Analysis
Classroom Discourse
Peperangan yang berujung memilukan
bangsa ini, kurangnya persenjataan yang dibawa dengan bekal yang sedikit.
Kurangnya wasasan, kurangnya latihan rutin yang seharusnya untuk memperkokoh
pertahanan, harus menjaga kawasan agar tidak ada penyusup untuk menggoyahkan
pertahanan. Diibaratkan dengan Classroom
discourse, yang mana mencakup dengan menganalisis suatu kelas. Tapi,
sebelum menjelaskan kesana, bahwa George Aditjondro menyatakan menurut beliau
tidak hanya menganalisis kelas, kita juga harus mengerti soal etnis, gender.
Peringatan seperti itu, karena orang yang menggunakan analisis kelas menganggap
bahwa tersebut itu penting.
Dalam suatu classroom discourse terdapat pembagian, yang dimaksudkan yaitu
dalam suatu kelas kita dapat membagi yang kata kuncinya dengan berinteraksi, di sebuah ruangan yang mana
dapat membahas untuk memperkuat suatu masalah yang harus dikaji bersama. Adapun
paedagogy yaitu sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dan dalam
perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni
mengajar. Dan semuanya ini termasuk classroom discourse, kita dapat
menganalisis, pembagian, berinteraksi dan paedagogy.
Religious yang mampu menggugah semua
pikiran, dengan pemikiran yang manusiawi dapat membawa suasana dimanapun
menjadi tenang ataupun damai. Sebagai seorang manusia kita harus mempunyai
pegangan yang kuat, yang mana bisa mengantarkan kita pada satu tujuan. Yang
akan membawa kita kejalan lurus, yakni sebuah agamalah yang kita jadikan
pedoman untuk melaksanakan sesuatu. Dengan dasar – dasar dan ketentuan dalam
sebuah peraturan. Jadi agama sangatlah penting bagi kita.
Termasuk
dalam penggambungan yang berada pada classroom discourse membagi pada 4 kata
kunci, yaitu :
1. Background,
2. Communication
strategy,
3. Goal-driven,
and
4. Meaning-making
practice.
Classroom
discourse
Interaction - Student -Teacher
Classroom
discourse merupakan gabungan dari teks dan konteks, karena kata yang maknanya
sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih, gabungan kata jika tidak
ada konteks yang menyertainya. Dalam sebuah kata termasuk ungkapan atau tidak,
harus ada konteks kalimat yang menyertainya.
Mencanangkan sebuah perkara dalam
ruangan yang mana mempunyai aura, bahwa dalam sebuah kelas harus dikelilingi
oleh values dan ideologis. Dengan value dan ideology membuat suasana semakin
hidup, ideologi merupakan sebuah kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong
negara untuk melakukan kegiatannya dan mencapai tujuan. Jelajah dengan pembaharuanya, menurut Betsy Rymes (2008), those of us who
presume to “ teach” must not imagine that we know how each student begins to
learn. Bahwasannya orang yang berani dalam mengajar tidak harus membayangkan bahwa kita tahu bagaimana setiap siswa mulai belajar.
Disini kita lebih jauh untuk
menerangkan sesuatu yang membuat kita terjenak pada class review kmren, karena
kita lebih terpaku pada religious harmony, yang mana beliau berkata bahwa
tulisan kita pada focus dengan religious. Kita merasa terjebak dalam situasi
yang tidak diharapkan dengan masalah pada classroom discourse. Classroom
discourse dibangun dengan adanya situasi yang memungkinkan, sebuah kelas yang
mana hidup dengan atmosfir yang hidup dengan berinteraksi.
Saat
kita diajukan pertanyaan kepada teman-teman, yaitu tentang apa yang difikirkan
ketika seorang guru untuk memeriksa ulang contoh speak kelas. Untuk menjawabnya
dengan fikirkanlah kembali dengan berinteraksi lebih hidup, lebih mengarah pada
berinteraksi ini perjuangan kita dengan baik (baik pada guru atau seorang
pelajar). Dan selanjutnya classroom discourse di bangun dengan adanya karakter
yang dapat menuntun kita pada perilaku yang seharusnya, contohnya kita sebagai
pelajar untuk menjadikan sebuah sekolahan yang berkualitas dengan mengutamakan
karakter, seperti disiplin, disiplin waktu dan menumbuhkan disiplin diri.
Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan
secara konsisten, akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya
keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan
untuk meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan kita. Sebuah masalah
pelajar yaitu sudah tidak asing lagi apalagi untuk mahasiswa, yang mana banyak
menuntut atau kritisi dalam setiap isu-isu yang sedang terjadi dalam sebuah
permasalahan. Termasuk dalam interaksi kita dapat membangun yang dimulai dari
talk, karena itu kunci utama dalam berinteraksi yang baik, adapun contoh :
mengajar di sebuah sekolah yang memiliki siswa/siswinya lebih mencukupi, akan
terasa sulit jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai jumlah sedikit,
karena lebih menilai dan akan terasa efektif untuk berinteraksi didalam kelas.
Hal
ini berhubungan dengan interaksi siswa, baik sesama siswa maupun terhadap guru.
Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa mungkin bisa berjalan dengan baik
dikarenakan guru adalah controller dan leader di kelas, jadi dengan tidak
sengaja sudah bisa terjadi interaksi antara siswa dan guru. Lain halnya
interaksi yang dilakukan antara sesama siswa, khususnya untuk pelajaran bahasa
inggris sangat sulit melihat mereka bisa berinteraksi dengan baik, apalagi yang
berhubungan dengan berbicara.
The
term classroom discourse merujuk pada bahasa guru dan siswa gunakan untuk
berkomunikasi satu sama lain di dalam kelas. Berbicara, atau percakapan adalah
media di mana sebagian besar mengajar berlangsung, sehingga the
term classroom discourse adalah salah satu study tentang proses pengajaran di
kelas. For example, untuk belajar ilmu pengetahuan dengan menjadi peserta
semakin ahli dalam classroom discourse tentang sebuah prosedur, konsep, dan
penggunaan bukti dan argument yang merupakan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini
di dukung oleh teori-teori psikolog Rusia, Lev Vygotsky yang berpendapat bahwa,
who argued that the higher mental processes are acquired through the
internalization of the structures of social discourse. Masih ada kebutuhan, namun, untuk ini analisis linguistik
atau lainnya, yang mana dalam classroom
discourse menyertakan bukti independen tentang bagaimana pengetahuan dan keyakinan siswa diubah oleh partisipasi mereka dalam wacana.
So,
kewajaran dalam classroom discourse sudah didasari dengan analisis, pembagian,
interaksi dan paedagogy. Adapun classroom discourse harus mempunyai kunci
utama, yang mana harus diterapkan dalam sebuah wacana, adanya interaksi dengan
berhubungan guru dan siswa. Dalam pengembangannya pula terdapat religious, yang
seharusnya sebagai tolak ukur dalam belajar dengan keseriusan untuk focus. Lagi
pula kita diibaratkan sebagai lokomotif dari sebuah kendaraan, yang disebutkan
kita ambil menjadi pembaca yang baik seharusnya, reader – quality reader.
0 comments:
Post a Comment