Mencari
jarum di tumpukkan jerami tak semudah membalikkan telapk tangan. Hanya saja
dengan keuletan dan kesungguhanlah yang akan yang akan membawa diri seseorang
untuk lebih mudah meraih apa yang diharapkan. Begitu pula dengan apa yang akan
dibahas di sini yaitu “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony” yang di
tulis oleh Prof. Chaedar Al-Wasilah.
Nampaknya
tak perlu panjang lebar apa yang akan dikembangkan di sini. Perlu kita ketahui
bahwa proses belajar-mengajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Tidak lepas pula dari peran dunia pendidikan. Dalam sitem belajar-mengajar
tentunya banyak sekali usaha atau upaya yang beragam yang dilakukan guru agar
apa yang beliau ajarkan mudah diterima oleh peserta didiknya.
Masih
sama penjelasan sebelumnya bahwa pendidikan yang baik merupakan karena baiknya
hubungan atau interaksi belajar-mengajar di dalamnya. Ada dua hal yang akan
dibahas di sini yaitu mengenai classroom discourse dan religious harmony.
Classroom discourse merupakan suatu proses interaksi belajar-mengajar yang di
dalamnya terkandung guru dan murid dan terdapat proses teaching dan learning.
Interaction
: Teacher and student à talk
o
Background
o
Communication strategies
o
Goal-driver : kognitif, afektif, dan
psikomotorik
o
Madming-making practice
Dari
gambaran table singkat di atas membuktikan bahwa banyaknya proses interaksi
yang terjalin dibidang pendidikan. Terdapat suatu pernyataan mengenai classroom
discourse menurut Yogni Zhang, that :
“Student learning closely linked to the quality of
classroom talk.”
Argument
di atas menegaskan bahwa suatu system pendidikan yang di dalamnya memiliki
kualitas yang utuh adalah bagaimana diri siswa untuk dapat berinteraksi dengan
temannya hingga gurunya. Classroom di sini lebih mengembangkan ke aspek system
teaching-learning.
Banyak
cara yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menciptajan suatu kerukunan
dengan peserta didiknya. Untuk anak seusia SD masih tidak labil dan masih terlalu
mempercayai budaya lisan dan memang bahwa siswa lebih suka dengan kondisi
lingkungan sekitar yang sedang ia jalani sekarang.
Beralih
ke religious harmony, yang merupakan suatu upaya untuk menyatukan suatu dalam
perbedaan khusunya perbedaan agama. Untuk mencapai pendidikan dengan kualitas
terbaikmerupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru. Banyaknya latar belakang
yang beragam, hal ini menjadi perhatian penting bagi para pendidik untuk lebih
giat lagi membimbing para siswanya agar tetap dapat mempelajari dari segala
sesuatu perbedaan.
Dari
dahulu hingga sekarang, literasi Indonesia masih menempati urutan terendah
tingkat ASEAN bahkan dunia. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjadi
warga Negara yang baik ialah cukup dengan listening-oriented dan
speaking-oriented. Perbedaan dan beragaman hanyalah masing-masing unit sebagai
pelengkap dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
Classroom
discourse to nfoster religious harmony tidak akan pernah terpisahkan dari
komponen-komponen yang terkandung di dalamnya dan terdapat nilai-nilai yang
tercantum dalam siladari pancasila sebagai dasar Negara. Selain itu,
komponen-komponen yang mempengaruhi perbedaan dalam system teaching and
learning, yaitu:
·
--> Background
Bacjground merupakan
latar belakang dari tiap siswa yang beragam. Seperti halnya dengan asal daerah,
status, ekonomi dan lain sebagainya. Dari latar belakang yang berbeda, siswa
diharuskan untuk memahami satu sama lain dan diajarkan bagaimana caranya dapat
saling toleransi satu sama lain.
·
--> Communication Strategies
Communication
strategies di sini merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk memancing
muridnya agar menjadi siswa yang aktif dan tidak enggan untuk berkomunikasi
satu sama lain.
·
--> Goal-Driver
Goal-driver merupakan
suatu tujuan yang diharapkan pendidik
akan perkembangan siswanya. Semua itu tidak lepas dari tiga komponen keci
yangsaling mempengaruhi yaitu kognitif, afektif, dan psokomotorik.
Kita
sangatlah berbeda, begitu pula dengan mereka yang bersifat beragam. Akan tetapi
apakah dengan keberagaman tersebut mereka dapat menciptakan suatu kerukunan dan
toleransi antar teman lainnya? Hal ini seharusnya dijadikan perhatian khusus
bagi para pendidik, terutama upaya membangun literasi anak bangsa. Literasi
berawal dari rasa toleran terlebih dahulu terhadap sesuatu, dan toleransi juga
aspek yang penting dalam mendukung suatu kerukunan, ketertiban bahkan
terjalinnya kesatuan dibalik keberagaman individu.
Di
dalam kelas dengan system teaching-learning harus diupayakan oleh pendidik
perihal meluangkan atau memberikan waktu seluas mungkin kepada siswa untuk
berlatih mencari dan mendengarkan (listening and speaking (talking)). Ini
merupakan cara yang tepat untuk menciptakan suatu interaksi di kelas. Nystrand
memeparkan sesuatu mengenai classroom discourse :
“indicates
that talk is necessary for the building of the brain itself as a physical
organism and thereby expanding its power.” Moreover, there quality of classroom
discourse is of great importance because it sets suitable climate for learning
and transmitting teachers ‘expactations for their pupils’ thinking” (Nystrand,
1997 28 )
Bukan
hanya itu, classroom discourse memiliki dua system yang berbeda di dalamnya,
yaitu :
a) Tradisional
lessons : Teacher initation, student response, and teacher evaluation
b) Non-tradisioanl
lessons
Dari
semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kelas antara guru
dan siswa harus selalu berkomunikasi melalui talking-teaching. Guru harus
mengajarkan kepada peserta didik akan pentingnay bertoleransi antara sesame
yang dimiliki perbedaan latar belakang baik itu social, budaya, agama, etnis
dan sebagainya. Hal tersebut diupayakan agar siswa enggan untuk melakukan suatu
hal yang tidak diharapkan.
0 comments:
Post a Comment