Ina Inayatul Jannah
PBI-B/4
14121310305
2nd Critical Review on
“Speaking Truth to Power with Books”
By Howard Zinn
Kekuasaan
Buku terhadap Dunia
PEMBUKAAN
Judul pertama
mengesankan saya terhadap suatu gerak langkah yang seolah merupakan pembelaan terhadap
sesuatu yang telah terjadi dalam kehidupan penulis, dari sudut pandang saya
tergambar akan suatu kebenaran yang tidak dapat disadari oleh orang lain.
Memang jika hanya sebuah kata dalam ucap sering kali didengar tanpa
diperhatikan, diperhatikan namun lantas dilupakan dan setelah itu tidak ada
bekas seperti tak ada sesuatu apapun yang harus dilakukan jika perkataan itu
tidak diulang, direkam atau dituliskan.
Suatu kebenaran
yang ada mestinya tertulis yang selanjutnya bisa dibaca dan dipahami, dan kemungkinan
besar tulisan tersebut akan dibaca lagi sehingga jika di kala pertama pembaca
tidak memahami ia bisa paham di kali kedua ia membaca, jika telah paham namun
lupa maka ia akan ingat di pembacaan berikutnya dan kemungkinan besar kesadaran
akan kebenarannya segera dapat timbul dan hadir dalam pemikiran pembaca.
Juga diyakini
bahwa data yang ditulis di sebuah buku bisa dipercayai sebagai referensi beda
dengan ketika orang menjadikannya referensi dari sebuah pidato misalnya, tidak
mudah membuat orang percaya akan kebenarannya apabila tidak ada rekaman
pembicaraannya, karena orang saat ini bukanlah seorang Rasul yang bisa
mengeluarkan hadits, juga tidak semua orang bisa menjadi ulama yang bisa
memberikan sebuah fatwa. Maka dari itu, hadirlah sebuah buku yang merupakan
kekuatan dari pernyataan tentang kebenaran. Dijadikannya sebuah buku sebagai
referensi ini akan bisa menguatkan pernyataan karena buku bisa dibaca dan
dilihat kembali.
Kesadaran
seseorang tentang kebenaran tidak mudah didapat karena ia memiliki cara pandang
yang berbeda ketika dihadapkan pada persoalan, terlebih tipe orang yang tidak
peduli ia akan mengabaikan begitu saja dengan keberadaan sebuah buku.
Sebenarnya tentang status keberadaan buku di dunia ini dipengaruhi oleh pembaca
dari seberapa banyak orang membaca buku tersebut. Namun yang paling berpengaruh
adalah pembaca pertama apabila seorang pembaca pertama menyadari tentang
kebenaran yang ada di buku maka selanjutnya ia akan memberi tahu kerabatnya
tentang buku tersebut dan kemudian ia suruh orang itu untuk membacanya dan
begitu seterusnya. Semakin bertambah banyak orang yang membaca maka semakin
besar kesadaran orang-orang dan semakin tinggi pula status sebuah buku di
masyarakat.
Jika terjadi
seperti itu maka kiranya mudahlah menyatakan sebuah kebenaran dalam sebuah
buku, tetapi jika tidak? Wallahu a’lam. Sejauh ini saya berpendapat ungkapan
kebenaran yang tertuang dalam sebuah buku akan lebih baik dibanding hanya
pidato biasa karena seperti yang dikatakan di paragraf sebelumnya bahwa buku
bisa dibaca berulang berbeda dengan pidato yang hanya didengar satu kali
(apabila tidak direkam) dan kemudian entah apa yang dilakukan oleh pendengar
tentang kebenaran tersebut.
Selain itu
kegiatan membaca buku bisa membuka pemikiran dan mengembangkannya dengan bacaan
lain, begitu juga penulis ia akan bisa mengembangkan pemikirannya dengan
menulis karena ketika menulis ia akan mempunyai kekuatan yang berpusat pada
tangan dan merasakan sebuah roh literasi yang ada dalam hati dan otomatis otak
pun berputar membuka sebuah pemikiran yang lebih luas tentang mengotak atik bahasa
dan retorika.
Berbicara
tentang buku ini bisa dianalogikan kepada sebuah sejarah, sejarah dapat abadi
ketika ada yang mengabadikannya jauh kemungkinan apabila sejarah hanya
diabadikan melalui lisan atau dari mulut ke mulut. Memang tidak dipungkiri adanya
jika penyebaran berita atau sejarah dilakukan dari mulut ke mulut, namun hal
ini sangat diragukan keakuratnnya karena seseorang yang mendengar berita
tersebut akan menerima beritanya dan kemudian memahaminya berdasarkan
pemahamannya sendiri dan menurut perspektif dirinya, dan akan seperti itu
seterusnya sehingga informasi atau berita yang diterimanya pun akan berbeda
bahkan mungkin jauh dari kenyataan dan kebenaran. Namun ketika buku yang
menyatakan tentang kebenaran meski setiap orang mempunyai pemahaman
sendiri-sendiri, tapi pasti tidak jauh dari kenyataan tentang kebenaran yang
tertulis dalam sebuah buku.
Contoh kecilnya
saja kita lihat sebuah permainan yang sering dilakukan oleh anak-anak di daerah
sunda yaitu ‘harewos bojong’ atau ‘tatalepaan’ orang terakhir yang melaporkan
tentang apa yang ia dengarkan biasanya akan berbeda dengan apa yang disampaikan
orang pertama pada temannya. Nah maka dari itu menulis adalah cara aman untuk
mengabadikan kebenaran atau fakta sejarah ataupun pengetahuan.
Namun
pernyataan di atas lantas tidak mendorong kita untuk selalu mempercayai tulisan
begitu saja karena tidak semua orang berhati bersih dan hanya menuliskan
tentang kebenaran, bisa jadi ia memanfaatkan keadaan untuk berusaha merubah
dunia untuk kepentingannya dengan memutarbalikan fakta dan memanipulasi data,
yang akibatnya pembaca yang hanya bisa mengatakan ‘iya’ dengan tidak kritis
terhadap apa yang ia baca mereka akan mempercayainya saja. Maka dari itu, posisi
kita ketika menjadi seorang pembaca haruslah jeli dan membaca banyak referensi
agar tidak terjadi sebuah pembodohan public yang telah terjadi di dunia yaitu
perihal ‘columbus’. Sontak ingatan saya menuju pada Benua Amerika, di pelajaran
sekolah dasar saya diberi materi tentang penemu-penemu di dunia dan Columbus
dikatakan sebagai penemu Benua Amerika. Sebagai anak SD yang masih polos saya
langsung mempercayainya dan memang pada usia anak SD jarang ditemukan anak yang
kritis dan menolak apa yang diajarkan guru yang bersumber dari buku.
RANGKUMAN
Howard Zinn dalam artikelnya mengatakan bahwa Christopher Colombus itu bukanlah pahlawan, dia adalah orang yang berfaham komunis, dia juga bukan penemu Benua Amerika, dia adalah penjahat, orang yang serakah, pembunuh, penindas kelompok ras
hitam yang ada di Benua Amerika.
Disadari atau tidak pernyataan ini juga adalah salah satu bentuk contoh dari
kenyataan bahwa tulisan mempengaruhi pembaca, di sini saya juga termasuk ke
dalam orang yang mempercayai buku sebagai wahana pengubah dunia karena saya
juga tergugah untuk mengiyakan pernyataan Howard Zinn ini dengan mencari bukti
dan data perihal Columbus.
ISI
Dari tiga data
yang saya temukan di internet dua di antaranya menyatakan bahwa Columbus lah
yang menemukan Benua Amerika, bahkan Wikipedia ensiklopedia bebas tentang Benua
Amerika pun menyatakan seperti itu. Dari penemuan yang ditemukan di Benua
Amerika bisa menguatkan kepercayaan saya bahwa yang menemukan Benua Amerika itu
adalah umat islam, sejarah mencatat bahwa pada tahun 998 masehi ada seorang
muslim yang mendarat di benua itu, ia berasal dari Qordoba, Spanyol yang saat
itu menjadi Pusat Peradaban Islam barat yang dibawah pimpinan Khilafah Bani
Umayyah II, kekuatan armada pada saat itu tidak menutup kemungkinan pasukannya
bisa mengarungi samudera atlantik untuk menyebarkan Islam dan menjadi orang
pertama yang berlabuh di pulau itu. Kemudian dari fakta yang ada bahwa Columbus
baru menemukan benua itu pada tahun 1492 dan Amerigo Vespocci pada tahun
1499-1500 masehi menunjukan bahwa seorang muslim lah yang pertama kali
menemukan dan mendarat di benua itu. Muslim tersebut adalah Khashshash bin
Sa’id bin Aswad dan dia 600 tahun lebih awal dari Columbus dan Vespocci.
Dikatakan juga bahwa seorang Laksamana Ceng Ho datang ke benua itu 70 tahun
lebih awal dari mereka berdua, Laksamana Ceng Ho adalah seorang pelaut Tiongkok
yang ulung dan terkenal penjelajahannya di antara tahun 1405 hingga 1433 beliau
mempunyai nama Islam yaitu Haji Mahmud Shams.
Pernyataan
itu dikuatkan dengan ditemukannya sebuah masjid pada perjalanan pelayaran
Columbus di Gibara dan Pantai Kuba pada tanggal 12 Oktober 1942 itu adalah
bukti bahwa sebelum ia datang ada sebagian masyarakat yang telah memeluk agama
Islam. Selain itu ditemukan pula gambar suku-suku Indian yang memakai tutup
kepala seperti kopiah yang dikenakan umat Islam. Ada juga sebuah fakta yang
masih tersimpan di gedung Arsip Perpustakaan Nasional di ibukota Washington DC.
Yaitu sebuah naskah perjanjian pemerintah Amerika dengan Kepala Suku Indian
Cherokee yang mempunyai nama asli Abdul Khak dan Muhammad Ibnu Abullah yang
jelas itu adalah nama Islam.
Bukti yang
menyatakan bahwa Columbus adalah orang yang serakah, pembunuh dan pembantai
Indian ras hitam di Amerika adalah sebagai berikut, kebijakan resmi pemerintah
USA yaitu Indian Removal Act tahun 1830 adalah salah satu contoh
keserakahannya, peraturan pemerintah tersebut mengizinkan secara resmi kepada
bangsa Eropa untuk mengusir atau membunuh Indian, telah tercatat lebih dari
70.000 orang Indian diusir dari tanahnya sehingga banyak orang yang meninggal
karenanya.
Kelicikan para penulis yang menyembunyikan fakta ini bisa kita
lihat pada gambar berikut ini, tulisan ini memang mengakui bahwa ada seseorang
yang telah datang ke Benua Amerika sebelum Columbus, tetapi mereka hanya
mengatakan bahwa orang itu adalah orang asing yang tidak diketahui padahal
sudah cukup bukti yang mengatakan bahwa orang itu adalah seorang muslim.
Dan
yang lebih aneh lagi mereka masih membiarkan Wikipedia tentang Benua Amerika
memamerkan pada khalayak bahwa penemu Benua Amerika adalah Columbus.
Dari
contoh di atas menunjukan bahwa penulis bisa mempengaruhi dunia, penulis bisa
menyembunyikan fakta sejarah demi kepentingan golongan mereka dan menyebar
luaskan apa yang mereka ingin pamerkan pada dunia.
Pemaparan
di atas menunjukan bahwa saya sependapat dengan Howard Zinn yang mengatakan
bahwa Columbus bukanlah seorang penemu Benua Amerika, meski dua dari tiga data
yang saya temukan mengatakan Columbus adalah penemu Benua Amerika namun dari
satu data yang mengatakan seorang muslim adalah penemu pertama memiliki cukup
bukti yang menguatkan, dan bukti tersebut semakin menunjukan kelicikan penulis
yang menyembunyikan fakta sejarah dengan memotong informasi yang ada dengan
menghilangkan atau tidak menyebutkan bahwa seorang muslim lah yang singgah di
amerika pertama kali.
Penguat
pendapat saya tentang paham Howard Zinn bahwa kebenaran disampaikan melalui
tulisan itu adalah pernyataan dia yang mengatakan bahwa dia menerima banyak
surat setelah buku yang ia tulis yang berjudul A People’s History of the
United States tersebar luas ke dunia. Untuk meyakinkan saya mencoba mencari
data lain tentang hal ini.
Di
sebuah website saya menemukan bahwa Howard Zinn adalah seorang sejarawan yang
tidak menulis sejarah berlandaskan sebuah kepentingan pribadi seperti politik,
ras maupun ekonomi. Ia tulis apa yang ada dan fakta yang benar terjadi, tidak
seperti sejarawan lain yang mempunyai kepentingan tertentu dalam menuliskan
sebuah sejarah, sejarawan yang menulis berdasarkan pada kepentingannya sendiri
ia cenderung akan menghilangkan atau menyembunyikan aspek lain yang berkaitan
dengan sejarah itu.
Selanjutnya
Howard Zinn dalam judulnya mengatakan ‘Berkuasa dengan Buku’. Dari penjelasan
di atas pun sudah terbersit pernyataan bahwa seorang penulis bisa menjadi
penguasa dengan bukunya. Di sini saya akan lebih menguatkan tentang pendapat
tersebut dengan menuliskan penemuan-penemuan saya selama ini.
Di
dalam Islam ada banyak penulis/pengarang kitab (mushonif) yang sangat dikenal
hingga saat ini, seperti Syekh Muhammad Nawawi Albantani Aljawi yang merupakan
seorang berdarah jawa merupakan seorang mushonif kitab Safinatun Naja, yaitu kitab
fiqh yang sangat terkenal dan kita pakai sebagai pedoman dalam beribadah
sehari-hari, kemudian Syekh Ibnu Athoillah yang mengarang kitab Alhikam dan
hingga saat ini kitab tasowuf itu dijadikan pedoman hidup umat Islam, ada juga
seorang pengarang kitab yang membahas tentang linguistic arab yaitu Ibnu Malik
yang dikenal dengan kitabnya yaitu Alfiyyah Ibnu Malik, sejauh yang saya
ketahui tentang Alfiyyah itu merupakan kajian tentang ilmu bahasa yang
menerangkan perihal kalimat, huruf, konteks suatu wacana dalam bahasa arab yang
sangat penting dipelajari untuk bisa menggeluti tafsir Alquran yang mana
Alquran adalah pedoman nomor satu untuk umat manusia di dunia. Mereka berkiprah
dalam bidang menulis, hingga saat ini tulisannya dipakai dan merekalah yang menjadi
panduan berjalannya suatu aktifitas kehidupan dalam beragama. Kejelasan
referensi hadits dan alquran yang mereka tuliskan penjelasannya dalam kitab
mereka membuat pembaca yakin akan memakai kitabnya untuk dijadikan pedoman.
Konteks
penguasa dalam pembahasan ini adalah mereka yang bisa dipercaya dan dijadikan sebagai
seorang penggerak yang mengatur gerak gerik manusia dengan tulisannya. Contoh
lain yang sangat dekat dan erat kaitannya dengan saya sebagai mahasiswa
‘Writing4’ yaitu sang Prof. Chaedar yang kerap kali mengungkap keliterasian
hidup, kesadaran saya akan literasi yang menurut saya menjadi bagian dari nafas
kehidupan (class review3) membuat saya menganut dan patuh terhadap buku Prof.
Chaedar yang menjelaskan tentang literasi, bagaimana saya harus bersikap
sebagai literat, tingkatan keliterasian yang menyangkut tujuh disiplin ilmu dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan literasi. Kenyataan ini merupakan salah
satu contoh dari kekuasaan seorang penulis terhadap pembacanya. Melalui
tulisannya penulis bisa merubah paradigma sesorang (contoh Prof. Chaedar)
tentang literasi, maka semua pembaca bukunya akan berliterasi sebagaimana yang
diungkapkan dalam buku tersebut.
Paragraph
terakhir yang mengatakan tentang cara lain yang dapat dilakukan oleh buku
adalah pertemanan batin penulis dengan sepi dan inspirasi, pikirannya akan
melanglang buana ke mana saja ia bisa pergi, dia akan bertemu berbagai hal
dalam dunia imajinasi, dia akan berbicara dalam diam dengan diwujudkan dalam
bentuk teks yang tercipta. Dengan menulis, meski dalam sepi ia akan cipta
dunianya sendiri dunia yang tak dapat dimengerti kecuali oleh dirinya sendiri, dia
tersenyum, mengerutkan dahi, melakukan apa yang mungkin tidak ia sadari ketika
menulis karena pada saat itu dia bertemankan wujud abstrak pembaca, objek dari tulisan yang
ia cipta, bisa dikatakan dia mampu menciptakan keramaian dalam sepi dan itu
hanya berlaku untuk dirinya sendiri tanpa ada orang lain yang mengerti dan
memahami apalagi yang mengalami.
Menurut
saya artikel Howard Zinn ini tidak hanya ditujukan kepada Amerika, karena dari
judulnya juga “Speaking Truth to Power with Books” hanya saja contohnya
mengangkat bukunya yang berjudul A People’s History of the United States
jadi terkesan sebagai ‘woro-woro’ untuk Negara Amerika padahal cakupannya tidak
hanya untuk Amerika. Apabila yang ia sajikan adalah isi dari bukunya tersebut
maka pantas jika dikatakan ia sedang berwanti-wanti pada masyarakat Amerika,
dari perspektif ini maka saya membuat sebuah pembahasan yang seperti saya
jelaskan di atas.
KESIMPULAN
Kebenaran
adalah fakta yang musti diungkap, dalam realisasi pengungkapan kebenarannya
bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti pidato dan menulis. Dari kedua
cara diatas ada yang lebih ditekankan oleh Zinn yaitu menulis, ia beranggapan
bahwa sebuah tulisan itu lebih banyak pengaruhnya ketimbang berbicara. Dia
berikan contoh-contoh penguasa dunia yang berkuasa karena tulisannya dia
tuliskan bagaimana ketika seorang pembaca terbius dalam buai kata-kata di dalam
bukunya, juga diterangkan sebuah efek besar yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan peradaban manusia.
Yang
dibicarakan sebagai contoh dari kebenaran di sini adalah tentang sejarah yang
mana sejarawan dijadikan sorotan dalam hal ini, seringkali sejarawan menuliskan
fakta sejarah berorientasi pada kepentingan pribadinya perihal politik, social,
rasa tau lain sebagainya hal ini sebenarnya merugikan dan bisa jadi merupakan
pembodohan public karena apa yang sejarawan anggap sebagai aspek penunjang
kepentingannya maka ia tuliskan secara gamblang tetapi dia akan menghilangkan
fakta sejarah yang sama sekali tak ada kaitannya dengan kepentingannya. Jika
ini terjadi lagi maka merupakan kerugian besar bagi masyarakat yang berposisi
sebagai pembaca, akibatnya fakta tidak terungkap dan kebenaran tidak tampak.
Dalam
kasus sejarawan di atas bisa menjadi contoh dari ungkapan bahwa seorang penulis
adalah ia yang bisa memutarbalikan fakta dan memanipulasi data, dan sangat
disayangkan jika ini terjadi di kehidupan peradaban manusia saat ini. Untuk
menghindarinya maka perlu adanya kesadaran masyarakat agar tidak langsung
terpedaya oleh apa yang ada di sebuah buku, referensi yang banyak sangatlah
penting untuk dapat mengetahui sebuah fakta yang ada. Menjadi pembaca kritis
adalah hal yang bisa dikatakan wajib di era sekarang agar bisa menghindari
terjadinya permainan tangan seorang penulis yang tidak sesuai dengan fakta.
Uraian panjang
yang telah saya ungkapakan merupakan suatu hal yang menunjukan kepada kata ‘setuju’
tentang apa yang dimaksudkan Zinn dalam artikelnya, pemaparan lebih dalam
mengenai contoh dan menjabarkan contoh lain yang berbeda dengan apa yang
dicontohkan Zinn.
Dengan adanya
artikel ini diharapkan agar para pembaca menyadari akan pentingnya mengkritisi
sebuah teks, menemukan data baru, menelaah informasi satu dikaitkan dan
dikuatkan dengan informasi yang lainnya dari berbagai sumber yang beragam. Hendaknya
para penulis memahami arti dari sebuah kebenaran yang nyata, tidak memanipulasi
atau mengotak atiknya hanya karena dia mempunyai satu kepentingan pribadinya.
Sebagai
penutup saya katakan bahwa peranan buku dalam mengubah kehidupan dan
penghidupan di dunia lebih kuat dibanding pembicaraan-pembicaraan yang
disampaikan di forum karena sangat jarang ada kajian ulang dari pidato yang
telah disampaikan, berbeda dengan buku yang selalu siap untuk dibaca serta
dikaji kapanpun, di manapun dan oleh siapapun orang di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Asal
mula Negara Amerika serikat ~ Life and learn.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristoforus
Kolumbus - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
bagian isi harusnya berisi mengenai hal2 yang kamu bisa kritik tentang artikel Zinn. Contoh di sity sudah ada, tinggal eksplisitkan bahwa Howard Zinn missed some points
ReplyDelete