ISTIQOMAH
PBI-B
(Class Review 4)
“Koneksi,
Interaksi, dan Negosiasi”
Menginjak
pertemuan ke-empat dalam mata kuliah Writing 4. Jantung saya semakin berdegup
kencang, terutama saat saya mengingat tugas-tugas yang diberikan Pak Lala.
Ooh...itu membuat kepala saya seakan ingin meledak. Ditambh lagi dengan makin
banyaknya kerontokkan dirambut saya, mungkin itu efek dari Writing.
Mengingat
kembali tugas Critical review pertama saya yang bertemakan “Classroom Discourse
to Foster Religious Harmony.” Pada saat saya membuat 2500 kata tersebut, yang
tersirat dalam fikiran saya hanyalah bagaimana membuat suatu essay sebanyak
2500 kata dengan latar belakang toleransi antar umat beragama. Karena saya
terlalu asyik membahas dari segi keharmonisan antar umat beragama-nya, sehingga
saya lupa akan classroom discoursenya, jadi tulisan saya hanya tercondong pada
satu titik (berat sebelah). Sedangkan titik yang lain dilupakan.
Timbulnya
komentar dari Pak Lala tentang ketidak sesuaian tulisan saya dengan syllabus,
membuat saya sadar bahwa saya salah memasuki gerbang suatu permasalahan.
Kemudian Pak Lala kembali menerangkan secara rinci tentang classroom discourse
to foster religious harmony.
Seperti
yang saya kutip dari dalam sebuah buku karya Besty Rymes yang berjudul
“Classroom
Discourse Analysis: A Tool for Critical Reflection.” Ia mengatakan
dalam bukunyanbahwa kebanyakkan dari kita sebagai pengajar tidak membayangkan
bagaimana setiap siswanya memulai untuk belajar.
Dalam
bukunya, Besty Rymes pun menjelaskan bahwa tujuan dari penulisan
bukunya adalah melengkapi guru-guru dengan peralatannya untuk menganalisis
percakapan di dalam kelas. Untuk meningkatkan mutu pengajara, seorang guru
haruslah menerapkan sistem tukar pendapat untuk para siswanya sehingga akan ada
konektifitifitas antara sesama pengguna kelas.
Dalam
penjelasan Pak Lala mengenai Classroom Discourse ahrus ada keterkaitan dengan
religious harmony. Waca pembelajaran dikelas terdiri dari konteks, locak
differences, interaksi, paedagogi, teaching & learning dan sebagainya.
Kemudian interaksi dari sebuah wacana pembelajaran dikelas beranggotakan guru
dengan murid, sehingga menhasilkan diskusi dengan perbedaan pendapat. Lalu,
perbedaan dalam berpendapat tersebut ditampung dalam season negosiasi
sehingga menghasilkan sebuah makna.
Dalam
membangun hiwa toleransi siswa didalam kelas, guru wajib memfasilitasi semua
kegiatan siswa selama pembelajaran. Kegiatan didalam kelas itu terdiri dari
interaksi antar guru dengan muruid dan murid dengan murid lainnya. Strategi
yang digunakan untuk mendorong siswa bertoleransi dan hidup damai antara lain
dengan sistem tukar pendapat yang telah saya jelaskan sebelumnya. Sepertihalnya
diskusi dan presentasi, agar siswa dapat memperluas wawasannya tentang agama
dan sosial.
Jadi,
kesimpulannya adalah sebagai seorang guru yang mempunyai kewajiban untuk
membimbing murid-muridnya agar menjadi murid yang berkualitas baik dibidang
pendidikan maupun sosial, seorang guru harus menyertakan percakapan didalam
kelas seperti tukar pendapat atau diskusi. Guna menghasilkan siswa yang
berkualitas.
0 comments:
Post a Comment