Classroom Discourse for Academic Improvement
Classroom
discourse. Ladang yang seharusnya menjadi garapan critical review kemarin
justru tidak banyak di analisis atau bahkan tidak disinggung sama sekali. Hasil
survei 24 feb 2014 menyatakan bahwa tidak ada seorangpun di kelas PBI-B/4 yang
membahas detail tentang classroom discourse ini. Semua terfokus pada religious
harmony nya. Seperti tikus yang masuk kedalam perangkap yang dibuat Mr.Lala,
begitulah kiranya para penulis saat itu. Memang teks yang harus dikritisi kemarin
itu memiliki dua topik penting yakni classroom discourse dan religious
harmony. Salah mengambil pintu masuk ke critical review menjadikan
pembahasan sebenarnya-classroom discourse- tidak dibahas.
Seperti
yang telah dikatakan sebelumnya bahwa teks yang harus dikritisi kemarin itu
memiliki dua topik penting yakni classroom discourse dan religious harmony. Religious harmony seharusnyta
digunakan untuk fondasi membangun pembahasan classroom discourse. Oleh
karenanya pembahasan kali ini difokuskan
pada classroom discourse.
Classroom
discourse menghubungkan beberapa aspek diantaranya adalah aspek pendagogi, peer
interaction dan sistem belajar mengajar di dalam kelas. Aspek pendagogi merujuk
pada penggunaan metode ajar yang tepat khususnya dalam konteks multicultural
class. Sehubungan dengan strategi
mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang,
pengetahuan dan pengalaman, lingkungan, serta tujuan
pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru yang bermuara pada
intraksi dalam kelas.
Interaksi atau peer interaction dapat terjadi
antara siswa dengan gurunya atau siswa dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi
di dalam kelas bisa bersifat verbal atau non verbal, tetapi jika itu konteksnya
adalah pendidikan formal maka interaksi yang digunakan bersifat verbal. Baik
lisan atau tulisan.
Sebelum jauh membahasa classroom discourse ada
baiknya jika kita mengetahui arti dari classroom discourse itu sendiri.
Classroo discourse atau wacana kelas, wacana dalam Kridalaksana (2011)
dipaparkan sebagai satuan bahasa terlengkap, sedangkan dalam hirarki
gramatikalnya merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Konteks
wacana meliputi situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,topik,
peristiwa dan sebagainya.
Sedangkan kelas dapat didefinisikan dalam dua
perspektif. Dalam arti sempit kelas adalah ruang kecil yang dibdtasi oleh
dinding yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran. Sementara dalam arti luas kelas diartikan sebagai suatu
masyarakat kecil diluar sekolah yang diorganisasi menjadi unit kerja dinamis
dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif demi tujuan tertentu.
Istilah classroom discourse akan selalu bertautan
dengan analisis. Pada classroom discourse analisis (CDA) yang dianalisis adalah
talk atau ujarannya. Analisis talk keberadaannya crusial sekali dalam clasroom,
karena discourse merupakan gabungan dari teks dan konteks. Oleh karena itu
discourse mencakup beberapa aspek, yakni background, communication,
goal-driven, dan meaning making practice.
Background setiap peserta didik pastilah berbeda,
baik dari segi ekonomi, culture, psikologi, sosial, oleh karenanya tugas guru
sebagi pendidik harus mampu berkomunikasi dengan mereka semua. Komunikasi yang
dibangun haruslah berbeda guna mengkondisikan anak, anak bisa saja tidak
mengerti akan ucapan temannya dan disinilah guru mengambil peranan.
Goal-driven mengarah pada teori yang mengatakan
bahwa di dalam dan di luar kelas itu berbeda ranahnya. Tujuan atas wacana yang
dilakukan siswa didalam kelas akan berbeda apabila ia berada di lingkungan
masyarakat. Bisa seperti itu karena konteksnya juga berbeda. Kemudian yang terakhir
adalah meaning making practice dimana dari sinilah bermula sesuatu yang
mengarah pada ranah religious harmony. Semua yang dilakukan guru dan siswa di
dalam kelas tujuan akhirnya adalah meaning making practice dimana kedua belah
pihak saling mengaerti dengan komunikasi yang mereka bangun. Berikut adalah
analoginya.
Jadi yang dapat disimpulkan dari penjelasan
singkat ini adalah keselarasan mengatur kelas bauik dalam intekaksi,
komunikasi,local differences pada akhirnya akan menumbuhkan mutual understanding.
Bukan hanya toleransi tetapi juga academic improvementnya.
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.