Power:
Manipulate the World Through History
(by: Nofi Maryana)
Musim literasi baru-baru ini, anda mungkin mengisi
hari-hari dengan membaca buku milik Prof. Chaedar “Pokoknya Rekayasa Literacy”,
buku milik Mikko Lehtonen “The Cultural Analysis of Text”, buku Ken Hyland
“Second Langue Writing” atau mungkin anda rajin membaca buku sejarah, kemudian suatu
hari dosen anda memberitahu bahwasanya buku-buku itu adalah fiksi atau sesat dan
sejarah adalah kisah palsu. Bagaimana anda menanggapinya?
Bagi
anda yang belum mendalami buku-buku itu, anda mungkin akan berhenti
mempelajarinya dan percaya pada ucapan dosen anda. Tapi bagi anda yang kritis
tentu anda tidak akan percaya begitu saja. Anda akan mencari tahu kebenarannya
lewat membaca bukan? Anda akan membaca buku apapun yang berkaitan dengan fakta
buku tersebut. Anda tidak begitu saja percaya dengan perkataan orang lain meski
itu dosen anda. Pertanyaannya sekarang adalah kenapa untuk membuktikan
kebenaran suatu ucapan harus dengan membaca?
Kegiatan
mengapa mencari kebenaran sebuah perkataan harus lewat buku inilah bahan yang
perlu dikaji. Seperti masterpice dari Howard Zinn “Speaking Truth to Power
with Book”dalam buku Alisse Waterston and Maria D.Vesperi “Anthropology
Off The Shelf” yang menjelaskan tentang powerful book yang dapat merubah
pandangan pembacanya.
Howard Zinn |
Howard
Zinn adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dramawan dan juga aktivis
sosial. Dia juga seorang profesor di Boston University selama 24 tahun Ia banyak
menulis buku tentang sejarah Amerika dan
hampir keseluruhan karya-karya akademiknya, wawancara, dan tulisannya mengkritik
AS. Salah satu bukunya yang terkenal adalah A People's History of the United States: 1492 to Present .Speaking Truth to Power
with Book adalah salah satu masterpiecenya yang tidak diartikan dengan
kebenaran ucapan dengan kekuatan buku, ini lebih seperti idiom yang berarti berbicara
kebenaran kepada kekuasaan dengan perantara buku. Dalam artikel itu beliau
menceritakan kisah hidupnya yang pada akhirnya menyadarkannya akan kekuatan
buku yang mampu mengubah kehidupan banyak orang.
Howard Zinn juga mengungkapkan bagaimana powerful book
itu. Ia mengatakan bahwa ada sejumlah cara dimana buku dapat mengubah kesadaran
pembacanya. Buku memperkenalkan sebuah ide yang belum terpikirkan sebelumnya
dan ini sering terjadi pada banyak orang. Ia mencontohkan dirinya sendiri. Setelah
dia membaca buku karya Herman Melville “Billy Budd”, dia mengetahui hukum
dan keadilan. Hukum memang harus ditaati namun keadilan harus ditegakkan, bukan
begitu? Manusia tumbuh diajarkan untuk menaati peraturan, menaati orang tua,
guru, hingga presiden. Namun ada saatnya dimana dalam kehidupanya, manusia pasti
pernah berpikir kenapa harus mereka menaati peraturan, melakukan ini dan itu,
mengapa tidak memikirkan diri sendiri saja? Pertanyaan seperti ini timbul dari
pemahaman yang mendalam yang hanya bisa didapat dari membaca buku. Meski pemahaman
itu tersirat dalam stori tapi itu mempunyai powerful effect.
Economic
Interpretation of the Constitution by charles beard, buku selanjutnya yang
Howard Zinn baca. Ia berkata bahwa kita tumbuh di negara dimana semua orang
yang menjunjung para pendiri bangsa dan konstitusi. Konstitusi adalah dokumen
suci sehingga tidak ada yang berani mengatakan apapun untuk melawan konstitusi.
Namun semua itu palsu. Charles Beard membedah dan menganalisis 55 orang yang
berkumpul di philadelphia untuk menulis konstitusi. Charles Beard memberitahu
manusia siapa sebenarnya mereka, berapa banyak lahan dan budak yang mereka
miliki, berapa banyak obligasi yang mereka pegang, kelas apa dimana mereka berada.
Intinya mereka yang duduk di bangku pemerintah—white man membingkai semua
keinginan dan kepentingan mereka dalam suatu bingkai indah bernama konstitusi.
Disana
ada pemahaman yang penting bahwa masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas dan
pemerintah umumya mengikuti perintah dari orang-orang yang kaya dan berkuasa. Bagi
anda yang tidak tahu, anda mungkin berpikir bahwa pemerintah itu baik dengan
mewakili aspirasi atau kepentingan anda, sebenarnya mereka menyampaikan yang
berbeda dengan anda. Anda akan mendengarkan dan mematuhi apa yang diperintahkan
mereka dan anda mungkin akan berakhir. Jadi banyak wawasan penting yang berasal
dari buku-buku. Semua apa yang dicontohkan oleh Howard Zinn adalah pengalamannya,
bagaimana ia menyadari suatu kebenaran yang selama ini tidak ia ketahui dengan
membaca.
Sekarang
yang patut dipertanyakan adalah mengapa kebenaran selalu kalah ketika
menghadapi kekuasaan atau kekayaan? Bahkan sejarah yang merupakan silsilah
sebuah negarapun bisa dipalsukan. Masih ingatkah
akan kalimat “seseorang yang menguasai teks bisa menguasai sejarah, mengubah
bahkan membolak-balikkan sejarah”. Dari sinilah Howard Zinn mendapat keberanian
untuk mengungkapkan kebenaran sejarah. Lewat buku-bukunya ia mengungkapkan
kebenaran yang umumya ditunjukan kepada yang berkuasa atau yang memiliki tahta.
Ya Amerika, salah satunya yang terkenal
adalah tentang kebenaran sejarah Columbusnya.
Columbus
yang dikenal sebagai penemu benua Amerika ini. Sejatinya bukan manusia yang
pantas dielu-eluhkan seperti itu. Dalam sejarah yang banyak diketahui, membumi
bahwa Chistoper Columbus adalah pahlawan Amerika, Columbus seorang penemu yang
besar, tapi seperti yang diungkapkan Howard Zinn, Columbus tak lebih dari
seorang pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi, seorang yang
munafik, tamak, dan tidak segan-segan mencincang orang-orang. Kenyataan yang
diungkap oleh Howard Zinn ini tidak luput dari kritikan dari sana-sini bahkan
sampai disebut seorang komunis. Namun kembali bahwasannya apa yang ia tulis
adalah sebuah hasil analisis dalam kurun waktu yang lama dan banyak bukti lain
yang menguatkan teori Zinn akan keaslian sejarah Columbus.
Sedikit
akan dikupas tentang sejarah Columbus yang belum banyak orang tahu. Columbus
sendiri tak tahu jika ia telah menemukan Amerika. Saat akhirnya Columbus mendarat
pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira itulah tanah India.
Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun,
sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
"Mereka membawakam kami burung
beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka
rela memperdagangkan segala yang mereka miliki. Mereka tidak memanggul senjata,
padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka
terbuat dari tebu. Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak. Dengan
lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka
melakukan apapun yang kita inginkan." Columbus juga menulis, "Saya
percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena
sepertinya mereka tidak beragama."
Dalam catatan hariannya, Columbus
mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah
menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung,
mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: di mana ada emas?
Helen Ellerbe, dalam "The Dark
Side of Christian History" (hal. 86-88) menggambarkan keberingasan
Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan
pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka. Koloni yang dibawa
Columbus pada pelayaran berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas
kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Nah, kini apakah masih pantas
Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika, diperingati seluruh dunia dengan
"Columbus Day"? Setelah mengetahui fakta kekejaman dirinya?
Hingga
kematiannya, Columbus mengklaim telah mendarat di Asia. Ditekankan kembali
bahwa apa yang "ditemukan" oleh Columbus adalah kepulauan Bahama dan
sebuah pulau yang kemudian dinamakan Hispaniola -- yang kini terbelah menjadi
Haiti dan Republik Dominika. Columbus memang menjelajah lebih jauh ke selatan,
ke Amerika Tengah dan Selatan. Tapi, dia tidak pernah mendekati wilayah, yang
kini menjadi sebuah negara bernama Amerika Serikat. Oleh sebab itu dapat
ditarik kesimpulan bahwa Columbus bukan penemu Amerika.
Lalu mengapa Amerika Serikat (AS)
merayakan hari seorang yang tidak beradab dan berperikemanusiaan seperti Columbus?
Mengapa AS merayakan perjalanan seseorang yang mengira ia menemukan rute baru
ke Asia dan tanah yang digambarkan Marco Polo ini? Jawabannya adalah karena di
awal pendiriannya, Amerika Serikat beperang dengan Inggris, dan bukan Spanyol. Padahal,
berdasarkan dokumen dengan paten kerajaan dari masa Henry VII mengungkap
bahwa orang yang pertama menemukan Amerika adalah pedagang asal Italia, John
Cabot.
Di dokumen itu diketahui bahwa Cabot
berlayar dari Bristol Inggris ke Amerika Utara pada 1497, tepatnya di
Newfoundland. Cabot adalah peletak dasar kolonialisasi Inggris di Amerika
utara, sedangkan perkembangan
koloni merupakan hal yang buruk bagi penduduk asli Amerika. Mereka kehilangan
negeri mereka, dan banyak dari antara mereka yang meninggal akibat variola, penyakit yang
dibawa bangsa Eropa ke Amerika. Jadi bangsa jajahan lebih
suka menjadikan Columbus sebagai pahlawan, alih-alih Cabot. Itulah mengapa
ibukota AS adalah Washington DC -- District of Columbia, bukan District of
Cabot. Jelaslah kini mengapa AS tidak menyebut Cabot sebagai penemu Amerika
karena Cabot adalah peletak dasar kolonialisasi Inggris di Amerika. Sebagai bangsa
yang berperang atau bahkan dijajah oleh Inggris. Amerika tidak sudi menamakan
negaranya dengan nama penjajahnya.
Dengan ini mata anda mungkin sedikit
terbuka, betapa kebenaran itu disembunyikan sebegitu rapihnya. Buku setidaknya dapat
merubah paradigma juga cara berfikir anda dan pada akhirnya kesadaran anda akan
muncul dengan sendirinya. Seperti yang dikatakan oleh Howard Zinn pada Rachel
Carson yang menulis buku tentang The Sea Around Us bahwa untuk
menyadarkan atau membuka kesadaran orang lain tidak perlu membuat penilaian
(judgement) atau editorialize, tapi hanya harus mengatakan kebenaran atas apa
yang terjadi. Kadang-kadang hanya dengan memberitahu orang-orang tentang
sesuatu yang mereka tidak tahu itu lebih penting karena dengan itu saja akan
mampu mengerakkan orang-orang ke greater
consciousness mereka.
Amerika. Bagi anda
yang kritis, negara adikuasa dan adidaya seperti Amerika mampu menutupi
kebenaran sejarah sebegitu rapihnya, ada apa dibalik itu semua? Apa lagi yang disembunyikan
dari mereka dan lagi-lagi mengapa kebenaran kalah dihadapan kekuasaan? Dikatakan
bahwa kebenaran
selalu dan akan tidak terlepas dengan kekuasaan. Secara sederhana diartikan
bahwa siapa atau apa yang berkuasa, ia lah yang benar. Buku karya
James W. Loewen “Lies Across
America: What Our Historic Sites Get Wrong” patut dijadikan referensi berikutnya.
“If
Americans would accept only perfection, it wouldn’t happen.
Zinn
wouldn’t compromise, and while I admired him,
I
couldn’t go along with him.”
David
Mayers.
Dalam
buku Lies Across America: What Our Historic Sites Get Wrong tersebut
dijelaskan bagaimana sejarah di sembunyikan kebenarannya dari dunia, dan kebohongan-kebohongan
Amerika atas perbudakan bangsa kulit hitam—bangsa afrika. Pada mulanya budak
sebagai bentuk hukuman bagi orang-orang yang telah melakukan perbuatan kriminal
dan melanggar hukum yang berlaku. Orang yang terhukum di hukum dengan cara
dipaksa untuk melakukan apapun yang disuruh oleh tuannya atau penguasanya. Akan
tetapi, lama kelamaan budak itu diperjualbelikan secara umum. Maka
timbullah perdagangan budak yang tidak mengenal perikemanusiaan dan laut-laut
antara Amerika-Afrika penuh kapal-kapal budak. Perdagangan budak Negro (kulit
hitam) memuncak pada awal pertengahan abad ke 18 (antara tahun 1720-1760)
sesudah pada tahun 1713 terjadi perjanjian Asiento (el pacto del asiento de
Negros) antara Spanyol dan Inggris yang memberi monopoli kepada Inggris untuk
mengimport budak Negro dari Afrika ke Amerika.
Kaum Negro mendapatkan diskriminasi ras dan prasangka, yang
terjadi terhadap imigran atau orang-orang yang berkulit hitam dari Afrika yang
dijadikan sebagai budak pekerja dan merupakan satu-satunya etnis yang datang ke
Amerika Serikat tanpa sukarela. Mereka dibawa secara paksa dari Afrika,
bermil-mil jauhnya hanya untuk dijual dan dijadikan budak. Middle Passage adalah sebuah
perjalanan yang begitu mengerikan bagi para budak. Sebuah rute pelayaran para
budak dari benua Afrika ke benua Amerika melewati samudera Atlantic yang juga
terkenal dengan Transatlantic. Perjalanan dengan kapal laut yang membutuhkan
waktu selama 8 hingga 10 minggu untuk sampai ke benua Amerika. Middle Passage
adalah perjalanan yang dehumanis karena perlakuan para pedagang Eropa yang
membawa budak diperlakukan secara menyedihkan dengan model “loose Pack”.
Para Budak berdesak-desakan
di dek kapal, diberi makan sedikit, tidak ada toilet, sehingga muntahan, berak,
kencing dilakukan di tempat yang sama, sehingga banyak budak yang menderita
sakit. Nah dari sinilah muncul sejarah yang mengatakan penyakit sifilis yang melanda
Eropa terjadi setelah Columbus kembali dan ini mengubah jalannya sejarah. Orang
asli Amerika yakni suku Indian—orang-orang kulit putih tidak jadi diperbudak
oleh Columbus karena adanya orang kulit hitam Afrika. Dengan begitulah orang
Amerika menyatakan Columbus sebagai penemu benuanya karena Columbus dapat
menyebabkan revolusi dalam pemikiran seseorang.
Kemudian masih ada jalan lain yang menunjukan bahwa
buku memiliki powerful effect yakni sangat sering ditemukan orang yang meyakini
bahwa mereka mengetahui sesuatu padahal mereka benar-benar tidak tahu apapun. Menanggapi
ini kembali lagi ke pembahasan minggu lalu bahwa kebenaran yang ada dalam buku
hanya bisa diketahui jika buku itu dibaca. Sedangkan orang yang gemar membaca
adalah orang-orang yang berliterasi tinggi. Katakanlah Indonesia, tingkat
literasi Indonesia bisa dikatakan rendah karena buku belum menjadi konsumsi wajib
negara ini. Orang-orangnya tidak suka pada teks, membaca bukupun tidak, maka wajar
bila mereka buta akan sejarah. Mungkin jika sejarah Indonesia dipropagandapun
mereka tidak akan tahu.
Contoh lainnya yang membuktikan
bahwa kekuasaan dapat menutupi kebenaran sejarah adalah Perang Kedongdong yang
terjadi di Cirebon. Perang kedongdong merupakan pemberontakan
rakyat Cirebon yang melibatkan Pangeran Raja Kanoman, itu murni perlawanan
rakyat terhadap penindasan Belanda. Putra mahkota itu menolak menjadi sultan,
karena tidak mau tunduk kepada Belanda yang menarik pajak paksa kepada rakyat
Cirebon. Akan tetapi, tidak semua orang bahkan masyarakat Cirebonpun banyak
yang tidak tahu soal Perang Cirebon ini. Perang ini seolah-olah hanya menjadi
sejarah lokal masyarakat padahal ini penting bagi perkembangan sejarah
Indonesia sendiri.
Mirisnya lagi kecamuk
Perang Kedondong ini, bahkan ditulis dengan gaya naratif-deskriptif oleh
prajurit Belanda bernama Van Der Kamp. Buku Van Der Kamp itu, bahkan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ejaan lama 1952. Naskah aslinya ditulis
dalam bahasa Belanda dan tersimpan rapi di perpustakaan di Negeri Kincir Angin
itu. Dapat dilihat bahwa dalam kasus ini yang menguasai teks adalah
Belanda, sedangkan belanda musuh Indonesia. Siapa tahu apa yang mereka tulis
itu berbeda dengan sejarah aslinya, karena lagi-lagi orang yang menguasai teks
adalah orang yang mampu membolak-balikkan sejarah.
Berbicara tentang
sejarah, buku adalah salah satu sumber yang paling valid. Buku tidak hanya
dapat menimbulkan social consciousness tetapi juga bisa mengubah dunia. Dalam islam
ada satu buku yang masuk dalam 10 buku yang dapat mengubah dunia, yakni Canon Of Medicine, Avicenna. Why
it changed the world: It brought together the knowledge and theories of Ancient
Greek, Persian, and Indian medicine (largely forgotten otherwise) and combined
it with contemporary 11th century understanding. It laid the foundations of
modern medical science.
Untuk menyadarkan atau menyatakan kebenaran kepada orang yang
berkuasa atau tentang suatu yang berkuasa, haruslah dengan buku. Buku adalah bentuk
tertulis sebuah informasi, ide, pengetahuan yang valid. Bagaimana buku bekerja
merubah paradigma bahkan kehidupan pembacanya dengan powerful effect nya. Buku dapat
dibaca dan diproduksi oleh siapa saja serta dapat menyebar kemanapun sedangkan
ucapan atau perkataan sifat alaminya adalah fana (begitu dihasilkan akan
langsung hilang) dan untuk menyebarkan kebenaran, manusia tidak mungkin pergi
kesatu tempat ketempat lainnya apalagi itu di belahan dunia yang berbeda.
Seperti
yang dikatakan Howard Zinn bahwa jika ia menulis, ia kelak memiliki murid-murid
yang akan membacanya. Perang yang sesungguhnya bukan di medan pertempuran
tetapi di pikiran manusia yang akan menemukan kebenaran dan kepalsuan yang
datang padanya lewat buku. Oleh karenanya Howard Zinn taught his colleagues to
write with lucidity and accessibility and to use a sturdy anecdote to
illustrate the point.
Powerful
book effect diantaranya adalah buku memberikan apa yang pembaca belum dapatkan,
buku menyajikan sesuatu yang berbeda dari pengetahuan yang lebih dahulu didapat
oleh pembaca dan membentuk pemahaman baru. Jadi pantas apabila seseorang
berkata bahwa Book can changes my life karena Buku merupakan kebenaran yang sangat
hakiki, tidak ada kebenaran yang paling benar selain buku, apa yang
diungkapkan buku dapat menginspirasi banyak orang.
Diatas
dijelaskan banyak sejarah bukan tanpa tujuan. Berbicara kebenaran pasti
berbicara tentang sejarah, tapi pada kenyataannya sejarah yang dianggap sakral
justru mengandung kepalsuan yang notabene disebabkan karena faktor kekuasaan
atau dengan kata lain disebabkan oleh orang-orang yang berkuasa. Jadi untuk
melawan kekuasaan tersebut demi mengungkap kebenaran hakikinya perlu adanya
strategi khusus, tiada lain dan tiada bukan adalah melalui buku. Dengan segala
keistimewaan tulisan atau buku insya Allah kebenaran akan terungkap dengan
sendirinya. Oleh karena itu, kesadaan akan pentingnya kebenaran dalam arti
sejarah perlu ditanamkan. Sense of belonging akan suatu negara akan
tercerminkan dari seberapa dekat ia dengan sejarahnya dan sejarah yang valid
itu adalah sejarah yang dituliskan.
Content of Critical Review:
Dark Green : Introduction
Dark Blue : Summary
Black
:Main Body
Red : Conclusion
Referensi
New York: The New Press.
It seems that you failed in identifying your PRIMARY AUIDENCE. I am your premimu customer, so you dont have to use some phrases like you talked to your friends
ReplyDeleteyes sir, i am forget about it and too focus on the content. i am sorry sir
ReplyDelete