
generasi muda akan berdampak buruk terhadap pengembangan diri dan kinerja
mereka yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap pembangunan bangsa.
Sejarah belum mencatat ada orang pintar dan hebat yang tidak banyak membaca.
Berkaitan
dengan ulasan tersebut, berikut ini akan dikaji secara khusus tentang :
1)
gambaran kemampuan membaca siswa Indonesia,
(2)
penyebab rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa,
(3)
solusi menumbuhkembangkan minat dan kemampuan membaca siswa.
Gambaran Kemampuan Membaca Siswa Indonesia
Studi
IEA (International Association for the
Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca
anak-anak di pegang oleh negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yaitu studi
internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg
disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada
urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan
siswa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia.
Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor
65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan
anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, yaitu 30 persen
saja dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab
soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran.
Sebagian besar siswa kita masih memiliki kemampuan membaca
pada taraf ‘belajar membaca’. Siswa pada tingkat literasi-1 hanya mampu untuk
membaca teks yang paling sederhana, seperti menemukan informasi yang ada di
dalam bacaan sederhana, mengidentifikasi tema utama suatu teks atau
menghubungkan informasi sederhana dengan pengetahuan sehari-hari. Sedikit dari siswa kita yang memiliki kemampuan membaca yang canggih, seperti
menemukan informasi yang rumit dalam teks yang tidak dikenal sebelumnya,
mempertunjukkan pemahaman yang terperinci, menarik kesimpulan dari informasi
yang ada di dalam teks, dan mengevaluasi dengan kritis, membangun hipotesis,
serta mengemukakan konsep yang mungkin bertentangan dengan harapannya sendiri..
Hasil
survey lembaga underbouw Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), UNESCO (United
Nation Education Society and Cultural Organization), juga menemukan fakta: minat
baca masyarakat Indonesia betul-betul rendah, bahkan paling rendah di Asia.
Berdasarkan data tersebut, minat baca masyarakat Indonesia khususnya di kawasan
Asia Tenggara saja menduduki peringkat keempat, setelah Malaysia, Thailand, dan
Singapura (http://www.cybermq.com).
Bukti-bukti
di atas telah menunjukkan bahwa minat baca di kalangan masyarakat termasuk
siswa-siswi kita memang masih rendah. Apakah budaya membaca, sebagai wujud
komitmen terhadap proses pendidikan sudah sedemikian dipandang tidak penting
oleh sebagian besar masyarakat kita? Padahal, minat membaca yang tinggi sangat
penting. Kesuksesan pendidikan anak sangat bergantung pada kemampuan membaca.
Minat baca yang rendah mempengaruhi kemampuan anak dan secara tidak langsung
berakibat pada rendahnya daya saing mereka dalam percaturan nasional dan
internasional. Sejarah belum mencatat ada orang pintar dan hebat yang tidak
banyak membaca.
Pertanyaannya
sekarang adalah mengapa sampai terjadi demikian? Berikuti ini hasil suatu
analisis mengapa minat dan kemampuan membaca masyarakat khususnya siswa-siswi
kita rendah.
Penyebab Rendahnya Minat
dan Kemampuan Membaca Siswa
penyebab
rendahnya minat baca adalah sebagai berikut :
·
lingkungan
keluarga dan sekitar yang kurang mendukung kebiasaan membaca.
·
rendahnya
minat baca disebabkan oleh rendahnya daya beli buku masyarakat berkaitan dengan
rendahnya tingkat ekonomi dan rendahnya kesadaran pentingnya buku. Tuntutan
hidup di zaman sekarang ini cukup tinggi.
·
rendahnya
minat baca masyarakat termasuk siswa-siswi kita disebabkan oleh minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya
memadai. Menurut data Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (PNRI)
dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang memiliki perpustakaan layak.
·
penyebab
rendahnya minat baca adalah dampak
negatif perkembangan media elektronik. Acara televisi dan radio sekarang
ini dibuat sedemikian menarik dan beragam sehingga masyarakat dari berbagai
latar belakang dan usia dimanjakan oleh acara-acara yang mereka tonton/dengar.
Hal ini didukung oleh data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada
2006 yang menunjukkan, bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca
sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV
(85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id).
·
penyebab
rendahnya minat membaca siswa Indonesia adalah karena model pembelajaran secara umum belum membuat siswa harus membaca.
Tidak banyak model pembelajaran yang menugaskan siswa untuk membaca buku,
mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan dari berbagai
sumber, mengapresiasi karya-karya ilmiah seperti artikel, karya-karya sastra,
dan sebagainya.
·
penyebab
rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa adalah karena sistem pembelajaran membaca yang belum tepat. Dalam Kompas 29
Oktober 2009 disebutkan, “Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah.
Lemahnya kemampuan membaca siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca”.
Solusi
Mengatasi Rendahnya Minat dan Kemampuan Membaca :
1.
Membiasakan Anak Membaca Sejak Dini
Pertumbuhan minat baca
bisa dimulai sejak bayi lahir. pada masa 0-2 tahun perkembangan otak anak amat
pesat (80% kapasitas otak manusia dibentuk pada periode dua tahun pertama) dan
amat reseptif (gampang menyerap apa saja dengan memori yang kuat). Bila sejak
usia 0-2 tahun sudah dikenalkan dengan membaca, kelak mereka akan memiliki
minat baca yang tinggi. Oleh karena itu dalam usia dini anak perlu
dikenalkan dengan dunia membaca.
2. Menyediakan
Buku yang Menarik
Upaya merangsang
masyarakat untuk mau membaca dapat dilkukan dengan penyediaan bahan-bahan
bacaan yang menarik, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masing-masing
kelompok umur. Dengan kata lain, ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap
orang untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari
situlah, tumbuh harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan
bacaan. Implikasinya, taraf masyarakat akan kian meningkat.
2000
saja sebanyak 110.155 judul buku. Posisi kedua ditempati Jerman dengan jumlah
judul buku yang diterbitkan pada tahun 2000 mencapai 80.779 judul, Jepang
sebanyak 65.430 judul buku. Sementara itu, Amerika Serikat menempati urutan
keempat. Indonesia pada tahun 1997 pernah menghasilkan lima ribuan judul buku.
Tetapi, tahun 2002 tercatat hanya 2.700-an judul. Sangat jauh apabila
dibandingkan dengan produksi penerbitan buku tingkat dunia. Bila dibandingkan
dengan tetangga kita, Malaysia, dalam hal minat baca dan oplah buku, kita
sangat jauh tertinggal. Data statistik menyebutkan, dalam 10 tahun terakhir Indonesia
baru menerbitkan 2500 judul buku per tahun. Sementara, di Malaysia yang
berpenduduk sepersepuluh dari negara kita sudah memproduksi 9.600 judul buku
per tahun.
Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kebiasaan Membaca
Rendahnya
daya beli buku dan minat baca kadang-kadang berkaitan erat dengan budaya bukan
melulu soal ekonomi. Jadi, cara menyelesaikannya juga dengan pendekatan budaya.
Karena ini mengubah budaya, maka tidak bisa terjadi dengan cepat. Meski
perubahan lambat, namun harus tetap diusahakan terus demi memperoleh kebiasaan
sepanjang hayat. Salah satu cara menciptakan lingkungan tersebut adalah
kebiasaan membaca dalam keluarga dan lingkungan sekitar
3.Memperbaiki Kembali
Penampilan Perpustakaan agar Menarik
Apabila
yang menjadi alasan adalah rendahnya daya beli buku, maka dengan adanya
perpustakaan yang nyaman, fasilitas yang memadai, serta pustaka yang relatif
lengkap dan baru akan membuat kita menjadi gemar membaca. Meskipun hampir
semua sekolah sudah memiliki perpustakaan (apa pun bentuknya), tidak semuanya
memiliki koleksi buku yang memadai atau dikelola dan dimanfaatkan secara
profesional. Dengan meningkatkan layanan dan fasilitas di perpustakaan, maka
diharapkan minat baca masyarakat menjadi meningkat. Dengan cara ini, upaya
meningkatkan minat baca akan sangat terbantu.
4. Mengembangkan Model
Pembelajaran Membaca yang Menyenangkan, Bervariasi, dan Mendidik
Sistem
pendidikan perlu direformasi agar mampu mengembangkan kemampuan membaca siswa.
Pembelajaran di sekolah harus lebih diarahkan pada pengembangan kreativitas dan
daya berpikir kritis mereka. Siswa harus dibiasakan dengan tugas membaca dan
membuat jurnal atau laporan bacaan. Dengan jurnal mereka memiliki kebebasan
untuk mengekspresikan pendapat tentang buku yang mereka baca. Hal ini akan
meningkatkan daya nalar dan kritis siswa yang merupakan awal lahirnya generasi
yang literat.
Model Pembelajaran
Membaca untuk Kelas Awal ( Permulaan)
Membaca permulaan dalam
pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya
menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan
yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding.
Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambargambar bunyi
beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut,
rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam
kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Di samping itu,
pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris
tulisan. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya
diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge
of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan
dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Pada tingkatan membaca
permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya,
tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan/kemampuan
membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa
tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang
bunyi bahasa tersebut.
Secara umum, pengajaran membaca permulaan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu induktif
dan deduktif. Dalam model induktif, anak diperkenalkan unit bahasa terkecil
terlebih dahulu baru kemudian mengenalkan kalimat dan wacana. Jadi, siswa
diperkenalkan dulu bunyi-bunyi bahasa atau huruf huruf, baru diperkenalkan suku
kata. Untuk menimbulkan kegemaran anak pada dunia baca, metode pembelajaran
yang digunakan di kelas awal haruslah yang menyenangkan dan mendidik.
Pembelajaran membaca tidak selalu dalam bentuk menghadap sebuah buku dan anak
harus berusaha dapat membaca dengan usaha yang sangat keras. Cara seperti
inilah yang membuat anak tidak senang dengan pembelajaran membaca. Oleh karena
itu, pembelajaran membaca permulaan harus dikemas dalam suatu model misalnya
melalui permainan yang menyenangkan.
Permainan merupakan alat
bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang
diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan
perkembangan kehidupan sehari-hari. Unsur dalam permainan antara lain
pengulangan. Anak mengkonsolidasikan ketrampilannya yang harus diwujudkannya
dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak
memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain. Melalui
permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran
misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya.
Salah
satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran membaca
permulaan model permainan adalah metode
scrambel. Pada prinsipnya metode permaianan ini menghendaki siswa untuk
melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya
dengan sengaja telah dikacaukan. Dalam pembelajaran membaca, anak diajak untuk
berlatih menyusun suatu organisasi tulisan yang sengaja dikacaukan selanjutnya
anak disuruh untuk menata ulang susunan tulisan yang kacau tersebut untuk
menjadi suatu tulisan yang bermakna. Hal ini anak diajak untuk lebih berkreasi
dengan susunan yang baru yang mungkin akan lebih baik dari susunan yang lama.
Oleh karena itu teknik ini akan memungkinkan siswa belajar lebih santai dan
tidak membuat stress, mereka akan melakukan dengan senang hati karena mereka
mengira ini hanya permainan semata.
Model Pembelajaran Membaca Lanjut
Tujuan
membaca lanjut adalah agar siswa dapat memahami bahasa orang lain yang tertulis
serta menambah pengetahuan dan mengembangkan emosi anak. Dalam membaca lanjut
dikenal metode membaca teknik, membaca dalam hati termasuk di dalamnya membaca
cepat, membaca pemahaman, dan sebagainya.
Pada
membaca lanjut, berdasarkan kekomplekan kognitif dalam memahami bacaan
dibedakan antara membaca literal dan membaca tingkat tinggi. Hal ini
dikemukakan oleh Burn dkk (1996) dan Syafi’ie (1993), yang mengatakan bahwa ada
dua tingkatan pemahaman membaca, yaitu pemahaman literal dan pemahaman tingkat
tinggi. Pemahaman tingkat tinggi mencakup pemahaman interpretatif, pemahaman
kritis, dan pemahaman kreatif. Pemahaman kritis dan kratif dapat digolongkan ke
dalam pemahaman evaluatif. Pengelompokan tingkatan membaca selengkapnya dari
Burn dkk (1996):
1) Literal comprehension (pemahaman
literal)
2) Interpretative coprehension
(pemahaman interpretatif)
3) Critical comprehension (pemahaman
kritis)
4) Creative comprehension (pemahaman
kreatif).
Metode
pembelajaran membaca lanjut juga harus tepat. Ada beberapa metode yang biasa
digunakan dalam pembelajaran membaca yang dapat dimodifikasi sesuai dengan
pokok bahasan yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, metode
Kegiatan Membaca Langsung (KML) atau Direct
Reading Activities (DRA). Penggunaan Metode KML adalah untuk mengembangkan
kemampuan membaca secara komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan
perolehan pengalaman siswa berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif.
Kedua, metode SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review). Tujuan
penggunaan metode ini untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi dalam
membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan
dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehansif.
Ketiga, metode Membaca-Tanya Jawab (MTJ) atau Request (Reading-Question).
Tujuan
penggunaan metode ini, adalah untuk melatih siswa untuk berkonsentrasi dan
“berpikir keras” guna memahami isi bacaan secara serius. Metode ini digunakan
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun dan memahami bagan,
mengelompokkan, memetakan isi bacaan, misalnya bacaan cerita dan memetakan isi
bacaan secara umum Melalui metode ini pembaca diminta untuk dapat memahami
wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian tertentu dalam wacana ini
dengan sengaja dilesapkan) dengan pemahaman sempurna.
Dengan adanya motivasi yang baik, siswa akan lebih mudah
dan senang belajar. Motivasi dalam
pembelajaran adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga
seseorang terdorong untuk belajar lebih
baik, dan mempengaruhi siswa sehingga pada diri siswa timbul dorongan
untuk belajar, sehingga diperoleh
pengertian, pengetahuan, sikap dan penguasaan kecakapan, agar lebih dapat mengatasi kesulitan-kesulitan.
Dapat disimpulkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia termasuk siswa-siswi kita
masih rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa-siswi kita antara lain
tergambar dalam hasil riset PIRLS (Progress in International Reading Literacy
Study), PISA (Programme for International Student Assessment), dokumen UNDP
dalam Human Development Report 2000, dan hasil survey lembaga underbouw
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Penyebab
rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa antara lain karena (1) lingkungan
keluarga dan sekitar yang tidak mendukung kebiasaan membaca, (2) daya beli buku
masyarakat yang rendah, (3) minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya
memadai, (4) dampak negatif perkembangan media elektronik, (5) model
pembelajaran yang secara umum belum membuat siswa harus membaca, dan (6) sistem
pembelajaran membaca yang belum tepat.
Solusi
untuk mengatasi rendahnya minat dan kemampuan membaca adalah sebagai berikut
(1) membiasakan anak membaca sejak dini, (2) menyediakan buku/bahan bacaan yang
menarik, (3) menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca, (4) memperbaiki
kembali penampilan perpustakaan agar menarik, (5) mengembangkan model
pembelajaran membaca yang menyenangkan, bervariasi, dan mendidik.
Usaha-usaha ini harus
ditingkatkan terus, agar kita menjadi anggota masyarakat yang literat yang
terbuka cakrawala keilmuannya. Kita yang hidup di era informasi dan teknologi
ini dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, oleh karena itu dibutuhkan
aktivitas membaca yang banyak untuk menguasainya. Marilah kita gapai pintu ilmu
pengetahuan kita melalui kegiatan membaca, karena membaca merupakan jalan yang
akan mengangantarkan kita untuk mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Burn,
P.C., Roe, B.D., dan Ross, E.P. 1996. Teaching
Reading in Today’s Elementary School. Boston: Houghton Mifflin Company.
Cochran,
Y. 1993. Everything You Need to Know to be a Succesfull whole Language
Teacher: Plans Strategies, Technigues a More. Neshvill: Incentive
Publications, Inc.
Grabe, W. & Kaplan R. (Eds.) 1992. Introduction to Applied Linguistics. New
York: Addison-Wesley Publishing Company.
Graff, Harvey J. 2006
Literacy. Microsoft® Encarta® [DVD]. Redmond, WA: MicrosoftCorporation
2005.
Hafni. 1981. Pemilihan dan Pengembangan Buku
Pengajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Thesis statement-nya ko ngelantur, sehingga bagi saya tulisan ini ujungnya ngelantur alias ga fokus
ReplyDelete