Kesadaran Membaca sebagai Pembuka Cakrawala Dunia
Di
dalam bukunya Howard Zinn mengatakan bahwa apa guananya menulis? Apa efek yang
dimiliki oleh sebuah buku? Dan apakah itu membantu untuk mengubah dunia?
Ataukah hanya untuk menerbitkan buku saja? Sesuatu hal yang sangat complicated sekali antara menulis, membaca,
dan korelasinya untuk kebijakan.
Dalam
bukunya, Howard Zinn juga mengungkapkan fakta yang cukup mencengangkan bahwa
penemu benua amerika adalah bukan seorang cristoper colombus yang selama ini di
klaim sebagai penemu benua amerika tersebut.
Dalam buku-buku sejarah di belahan dunia manapun tertulis
sang penemu benua Amerika adalah seorang bernama CHRISTOPHER COLUMBUS. Tapi,,,
ada fakta yang disembunyikan dibaliknya. Seperti judul yang penulis tulis
diatas, bukanlah Columbus yang menemukan Amerika, melainkan orang Muslim.
Dalam beberapa catatan yang penulis. fakta menunjukkan 70
tahun sebelum Christopher berlayar ke Amerika, telah lebih dulu laksamana
muslim dari China bernama CHENG HO yang menginjakkan kakinya di Amerika : the
new land.
Namun, jauh 5 abad sebelum Columbus mengaku ‘membelah duren’
Amerika, terdapat juga fakta yang tak kalah pentingnya. Imigran muslim dari
dinasti Umayyah di Andalusia telah lebih dulu menginjakkan kakinya di Amerika,
tanahnya orang Indian. Tidak sampai disitu, imigran ini mendakwahkan Islam
kepada suku-suku Indian di Amerika seperti Iroquois dan Alqonquin. salahsatu
imigran itu bernama Khasykhasy Ibn Said Ibnu Aswad.
Dalam catatan harian Columbus sendiri, menyatakan jika pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika berlayar di dekat Gibara di tenggara pantai Kuba, mereka mengaku telah melihat sebuah masjid dengan menaranya yang tinggi yang berdiri di atas puncak bukit yang indah.
Dalam catatan harian Columbus sendiri, menyatakan jika pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika berlayar di dekat Gibara di tenggara pantai Kuba, mereka mengaku telah melihat sebuah masjid dengan menaranya yang tinggi yang berdiri di atas puncak bukit yang indah.
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di
daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para
peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah.
Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan
paparannya dan lantas mendapat perhatian besar. Tampil penuh percaya diri,
Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur
asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama
bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa
pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal
benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan
menurutnya, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan rentang waktu sekitar 70
tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat
dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada
sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti
sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya
lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He
yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin
setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.
''Laksana
inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua
Amerika,'' ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini
termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari
teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night. Dari
bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini.
Menzies
mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno
bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga
mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya
armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan
sampai ke Amerika Selatan.
Uraian astronomi pelayaran Zheng He
kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar
tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal
tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan
membandingkan peta pelayaran Zheng He.
"Saya
memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang
diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut," ungkap Menzies yang juga
ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari
sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat
catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.
Lantas terjadi pergerakan pada
bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat
perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir
lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun.Tidak hanya
berhenti sampai disitu saja, akan tetapi masih ada berita baru mengenai Neihl
Amstrong.
Amerika seperti yang dipelajari di bangku sekolah adalah
negara yang pernah mendarat di bulan. Misi ini dianggap sebagai pendaratan
manusia pertama ke bulan menelan dana sekitar 100 milyar dolar. Edwin Aldrin
dan Neil Armstrong astronotnya.
Wafatnya Neil Armstrong, astronot
Amerika pada Sabtu, 25 Agustus di Ohio, sontak mengejutkan dunia astronomi.
Bukan saja karena nama besar yang disandang astronot yang dikenal rendah hati
ini, namun juga soal kisah pendaratan di Bulan pada 20 Juli 1969 .
Misi Apollo
untuk pendaratan di Bulan sebenarnya tidak hanya dilakukan dengan Apollo 11
saja. Masih ada 5 misi Apollo lanjutan yang melakukan pendaratan di Bulan,
meskipun yang paling dikenal tentunya Apollo 11, sebagai wahana pertama yang
menjejakkan kaki. Dengan wahana inilah, Neil Armstrong bersama kedua rekannya,
Edwin Aldrin dan Michael Collins, melakukan penjelajahan luar angkasa ke Bulan.
Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi Amerika Serikat saat itu, karena
persaingannya dengan Uni Sovyet, termasuk dalam bidang astronomi, berhasil
menancapkan nama Amerika Serikat sebagai negara pertama yang berhasil
mengirimkan manusia ke Bulan.
Sayangnya, gegap
gempita pendaratan Bulan diwarnai berbagai isu tak mengenakkan. Pendaratan di
Bulan hanya hoax belaka. Isu ini yang terus dihembuskan hingga kini oleh kelompok
yang tidak mempercayai adanya pendaratan di Bulan. Tak kurang-kurang mereka
menyodorkan berbagai pernyataan dan pertanyaan terkait keganjilan tentang
pendaratan di Bulan ini. Tak sedikit yang terus meminta, bahkan di penghujung
hidup sang astronot, Neil Armstrong, agar menceritakan “fakta” sebenarnya,
bahwa tak pernah ada pendaratan di Bulan! Misi pendaratan ini adalah konspirasi
belaka! Kurang lebih begitulah teriakan dari kelompok yang kontra ini.
Mengapa bendera terlihat berkibar di Bulan, padahal di sana tak ada udara
(artinya tak ada angin pula)? Ini pertanyaan yang paling sering diajukan oleh
kelompok yang kontra. Meskipun sebenarnya pertanyaan ini sudah terjawab.
Bendera yang ditancapkan di Bulan tidak semata-mata hanya menggunakan tiang
vertikal, tapi juga menggunakan tiang horizontal yang mengakibatkan bendera
tampak terentang. Kenapa terlihat seakan berkibar seperti tertiup angin?
Jawaban tepatnya, bukan berkibar tapi bergetar karena gaya yang ditimbulkan
dari gerakan tiang saat ditancapkan oleh astronot dengan cara memutar-mutar
tiang vertikalnya. Getaran yang terus berlangsung ini diakibatkan oleh kondisi
Bulan yang hampa udara dan percepatan gravitasinya yang sangat kecil (hanya 1/6
percepatan gravitasi rata-rata Bumi). Dengan kata lain gaya luar yang bisa
memperlambat getaran nyaris tidak ada.
lantas
kenapa jejak bendera ini tidak “terlacak” teleskop kini? Mungkinkah bendera
yang ditancapkan di sana telah hancur lebur diterpa kondisi Bulan yang begitu
ekstrim (100 °C di siang hari dan -180 °C di malam hari)? Bisa jadi. Kabar
terbaru menyatakan, jejak pendaratan di Bulan telah terindentifikasi LRO (Lunar
Reconnaissance Orbiter), wahana satelit pengamat Bulan yang diluncurkan
pada 18 Juni 2009. Bendera memang tidak mudah untuk teramati dari Bumi
menggunakan teleskop karena ukurannya yang relatif kecil, pun demikian
pengamatan dari LRO yang tidak mudah menemukan jejak bendera, meskipun beberapa
jejak bendera dari beberapa misi Apollo akhirnya bisa terlacak.
Terkadang memberitahukan sebuah berita kepada orang lain
tanpa sepengetahuan mereka bahwa berita tersebut benar adanya atau tidak, dan
kebanyakan dari mereka (orang awam) langsung percaya apa yang dikatakan oleh
seseorang tersebut. Dan ketika ada sebuah issue lalu tersebar dari mulut ke
mulut maka akibatnya informasi yang diterima oleh pihak-pihak berikutnya akan
berbeda, tidak sesuai lagi dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Malah bisa
jadi dilebih-lebihkan atau pun dikurangi. Kenapa bisa demikian? Tetapi lain
halnya ketika berita itu kemudian ditulis. Sudah tentu itu akan menjadi konkrit
tanpa ada yang bisa diganggu gugat. Hal itu bisa memperkuat bahwa kebenaran
berbicara yang dikuatkan dengan tulisan.
Sudah seharusnyalah sejarah harus disingkap supaya kebohongan
tidak menjadi pahlawan.. Kuncinya adalah dengan kesadaran untuk membaca, karena
orang-orang yang membaca dan menulislah yang tahu akan fakta-fakta sejarah yang
ada. Dan mereka adalah orang-orang yang bisa memutar balikkan fakta. Oleh
karena itu dengan kesadaran membaca, kita akan mengetahui fakta-fakta yang
sebenarnya. Yang selama ini kita di dogma oleh sebuah sejarah yang kita tidak
tahu kebenaranya dengan pasti.
Membaca bukan hanya sekedar membaca. lalu begitu saja hilang
tak berbekas, melainkan dengan buku yang kita baca akan menimbulkan powerfull
effect tersendiri. Intinya kita sebagai pembaca jangan hanya menjadi pembaca
yang polos-polos saja melainkan harus ada espektasi, minimal untuk diri sendiri
dan maksimal untuk kemanfaatanorang banyak.
Buku. Sejarahnya merentang jauh. Tidak sebatas pada
penciptaan kertas dari bahan papirus yang terjadi 2400 SM di Mesir Kuno, tetapi
lebih tua lagi. Lebih tepatnya ketika masyarakat manusia mengubah tradisi lisan
menjadi tulisan. Tulisan ini bisa terdapat pada lempengan batu seperti terjadi
di peradaban Sumeria, kulit binatang seperti yang banyak terjadi di Asia
Tengah, lembaran daun, kain sutra, hingga pada kertas mulai dari berbahan
papirus, bambu, ganja, hingga pinus, serta sekarang ini buku telah melampaui
batasan-batasan yang kita tak kenal sebelumnya: buku digital.
Apa yang terjadi ketika manusia mengubah tradisi lisan
menjadi tulisan? Sebuah revolusi! Sebuah sejarah telah dimulai. Pikiran-pikiran
manusia mulai tercatat dan terdokumentasikan. Ketika si pemilik pikiran
meninggal, pikiran-pikirannya dengan luar biasa tetap hidup. Inilah esensi dari
kehadiran buku.
Bahkan Roland Barthes, seorang filsuf dan kritikus
sastra dari Perancis, berkata ketika sebuah pikiran telah dituangkan ke dalam
buku, maka yang terjadi kemudian penulisnya telah mati. Kematian sang penulis,
menurut Roland Barthes, selalu diikuti dengan kelahiran pembaca. Hal ini
berarti saat karya telah dituangkan dalam buku, buku itu memiliki kehidupannya
sendiri di tangan pembaca. Buku itu tidak lagi terbelenggu dengan tirani
penulis. Pada saat membaca suatu karya, dia bebas terbang ke mana saja,
menembus dinding tebal gagasan penulis, serta melampaui ‘kejeniusan’ penulis
itu sendiri. Dengan kata lain, matinya penulis diikuti dengan kebangkitan
pembaca untuk berpartisipasi menghasilkan pluralitas makna dalam teks.
Sejarah sudah mencatat ada banyak buku yang ketika selesai ditulis oleh penulisnya, ia hidup dan bahkan mampu mengubah wajah dunia. Pertanyaannya adalah mengapa buku-buku ini dikatakan mengubah dunia? Sesimpel karena ada pembaca yang berdialektika dengan apa yang ada di dalam buku tersebut. Proses dialogis antara pembaca dan buku yang dibacanya sesungguhnya yang menghasilkan perubahan pada wajah dunia. Maka ukuran kekuatan buku sebenar-benarnya adalah bukan sebanyak apa suatu buku terjual melainkan seberapa besar buku tersebut mampu menghadirkan “dialog” dengan pembaca-pembacanya.
Maka pokok perhatian kini beralih ke sosok pembaca. Ketika kita berbicara mengenai pembaca, maka tidak ada definisi demografik, psikografik, maupun studi lain yang dapat mengelompokkannya. Siapapun yang dapat membaca aksara, maka dia dapat disebut pembaca. Satu-satunya pembeda yang dapat diajukan adalah mengelompokkan para pembaca ini ke dalam kelompok besar pembaca pasif dan pembaca aktif.
Apakah definisi pembaca aktif? Yang dimaksud dengan aktif adalah mampu melakukan proses dialogis dengan bacaannya dan yang terpenting adalah mau berbagi. Kata kunci lainnya adalah berorganisasi/berkelompok dan berbuat.
Proses dialogis dapat dicapai dengan mempelajari cara membaca yang efektif, setingkat lebih tinggi dari kemampuan membaca biasa. Sedangkan aspek mau berbagi adalah kata kunci dari definisi aktif yang sesungguhnya, yakni kemampuan mereproduksi kembali hasil bacaan menjadi sebuah kalimat kerja yang mengubah dunia. Proses mereproduksi kembali hasil pembacaan adalah langkah awal dari pembaca aktif untuk menjadi pelaku perubahan di tingkat individual, lingkungan, masyarakat, hingga dunia. Jadi siapapun Anda, apapun latar belakang Anda, dapat menjadi pembaca aktif tanpa kecuali.
Padahal kalo kita pikir, Negara kita tak miskin-miskin amat untuk menyediakan buku atau bahan bacaan ke berbagai pelosok negeri ini. Nyatanya, Indonesia memiliki banyak penerbit, penulis, ilmuan, peneliti, dan toko-toko buku dari kelas atas sampe kelas bawah. Tetapi, tetap saja masyarakat kita menganggap buku itu adalah makanan yang mahal, dan ga penting untuk dibaca. Masyarakat kita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampe orang tua enggan untuk membaca apalagi menulis. Sejak dahulu, bangsa kita sudah mewarisi budaya lisan dari pada pada budaya literer. Alasan lebih praktis dan mudahlah yang membuat masyarakat kita mudah percaya dan dibodohi.
Taufik Ismail pernah berkata, negara yang beradab mewajibkan siswanya membaca, mendiskusikan dan menulis buku. Apakah generasi muda Indonesia gemar membaca dan memiliki budaya membaca?
Indonesia adalah negara besar dan berpenduduk padat. Dimana setiap tahun, meluluskan jutaan siswa-siswanya. Ironisnya, kesadaran generasi muda kita akan membaca masih rendah, apalagi masyarakat Indonesia. Dimana aktifitas membaca belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan yang seharusnya dilakukan mereka. Sangat jauh berbeda ketika puluhan tahun yang lalu dimana buku dianggap sebagai barang istimewa yang memiliki sejuta manfaat. Telah banyak tokoh-tokoh besar yang ditetaskan oleh negara ini dan memiliki kegemaran membaca buku semisal Bung Karno, Bung Hatta dan lain sebagainya.
Kini, buku kurang diminati masyarakat karena dianggap hanya sebagai tumpukan kertas biasa yang dijilid, barang yang biasa-biasa saja, bukan sebagai gudang ilmu atau sebagai gudang referensi. Maka tak mengherankan jika dalam sebuah rumah, tidak ditemui buku karena kehadiran buku di rumah, hanya sebagai barang yang apabila disimpan menghabiskan ruang saja.
Bukan hanya tentang kesadaran membaca, perkembangan teknologi informasi juga kian mempengaruhi. Dapat kita lihat saat para siswa lebih memilih asyik dengan gadget mereka yang mumpuni, maupun memantengi layar komputer mereka untuk online di jejaring sosial atau bahkan menghabiskan waktu dengan memainkan game online baik yang disediakan oleh situs-situs khusus permainan maupun yang dipublikasikan melalui jejaring sosial semisalfacebook. Kesadaran membaca seharusnya ditanamkan sejak dini, bahkan sejak umur balita harus dikenalkan. Memotivasi anak untuk gemar membaca salah satunya dengan memceriterakan kisah-kisah orang hebat yang suka membaca. Dengan kepandaian yang para tokoh tersebut miliki dapat memerdekakan dan memajukan bangsa ini. Mereka pandai karena mereka memiliki kegemaran dan kesukaan membaca.
Sebenarnya menciptakan anak gemar membaca ada beragam cara dan metode yang harus dibiasakan kepada si anak. Misalnya, anak dibuat suka dulu dengan membaca, dengan cara memberikan buku ceritera dan dongeng seperti Si Kancil, Malin Kundang, Joko Tarub, Joko Kendil dan dongeng-dongeng lainnya.
Didalam agama Islam terdapat sejarah penurunan kitab suci Al-Qur’an, ayat pertama dalam Al Qur’an adalah perintah untuk membaca. Karena untuk memahami hidup ini harus bisa membaca kejadian hidup. Bukan hanya membaca tulisan tektual saja, melainkan membaca hidup ini.
Para ilmuan dan peneliti mampu menemukan sesuatu karena membaca apa yang ia teliti. Sehingga temuan-temuan itu dapat bermanfaat bagi orang banyak. Dengan membaca dan temuan sanggup mensejahterakan hidup, kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan. Negara barat dapat maju dan berkembang karena memiliki tradisi membaca temuan-temuan yang ia temukan melalui ayat-ayat Tuhan yang dibentangkan di dalam hidup ini. Demikian pula ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di sekolah dasar. Pelajaran yang paling awal diajarkan adalah membaca, menulis dan berhitung. Jika kita sudah bisa membaca, mengapa sekarang kita segan untuk rajin membaca? Mari kita galakkan budaya membaca di kalangan kita.
Jadi, meningkatkan dan membangkitkan minat baca anak di mulai dari keluarga. Jika keluarga sudah gemar membaca, maka itu sudah memberi contoh yang baik. Karena buku adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Dan untuk menggairahkan minat baca perlu diciptakan kebiasaan membaca. Mendirikan sudut-sudut baca di rumah sendiri, karena itu mudah diakses oleh seluruh anggota keluarga sehingga menjadi suatu kebutuhan. Bagi yang gemar membaca, di dalam bacaan terdapat berbagai informasi dan penengetahuan. Merupakan suatu hiburan, terutama jika kita membaca topik yang kita sukai. Karena itu dapat melatih daya kreatifitas dan imajinasi untuk berkembang. Secara tidak langsung menambah perbendaharaan kata baik lisan maupun tulisan.
Generasi muda harusnya adalah generasi yang cerdas, berguna bagi bangsa dan negara. Dan kecerdasan dibangun dengan kegemaran membaca. Dan tak salah bahwa membaca akan membuka cakrawala dan wawasan berfikir kita. Betapa penting dan manfaatnya membaca itu tapi banyak orang yang sering di anggap sepele. Mungkin membaca adalah kegiatan menyenangkan bagi sebagian orang yang gemar membaca. Banyak pula sebagian orang mengatakan bahwa membaca itu adalah sesuatu yang membosankan. Itu pun bagi orang yang tidak suka membaca. Maka dari itu mulai sekarang tanamkanlah kesadarn membaca dalam diri masing-masing. Jangan anggap kegiatan membaca itu membosankan, tapi jadikanlah membaca itu hal yang menyenangkan. Dan jangan pernah berhenti untuk membaca. Karena buku itu adalah sumber ilmu pengetahuan. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang baik, maka mulai dari sekarang, dari diri kita sendiri.
Sejarah sudah mencatat ada banyak buku yang ketika selesai ditulis oleh penulisnya, ia hidup dan bahkan mampu mengubah wajah dunia. Pertanyaannya adalah mengapa buku-buku ini dikatakan mengubah dunia? Sesimpel karena ada pembaca yang berdialektika dengan apa yang ada di dalam buku tersebut. Proses dialogis antara pembaca dan buku yang dibacanya sesungguhnya yang menghasilkan perubahan pada wajah dunia. Maka ukuran kekuatan buku sebenar-benarnya adalah bukan sebanyak apa suatu buku terjual melainkan seberapa besar buku tersebut mampu menghadirkan “dialog” dengan pembaca-pembacanya.
Maka pokok perhatian kini beralih ke sosok pembaca. Ketika kita berbicara mengenai pembaca, maka tidak ada definisi demografik, psikografik, maupun studi lain yang dapat mengelompokkannya. Siapapun yang dapat membaca aksara, maka dia dapat disebut pembaca. Satu-satunya pembeda yang dapat diajukan adalah mengelompokkan para pembaca ini ke dalam kelompok besar pembaca pasif dan pembaca aktif.
Apakah definisi pembaca aktif? Yang dimaksud dengan aktif adalah mampu melakukan proses dialogis dengan bacaannya dan yang terpenting adalah mau berbagi. Kata kunci lainnya adalah berorganisasi/berkelompok dan berbuat.
Proses dialogis dapat dicapai dengan mempelajari cara membaca yang efektif, setingkat lebih tinggi dari kemampuan membaca biasa. Sedangkan aspek mau berbagi adalah kata kunci dari definisi aktif yang sesungguhnya, yakni kemampuan mereproduksi kembali hasil bacaan menjadi sebuah kalimat kerja yang mengubah dunia. Proses mereproduksi kembali hasil pembacaan adalah langkah awal dari pembaca aktif untuk menjadi pelaku perubahan di tingkat individual, lingkungan, masyarakat, hingga dunia. Jadi siapapun Anda, apapun latar belakang Anda, dapat menjadi pembaca aktif tanpa kecuali.
Padahal kalo kita pikir, Negara kita tak miskin-miskin amat untuk menyediakan buku atau bahan bacaan ke berbagai pelosok negeri ini. Nyatanya, Indonesia memiliki banyak penerbit, penulis, ilmuan, peneliti, dan toko-toko buku dari kelas atas sampe kelas bawah. Tetapi, tetap saja masyarakat kita menganggap buku itu adalah makanan yang mahal, dan ga penting untuk dibaca. Masyarakat kita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampe orang tua enggan untuk membaca apalagi menulis. Sejak dahulu, bangsa kita sudah mewarisi budaya lisan dari pada pada budaya literer. Alasan lebih praktis dan mudahlah yang membuat masyarakat kita mudah percaya dan dibodohi.
Taufik Ismail pernah berkata, negara yang beradab mewajibkan siswanya membaca, mendiskusikan dan menulis buku. Apakah generasi muda Indonesia gemar membaca dan memiliki budaya membaca?
Indonesia adalah negara besar dan berpenduduk padat. Dimana setiap tahun, meluluskan jutaan siswa-siswanya. Ironisnya, kesadaran generasi muda kita akan membaca masih rendah, apalagi masyarakat Indonesia. Dimana aktifitas membaca belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan yang seharusnya dilakukan mereka. Sangat jauh berbeda ketika puluhan tahun yang lalu dimana buku dianggap sebagai barang istimewa yang memiliki sejuta manfaat. Telah banyak tokoh-tokoh besar yang ditetaskan oleh negara ini dan memiliki kegemaran membaca buku semisal Bung Karno, Bung Hatta dan lain sebagainya.
Kini, buku kurang diminati masyarakat karena dianggap hanya sebagai tumpukan kertas biasa yang dijilid, barang yang biasa-biasa saja, bukan sebagai gudang ilmu atau sebagai gudang referensi. Maka tak mengherankan jika dalam sebuah rumah, tidak ditemui buku karena kehadiran buku di rumah, hanya sebagai barang yang apabila disimpan menghabiskan ruang saja.
Bukan hanya tentang kesadaran membaca, perkembangan teknologi informasi juga kian mempengaruhi. Dapat kita lihat saat para siswa lebih memilih asyik dengan gadget mereka yang mumpuni, maupun memantengi layar komputer mereka untuk online di jejaring sosial atau bahkan menghabiskan waktu dengan memainkan game online baik yang disediakan oleh situs-situs khusus permainan maupun yang dipublikasikan melalui jejaring sosial semisalfacebook. Kesadaran membaca seharusnya ditanamkan sejak dini, bahkan sejak umur balita harus dikenalkan. Memotivasi anak untuk gemar membaca salah satunya dengan memceriterakan kisah-kisah orang hebat yang suka membaca. Dengan kepandaian yang para tokoh tersebut miliki dapat memerdekakan dan memajukan bangsa ini. Mereka pandai karena mereka memiliki kegemaran dan kesukaan membaca.
Sebenarnya menciptakan anak gemar membaca ada beragam cara dan metode yang harus dibiasakan kepada si anak. Misalnya, anak dibuat suka dulu dengan membaca, dengan cara memberikan buku ceritera dan dongeng seperti Si Kancil, Malin Kundang, Joko Tarub, Joko Kendil dan dongeng-dongeng lainnya.
Didalam agama Islam terdapat sejarah penurunan kitab suci Al-Qur’an, ayat pertama dalam Al Qur’an adalah perintah untuk membaca. Karena untuk memahami hidup ini harus bisa membaca kejadian hidup. Bukan hanya membaca tulisan tektual saja, melainkan membaca hidup ini.
Para ilmuan dan peneliti mampu menemukan sesuatu karena membaca apa yang ia teliti. Sehingga temuan-temuan itu dapat bermanfaat bagi orang banyak. Dengan membaca dan temuan sanggup mensejahterakan hidup, kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan. Negara barat dapat maju dan berkembang karena memiliki tradisi membaca temuan-temuan yang ia temukan melalui ayat-ayat Tuhan yang dibentangkan di dalam hidup ini. Demikian pula ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di sekolah dasar. Pelajaran yang paling awal diajarkan adalah membaca, menulis dan berhitung. Jika kita sudah bisa membaca, mengapa sekarang kita segan untuk rajin membaca? Mari kita galakkan budaya membaca di kalangan kita.
Jadi, meningkatkan dan membangkitkan minat baca anak di mulai dari keluarga. Jika keluarga sudah gemar membaca, maka itu sudah memberi contoh yang baik. Karena buku adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Dan untuk menggairahkan minat baca perlu diciptakan kebiasaan membaca. Mendirikan sudut-sudut baca di rumah sendiri, karena itu mudah diakses oleh seluruh anggota keluarga sehingga menjadi suatu kebutuhan. Bagi yang gemar membaca, di dalam bacaan terdapat berbagai informasi dan penengetahuan. Merupakan suatu hiburan, terutama jika kita membaca topik yang kita sukai. Karena itu dapat melatih daya kreatifitas dan imajinasi untuk berkembang. Secara tidak langsung menambah perbendaharaan kata baik lisan maupun tulisan.
Generasi muda harusnya adalah generasi yang cerdas, berguna bagi bangsa dan negara. Dan kecerdasan dibangun dengan kegemaran membaca. Dan tak salah bahwa membaca akan membuka cakrawala dan wawasan berfikir kita. Betapa penting dan manfaatnya membaca itu tapi banyak orang yang sering di anggap sepele. Mungkin membaca adalah kegiatan menyenangkan bagi sebagian orang yang gemar membaca. Banyak pula sebagian orang mengatakan bahwa membaca itu adalah sesuatu yang membosankan. Itu pun bagi orang yang tidak suka membaca. Maka dari itu mulai sekarang tanamkanlah kesadarn membaca dalam diri masing-masing. Jangan anggap kegiatan membaca itu membosankan, tapi jadikanlah membaca itu hal yang menyenangkan. Dan jangan pernah berhenti untuk membaca. Karena buku itu adalah sumber ilmu pengetahuan. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang baik, maka mulai dari sekarang, dari diri kita sendiri.
Referensi :
Compas.com
lifestyle.kompasiana.com/.../menamkam-kesadaran-ge
blogDetik.com
Judulnya ga mengena. generic structure ko da diffungsikan? jangan hanya menceritkan sejarah, tapi tunjukkan posisi kamu sebagai kritikus ada di mana
ReplyDelete