Saturday, March 1, 2014

Ina Inayatul Jannah
PBI-B/4
14121310305
2nd Critical Review on
“Speaking Truth to Power with Books”
By Howard Zinn
Kekuasaan Buku terhadap Dunia
PEMBUKAAN
Judul pertama mengesankan saya terhadap suatu gerak langkah yang seolah merupakan pembelaan terhadap sesuatu yang telah terjadi dalam kehidupan penulis, dari sudut pandang saya tergambar akan suatu kebenaran yang tidak dapat disadari oleh orang lain. Memang jika hanya sebuah kata dalam ucap sering kali didengar tanpa diperhatikan, diperhatikan namun lantas dilupakan dan setelah itu tidak ada bekas seperti tak ada sesuatu apapun yang harus dilakukan jika perkataan itu tidak diulang, direkam atau dituliskan.
Suatu kebenaran yang ada mestinya tertulis yang selanjutnya bisa dibaca dan dipahami, dan kemungkinan besar tulisan tersebut akan dibaca lagi sehingga jika di kala pertama pembaca tidak memahami ia bisa paham di kali kedua ia membaca, jika telah paham namun lupa maka ia akan ingat di pembacaan berikutnya dan kemungkinan besar kesadaran akan kebenarannya segera dapat timbul dan hadir dalam pemikiran pembaca.
Juga diyakini bahwa data yang ditulis di sebuah buku bisa dipercayai sebagai referensi beda dengan ketika orang menjadikannya referensi dari sebuah pidato misalnya, tidak mudah membuat orang percaya akan kebenarannya apabila tidak ada rekaman pembicaraannya, karena orang saat ini bukanlah seorang Rasul yang bisa mengeluarkan hadits, juga tidak semua orang bisa menjadi ulama yang bisa memberikan sebuah fatwa. Maka dari itu, hadirlah sebuah buku yang merupakan kekuatan dari pernyataan tentang kebenaran. Dijadikannya sebuah buku sebagai referensi ini akan bisa menguatkan pernyataan karena buku bisa dibaca dan dilihat kembali.
Kesadaran seseorang tentang kebenaran tidak mudah didapat karena ia memiliki cara pandang yang berbeda ketika dihadapkan pada persoalan, terlebih tipe orang yang tidak peduli ia akan mengabaikan begitu saja dengan keberadaan sebuah buku. Sebenarnya tentang status keberadaan buku di dunia ini dipengaruhi oleh pembaca dari seberapa banyak orang membaca buku tersebut. Namun yang paling berpengaruh adalah pembaca pertama apabila seorang pembaca pertama menyadari tentang kebenaran yang ada di buku maka selanjutnya ia akan memberi tahu kerabatnya tentang buku tersebut dan kemudian ia suruh orang itu untuk membacanya dan begitu seterusnya. Semakin bertambah banyak orang yang membaca maka semakin besar kesadaran orang-orang dan semakin tinggi pula status sebuah buku di masyarakat.
Jika terjadi seperti itu maka kiranya mudahlah menyatakan sebuah kebenaran dalam sebuah buku, tetapi jika tidak? Wallahu a’lam. Sejauh ini saya berpendapat ungkapan kebenaran yang tertuang dalam sebuah buku akan lebih baik dibanding hanya pidato biasa karena seperti yang dikatakan di paragraf sebelumnya bahwa buku bisa dibaca berulang berbeda dengan pidato yang hanya didengar satu kali (apabila tidak direkam) dan kemudian entah apa yang dilakukan oleh pendengar tentang kebenaran tersebut.
Selain itu kegiatan membaca buku bisa membuka pemikiran dan mengembangkannya dengan bacaan lain, begitu juga penulis ia akan bisa mengembangkan pemikirannya dengan menulis karena ketika menulis ia akan mempunyai kekuatan yang berpusat pada tangan dan merasakan sebuah roh literasi yang ada dalam hati dan otomatis otak pun berputar membuka sebuah pemikiran yang lebih luas tentang mengotak atik bahasa dan retorika.
Berbicara tentang buku ini bisa dianalogikan kepada sebuah sejarah, sejarah dapat abadi ketika ada yang mengabadikannya jauh kemungkinan apabila sejarah hanya diabadikan melalui lisan atau dari mulut ke mulut. Memang tidak dipungkiri adanya jika penyebaran berita atau sejarah dilakukan dari mulut ke mulut, namun hal ini sangat diragukan keakuratnnya karena seseorang yang mendengar berita tersebut akan menerima beritanya dan kemudian memahaminya berdasarkan pemahamannya sendiri dan menurut perspektif dirinya, dan akan seperti itu seterusnya sehingga informasi atau berita yang diterimanya pun akan berbeda bahkan mungkin jauh dari kenyataan dan kebenaran. Namun ketika buku yang menyatakan tentang kebenaran meski setiap orang mempunyai pemahaman sendiri-sendiri, tapi pasti tidak jauh dari kenyataan tentang kebenaran yang tertulis dalam sebuah buku.
Contoh kecilnya saja kita lihat sebuah permainan yang sering dilakukan oleh anak-anak di daerah sunda yaitu ‘harewos bojong’ atau ‘tatalepaan’ orang terakhir yang melaporkan tentang apa yang ia dengarkan biasanya akan berbeda dengan apa yang disampaikan orang pertama pada temannya. Nah maka dari itu menulis adalah cara aman untuk mengabadikan kebenaran atau fakta sejarah ataupun pengetahuan.
            Namun pernyataan di atas lantas tidak mendorong kita untuk selalu mempercayai tulisan begitu saja karena tidak semua orang berhati bersih dan hanya menuliskan tentang kebenaran, bisa jadi ia memanfaatkan keadaan untuk berusaha merubah dunia untuk kepentingannya dengan memutarbalikan fakta dan memanipulasi data, yang akibatnya pembaca yang hanya bisa mengatakan ‘iya’ dengan tidak kritis terhadap apa yang ia baca mereka akan mempercayainya saja. Maka dari itu, posisi kita ketika menjadi seorang pembaca haruslah jeli dan membaca banyak referensi agar tidak terjadi sebuah pembodohan public yang telah terjadi di dunia yaitu perihal ‘columbus’. Sontak ingatan saya menuju pada Benua Amerika, di pelajaran sekolah dasar saya diberi materi tentang penemu-penemu di dunia dan Columbus dikatakan sebagai penemu Benua Amerika. Sebagai anak SD yang masih polos saya langsung mempercayainya dan memang pada usia anak SD jarang ditemukan anak yang kritis dan menolak apa yang diajarkan guru yang bersumber dari buku.
            RANGKUMAN
Howard Zinn dalam artikelnya mengatakan bahwa Christopher Colombus itu bukanlah pahlawan, dia adalah orang yang berfaham komunis, dia juga bukan penemu Benua Amerika, dia adalah penjahat, orang yang serakah, pembunuh, penindas kelompok ras hitam yang ada di Benua Amerika. Disadari atau tidak pernyataan ini juga adalah salah satu bentuk contoh dari kenyataan bahwa tulisan mempengaruhi pembaca, di sini saya juga termasuk ke dalam orang yang mempercayai buku sebagai wahana pengubah dunia karena saya juga tergugah untuk mengiyakan pernyataan Howard Zinn ini dengan mencari bukti dan data perihal Columbus.  
            ISI
Dari tiga data yang saya temukan di internet dua di antaranya menyatakan bahwa Columbus lah yang menemukan Benua Amerika, bahkan Wikipedia ensiklopedia bebas tentang Benua Amerika pun menyatakan seperti itu. Dari penemuan yang ditemukan di Benua Amerika bisa menguatkan kepercayaan saya bahwa yang menemukan Benua Amerika itu adalah umat islam, sejarah mencatat bahwa pada tahun 998 masehi ada seorang muslim yang mendarat di benua itu, ia berasal dari Qordoba, Spanyol yang saat itu menjadi Pusat Peradaban Islam barat yang dibawah pimpinan Khilafah Bani Umayyah II, kekuatan armada pada saat itu tidak menutup kemungkinan pasukannya bisa mengarungi samudera atlantik untuk menyebarkan Islam dan menjadi orang pertama yang berlabuh di pulau itu. Kemudian dari fakta yang ada bahwa Columbus baru menemukan benua itu pada tahun 1492 dan Amerigo Vespocci pada tahun 1499-1500 masehi menunjukan bahwa seorang muslim lah yang pertama kali menemukan dan mendarat di benua itu. Muslim tersebut adalah Khashshash bin Sa’id bin Aswad dan dia 600 tahun lebih awal dari Columbus dan Vespocci. Dikatakan juga bahwa seorang Laksamana Ceng Ho datang ke benua itu 70 tahun lebih awal dari mereka berdua, Laksamana Ceng Ho adalah seorang pelaut Tiongkok yang ulung dan terkenal penjelajahannya di antara tahun 1405 hingga 1433 beliau mempunyai nama Islam yaitu Haji Mahmud Shams.
            Pernyataan itu dikuatkan dengan ditemukannya sebuah masjid pada perjalanan pelayaran Columbus di Gibara dan Pantai Kuba pada tanggal 12 Oktober 1942 itu adalah bukti bahwa sebelum ia datang ada sebagian masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Selain itu ditemukan pula gambar suku-suku Indian yang memakai tutup kepala seperti kopiah yang dikenakan umat Islam. Ada juga sebuah fakta yang masih tersimpan di gedung Arsip Perpustakaan Nasional di ibukota Washington DC. Yaitu sebuah naskah perjanjian pemerintah Amerika dengan Kepala Suku Indian Cherokee yang mempunyai nama asli Abdul Khak dan Muhammad Ibnu Abullah yang jelas itu adalah nama Islam.
            Bukti yang menyatakan bahwa Columbus adalah orang yang serakah, pembunuh dan pembantai Indian ras hitam di Amerika adalah sebagai berikut, kebijakan resmi pemerintah USA yaitu Indian Removal Act tahun 1830 adalah salah satu contoh keserakahannya, peraturan pemerintah tersebut mengizinkan secara resmi kepada bangsa Eropa untuk mengusir atau membunuh Indian, telah tercatat lebih dari 70.000 orang Indian diusir dari tanahnya sehingga banyak orang yang meninggal karenanya.
                Kelicikan para penulis yang menyembunyikan fakta ini bisa kita lihat pada gambar berikut ini, tulisan ini memang mengakui bahwa ada seseorang yang telah datang ke Benua Amerika sebelum Columbus, tetapi mereka hanya mengatakan bahwa orang itu adalah orang asing yang tidak diketahui padahal sudah cukup bukti yang mengatakan bahwa orang itu adalah seorang muslim.


            Dan yang lebih aneh lagi mereka masih membiarkan Wikipedia tentang Benua Amerika memamerkan pada khalayak bahwa penemu Benua Amerika adalah Columbus.


            Dari contoh di atas menunjukan bahwa penulis bisa mempengaruhi dunia, penulis bisa menyembunyikan fakta sejarah demi kepentingan golongan mereka dan menyebar luaskan apa yang mereka ingin pamerkan pada dunia.
            Pemaparan di atas menunjukan bahwa saya sependapat dengan Howard Zinn yang mengatakan bahwa Columbus bukanlah seorang penemu Benua Amerika, meski dua dari tiga data yang saya temukan mengatakan Columbus adalah penemu Benua Amerika namun dari satu data yang mengatakan seorang muslim adalah penemu pertama memiliki cukup bukti yang menguatkan, dan bukti tersebut semakin menunjukan kelicikan penulis yang menyembunyikan fakta sejarah dengan memotong informasi yang ada dengan menghilangkan atau tidak menyebutkan bahwa seorang muslim lah yang singgah di amerika pertama kali.
            Penguat pendapat saya tentang paham Howard Zinn bahwa kebenaran disampaikan melalui tulisan itu adalah pernyataan dia yang mengatakan bahwa dia menerima banyak surat setelah buku yang ia tulis yang berjudul A People’s History of the United States tersebar luas ke dunia. Untuk meyakinkan saya mencoba mencari data lain tentang hal ini.
            Di sebuah website saya menemukan bahwa Howard Zinn adalah seorang sejarawan yang tidak menulis sejarah berlandaskan sebuah kepentingan pribadi seperti politik, ras maupun ekonomi. Ia tulis apa yang ada dan fakta yang benar terjadi, tidak seperti sejarawan lain yang mempunyai kepentingan tertentu dalam menuliskan sebuah sejarah, sejarawan yang menulis berdasarkan pada kepentingannya sendiri ia cenderung akan menghilangkan atau menyembunyikan aspek lain yang berkaitan dengan sejarah itu.
            Selanjutnya Howard Zinn dalam judulnya mengatakan ‘Berkuasa dengan Buku’. Dari penjelasan di atas pun sudah terbersit pernyataan bahwa seorang penulis bisa menjadi penguasa dengan bukunya. Di sini saya akan lebih menguatkan tentang pendapat tersebut dengan menuliskan penemuan-penemuan saya selama ini.
            Di dalam Islam ada banyak penulis/pengarang kitab (mushonif) yang sangat dikenal hingga saat ini, seperti Syekh Muhammad Nawawi Albantani Aljawi yang merupakan seorang berdarah jawa merupakan seorang mushonif kitab Safinatun Naja, yaitu kitab fiqh yang sangat terkenal dan kita pakai sebagai pedoman dalam beribadah sehari-hari, kemudian Syekh Ibnu Athoillah yang mengarang kitab Alhikam dan hingga saat ini kitab tasowuf itu dijadikan pedoman hidup umat Islam, ada juga seorang pengarang kitab yang membahas tentang linguistic arab yaitu Ibnu Malik yang dikenal dengan kitabnya yaitu Alfiyyah Ibnu Malik, sejauh yang saya ketahui tentang Alfiyyah itu merupakan kajian tentang ilmu bahasa yang menerangkan perihal kalimat, huruf, konteks suatu wacana dalam bahasa arab yang sangat penting dipelajari untuk bisa menggeluti tafsir Alquran yang mana Alquran adalah pedoman nomor satu untuk umat manusia di dunia. Mereka berkiprah dalam bidang menulis, hingga saat ini tulisannya dipakai dan merekalah yang menjadi panduan berjalannya suatu aktifitas kehidupan dalam beragama. Kejelasan referensi hadits dan alquran yang mereka tuliskan penjelasannya dalam kitab mereka membuat pembaca yakin akan memakai kitabnya untuk dijadikan pedoman.
            Konteks penguasa dalam pembahasan ini adalah mereka yang bisa dipercaya dan dijadikan sebagai seorang penggerak yang mengatur gerak gerik manusia dengan tulisannya. Contoh lain yang sangat dekat dan erat kaitannya dengan saya sebagai mahasiswa ‘Writing4’ yaitu sang Prof. Chaedar yang kerap kali mengungkap keliterasian hidup, kesadaran saya akan literasi yang menurut saya menjadi bagian dari nafas kehidupan (class review3) membuat saya menganut dan patuh terhadap buku Prof. Chaedar yang menjelaskan tentang literasi, bagaimana saya harus bersikap sebagai literat, tingkatan keliterasian yang menyangkut tujuh disiplin ilmu dan lain sebagainya yang berkaitan dengan literasi. Kenyataan ini merupakan salah satu contoh dari kekuasaan seorang penulis terhadap pembacanya. Melalui tulisannya penulis bisa merubah paradigma sesorang (contoh Prof. Chaedar) tentang literasi, maka semua pembaca bukunya akan berliterasi sebagaimana yang diungkapkan dalam buku tersebut.
            Paragraph terakhir yang mengatakan tentang cara lain yang dapat dilakukan oleh buku adalah pertemanan batin penulis dengan sepi dan inspirasi, pikirannya akan melanglang buana ke mana saja ia bisa pergi, dia akan bertemu berbagai hal dalam dunia imajinasi, dia akan berbicara dalam diam dengan diwujudkan dalam bentuk teks yang tercipta. Dengan menulis, meski dalam sepi ia akan cipta dunianya sendiri dunia yang tak dapat dimengerti kecuali oleh dirinya sendiri, dia tersenyum, mengerutkan dahi, melakukan apa yang mungkin tidak ia sadari ketika menulis karena pada saat itu dia bertemankan  wujud abstrak pembaca, objek dari tulisan yang ia cipta, bisa dikatakan dia mampu menciptakan keramaian dalam sepi dan itu hanya berlaku untuk dirinya sendiri tanpa ada orang lain yang mengerti dan memahami apalagi yang mengalami.
            Menurut saya artikel Howard Zinn ini tidak hanya ditujukan kepada Amerika, karena dari judulnya juga “Speaking Truth to Power with Books” hanya saja contohnya mengangkat bukunya yang berjudul A People’s History of the United States jadi terkesan sebagai ‘woro-woro’ untuk Negara Amerika padahal cakupannya tidak hanya untuk Amerika. Apabila yang ia sajikan adalah isi dari bukunya tersebut maka pantas jika dikatakan ia sedang berwanti-wanti pada masyarakat Amerika, dari perspektif ini maka saya membuat sebuah pembahasan yang seperti saya jelaskan di atas.
KESIMPULAN
            Kebenaran adalah fakta yang musti diungkap, dalam realisasi pengungkapan kebenarannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti pidato dan menulis. Dari kedua cara diatas ada yang lebih ditekankan oleh Zinn yaitu menulis, ia beranggapan bahwa sebuah tulisan itu lebih banyak pengaruhnya ketimbang berbicara. Dia berikan contoh-contoh penguasa dunia yang berkuasa karena tulisannya dia tuliskan bagaimana ketika seorang pembaca terbius dalam buai kata-kata di dalam bukunya, juga diterangkan sebuah efek besar yang sangat berpengaruh dalam kehidupan peradaban manusia.
            Yang dibicarakan sebagai contoh dari kebenaran di sini adalah tentang sejarah yang mana sejarawan dijadikan sorotan dalam hal ini, seringkali sejarawan menuliskan fakta sejarah berorientasi pada kepentingan pribadinya perihal politik, social, rasa tau lain sebagainya hal ini sebenarnya merugikan dan bisa jadi merupakan pembodohan public karena apa yang sejarawan anggap sebagai aspek penunjang kepentingannya maka ia tuliskan secara gamblang tetapi dia akan menghilangkan fakta sejarah yang sama sekali tak ada kaitannya dengan kepentingannya. Jika ini terjadi lagi maka merupakan kerugian besar bagi masyarakat yang berposisi sebagai pembaca, akibatnya fakta tidak terungkap dan kebenaran tidak tampak.
            Dalam kasus sejarawan di atas bisa menjadi contoh dari ungkapan bahwa seorang penulis adalah ia yang bisa memutarbalikan fakta dan memanipulasi data, dan sangat disayangkan jika ini terjadi di kehidupan peradaban manusia saat ini. Untuk menghindarinya maka perlu adanya kesadaran masyarakat agar tidak langsung terpedaya oleh apa yang ada di sebuah buku, referensi yang banyak sangatlah penting untuk dapat mengetahui sebuah fakta yang ada. Menjadi pembaca kritis adalah hal yang bisa dikatakan wajib di era sekarang agar bisa menghindari terjadinya permainan tangan seorang penulis yang tidak sesuai dengan fakta.
Uraian panjang yang telah saya ungkapakan merupakan suatu hal yang menunjukan kepada kata ‘setuju’ tentang apa yang dimaksudkan Zinn dalam artikelnya, pemaparan lebih dalam mengenai contoh dan menjabarkan contoh lain yang berbeda dengan apa yang dicontohkan Zinn.
Dengan adanya artikel ini diharapkan agar para pembaca menyadari akan pentingnya mengkritisi sebuah teks, menemukan data baru, menelaah informasi satu dikaitkan dan dikuatkan dengan informasi yang lainnya dari berbagai sumber yang beragam. Hendaknya para penulis memahami arti dari sebuah kebenaran yang nyata, tidak memanipulasi atau mengotak atiknya hanya karena dia mempunyai satu kepentingan pribadinya.
            Sebagai penutup saya katakan bahwa peranan buku dalam mengubah kehidupan dan penghidupan di dunia lebih kuat dibanding pembicaraan-pembicaraan yang disampaikan di forum karena sangat jarang ada kajian ulang dari pidato yang telah disampaikan, berbeda dengan buku yang selalu siap untuk dibaca serta dikaji kapanpun, di manapun dan oleh siapapun orang di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Asal mula Negara Amerika serikat ~ Life and learn.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristoforus Kolumbus - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm


1 comments:

  1. bagian isi harusnya berisi mengenai hal2 yang kamu bisa kritik tentang artikel Zinn. Contoh di sity sudah ada, tinggal eksplisitkan bahwa Howard Zinn missed some points

    ReplyDelete